Eva kini tersenyum di kamar, sesekali ia menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
Entah kenapa malam ini begitu sangat berbeda, Eva kira ia tak akan bisa tersenyum selamanya.
Tapi pipinya kini terasa pegal karena setiap hari Eva menampilkan senyuman manisnya tanpa harus di buat-buat.
Kubangan gelap di hidup Eva seolah mulai berganti mendung itu telah di ganti oleh sinar mentari.
Sinar mentari yang datang dari sosok Galang, pemuda yang pindah sekolah yang memberikan warna di hidup Eva.
Ponsel Eva bergetar, tangan Eva langsung cekatan mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan yang Galang kirimkan.
"Udah tidur, car?" Eva tersenyum melihat pesan chat yang Galang kirimkan.
Pesan manis yang tak pernah Eva dapatkan dari siapapun, Eva langsung mendekap ponselnya kemudian kembali menatap layar ponselnya dengan seulas senyuman yang terlihat menawan.
Hatinya sangat berbunga-bunga, jari Eva kemudian mengirimkan pesan balasan kepada Galang.
"Belum, udah sampe rumah?" Eva balik bertanya.
Lantas matanya terus memandang ke arah ponselnya dan melihat balasan pesan dari Galang.
Jika hari-hari biasa Eva selalu mengahabiskan waktu dengan kesepian dan kenangan buruk, tapi untuk kali ini kenangan buruk itu seolah pergi perlahan.
Eva lupa dengan hari-hari sunyinya, meskipun rumah itu hanya di tinggali olehnya seorang diri tapi entah kenapa Eva tak merasa kesepian sedikit pun.
Seolah Eva ada yang menemaninya, "Udah, tadi Bunda langsung introgasi, aku bilang aja abis ngapel dari rumah kamu. Eh kata Bunda nggak percaya," Galang menyematkan sebuah emoticon membuat Eva tertawa pelan.
Eva kehilangan kata-kata karena tak tau harus berkata apalagi, Eva belum pernah banyak bicara seperti bertanya atau menanyakan hal yang penting bagi Eva itu sudah cukup.
Beberapa menit berlalu Galang yang menunggu balasan Eva pun mengerutkan keningnya, kemana Eva dan belum membalas pesannya.
Galang kemudian mendial nomor Eva langsung menyambungkannya dengan panggilan video.
Galang takut jika ada sesuatu hal terjadi kepada Eva, insiden demi insiden yang lalu selalu mengingatkan Galang kepada Eva membuat kecemasannya bertambah.
"Hallo," wajah Eva terlihat sangat cantik.
Dari panggilan video tersebut Galang bisa melihat kamar Eva, kamar pacarnya itu tampak sangat rapih dan bersih.
Namun mata Galang menangkap beberapa botol obat yang berjejer rapih, tapi Galang tak berani bertanya.
"Kok nggak bales pesan aku, car?" Eva tersenyum raut wajahnya terlihat sangat malu-malu membuat Galang gemas sendiri.
"Kenapa memangnya?" tanya Eva.
Terlihat Eva merebahkan tubuhnya sambil menatap ke arah Galang, "Udah mau tidur?" Galang jadi tak enak telah menganggu jam tidur Eva.
Tapi Eva menggelengkan kepalanya, "Belum kok," sahutnya.
Galang membulatkan mulutnya, kemudian menatap Eva kembali melihat raut wajahnya yang cantik.
Cantik, natural dan sempurna wajah Eva tak memiliki cacat sedikitpun, jika bisa Galang ingin sekali menyentuh wajah Eva mengusap lembut pipi putih itu.
"Nggak nonton dulu atau dengerin musik gitu?" pertanyaan Galang memang pertanyaan lumrah.
Biasanya usia mereka memang senang dengan musik, entah itu musik luar atau pun dalam negeri.
Apalagi gadis muda jaman sekarang menyukai k pop tapi melihat Eva, Galang tak menemukan kesukaannya.
Bahkan Galang sedang berpikir apa yang Eva sukai, semenjak menjadi pacarnya Galang ingin tau apa yang Eva sukai dan tak Eva sukai.
"Enggak, aku nggak tau musik apa yang enak di dengar," tukas Eva jujur.
Memang selama ini Eva seperti orang gila, setiap hari eva sering bermimpi buruk dan selalu kesulitan dalam melakukan hal apapun.
Eva membunuh waktunya dengan belajar dan belajar tanpa henti, makanya Eva selalu menjadi juara dan tak ada satu pun yang mengalahkan prestasinya.
Tapi itu saja nyatanya tak cukup,Eva di juluki manusia ansos karena sibuk dengan bukunya.
Di sekolah semua orang mengenal Eva tapi sebaliknya yang Eva kenal hanya Lusi, Galang dan Alsad itupun Eva kenal beberapa bulan ini karena sebelumnya Eva tak pernah mau mengambil tugas secara berkelompok.
Nilai Eva sudah bagus, tapi setelah menginjak kelas tiga dan bujukan Lusi mau tak mau Eva mengambil kerja kelompok dan mengenal Galang serta Alsad meskipun tak seakrab seperti Lusi.
Namun Galang berhasil menaklukan hati Eva, diam-diam Galang menyelinap masuk tanpa permisi.
"Seriusan?"
Eva menganggukan kepalanya, "Kayaknya aku harus ajakin pacar aku nonton konser, temenannya jangan sama buku terus dong sesekali sama manusia," kekeh Galang.
Eva hanya menampilkan senyumannya saja, "Mau denger suara aku, kebetulan suara aku bagus loh," tawar Galang.
"Beneran?" Eva penasaran dengan Galang.
Apakah benar jika pemuda itu bisa bernyanyi, Galang menganggukan kepalanya.
"Tunggu sebentar," Galang terlihat pergi Eva hanya menatap kamar Galang.
Kemudian senyumannya kembali terlihat, tak lama kemudian Galang kembali ia terlihat memegang sebuah gitar.
"Mau request lagu apa?"
Eva terdiam, kalau di tanya seperti itu Eva memang tak tau selama ini ia tak pernah mendengarkan lagu.
Bukan hanya lagu saja, Eva bahkan tak memiliki media sosial padahal parasnya sangat cantik jika sedang di foto tapi mau bagaimana lagi trauma Eva begitu sanagt berat.
Suara petikan gitar terdengar, Galang menyanyikan sebuah lagu berjudul bawalah pergi cintaku.
Suara Galang terdengar sangat lembut, Eva menatap Galang yang sedang menyanyikan lagu itu.
Entah lagu apa Eva tak tau tapi dari bait lagunya Eva tau jika lagu tersebut tentang cinta.
Tatapan Eva tertuju kepada Galang yang memainkan gitarnya dengan sangat piawai, Galang terlihat semakin tampan Eva menyukai pemuda tersebut.
Pemuda yang ternyata sangat populer dan di sukai oleh banyak gadis, tentu saja Galang disukai oleh banyak gadis.
Tubuhnya sangat tinggi, Galang juga sangat tampan matanya yang cokelat serta kulitnya yang putih itu selalu menghipnotis mata para gadis sekolah.
Satu hal lagi Galang pintar dan juga jago bermain basket, kelebihan Galang itu menambah daftar sempurna.
Eva juga baru tau jika Galang piawai memainkan gitar serta suara Galang sangat bagus.
Galang menatap ke arah layar ponselnya dimana Eva terlihat tertidur dengan pulas, wajah Eva terlihat seperti bayi yang sedang tertidur.
Bulu matanya sangat cantik sekali serta hidung Eva yang mancung, Galang menyukai semuanya.
Eva gadis itu tertidur sangat nyenyak, Galang tak tega jika harus membangunkannya.
Andai saja dekat Galang ingin sekali menyelimuti tubuh Eva, sepertinya Eva belum sempat memakai selimut.
Galang masih belum memutus sambungan teleponnya, ia masih ingin melihat wajah Eva.
"I love you," ucap Galang.
Sesaat Galang memutuskan sambungan teleponnya membiarkan Eva terlelap dalam mimpi indahnya.
"Padahal belum baca doa," guman Galang.
Kini Galang meletakan kembali gitarnya dan segera menaiki ranjangnya, ia memasang alarm terlebih dahulu karena besok akan menjemput Eva untuk ke sekolah bersama.
***
Bersambung.