Eva langsung terkejut kaget ketika sebuah telepon masuk ke dalam ponselnya, dengan cepat Eva mengambil ponsel tersebut dan melihat siapa yang menghubungi di pagi buta seperti itu.
"Galang," beo Eva sambil menjawab panggilan pemuda tersebut.
"Hai car, pasti baru bangun ya? Aku on the way ke rumah kamu nih," kekeh Galang.
"Sekarang?" tanya Eva sambil melirik jam.
Ini baru pukul enam kurang, sementara masuk sekolah pukul setengah delapan lewat.
"Iya, mau nebeng sarapan," sahut Galang.
"Terserah kamu aja, aku larang juga pasti bakalan maksa," tukas Eva.
Galang tertawa kencang, hari ini Galang kembali membawa mobil meminjam mobil Ghina kakaknya.
Mobil sport kemarin sengaja Ghina bawa, kata kakaknya itu sekali-kali ingin mencoba membawa mobil sport.
Tak masalah untuk Galang selama kakaknya itu berhati-hati, "Yaudah, aku tutup dulu ya..bye pacar mandi yang wangi biar pas ketemu wangi," Galang memutuskan panggilannya secara sepihak sementara Eva langsung bersungut kesal.
Eva tertidur sangat pulas, beberapa hari terakhir semenjak Galang masuk ke dalam kehidupannya Eva cenderung fokus kepada Galang.
Mimpi buruk dan kesepian itu memang tak pernah datang lagi menghampirinya, kini Eva seperti manusia normal pada umumnya yang bisa tersenyum meskipun masih kaku.
Eva langsung menuju kamar mandi, kemudian segera membersihkan tubuhnya karena Galang akan sarapan di rumahnya Eva menghubungi Bi nimah agar menyiapkan sarapan.
Tentu saja Bi nimah merasa senang ketika Eva menghubunginya meminta di buatkan sarapan, setiap hari makanan pagi yang Bi nimah buat sering mubazir dan berakhir di tong sampah membuat Bi nimah sering memasak pagi seperlunya.
Jika memang Eva tak memakan sarapan, Bi nimah akan memakannya atau membawa pulang masakan tersebut.
Galang tiba di rumah Eva, ia kemudian keluar dari dalam mobil dan langsung saja mengetuk pintu rumah Eva.
"Eh den Galang," sapa Bi nimah.
"Galang aja Bi, jangan pake Den Den segala saya bukan Aden," kekeh Galang.
Bi nimah tertawa pelan, Galang memang pemuda yang baik selain baik Galang juga humoris Bi nimah senang karena Eva bisa berteman dekat dengan Galang.
Eva yang dulunya sering murung dan seperti es batu itu mendadak jadi sering tersenyum akhir-akhir ini.
"Eva belum turun ya, Bi?" tanya Galang.
Pemuda itu langsung duduk di kursi meja makan mengekori Bi nimah tadi yang mengatakan jika Bi nimah sedang menyiapkan sarapan.
"Belum, biasanya Non eva turunnya jam tujuhan. Nggak tau deh kalau sekarang soalnya ada Den, eh Galang disini," Bi nimah masih sedikit kagok menyebut nama Galang tanpa embel-embel Den.
Galang hanay tersenyum saja sesekali melihat ke arah anak tangga melihat Eva sudah turun apa belum.
Sepertinya Eva belum ada tanda-tanda turun menuju ruangan makan, Galang ingin menanyakan tentang Eva ia ingin mengenal Eva lebih dalam lagi.
"Bi, Galang boleh tanya sesuatu nggak?" Galang melirik ke arah anak tangga.
Bi nimah yang sedang mengaduk nasi goreng tersenyum tanpa melihat ke arah Galang, "Boleh atuh Lang, mau nanya apa?" Bi nimah kini berbalik menatap Galang yang terkekeh.
"Eva orangnya kayak gimana Bi?"
Bi nimah mengaduk kembali nasi goreng tersebut membelakangi Galang, Bi nimah adalah orang yang kenal Eva seperti apa Eva dan seperti apa masa lalu gadis dingin itu.
"Non eva orangnya baik, Bibi kenal Non eva dari umur 10 tahun," ujar Bi nimah.
Galang menganggukan kepalanya kemudian kembali membuka suaranya, "Orang tua Eva lagi ke luar kota ya Bi? Kok Galang nggak pernah lihat," Galang jadi pensaran karena di jam seperti ini rumah masih terasa sepi.
Tadi ketika Bi nimah membukakan pintu, wanita paruh baya itu mengajak Galang masuk dan mengikutinya sampai ruangan makan.
"Kedua orang tua Non Eva udah meninggal, tapi jangan bilang-bilang sama Non eva ya ini rahasia kita berdua. Bibi takut nanti Non eva malah dingin lagi kayak dulu kalau Bibi buka rahasianya," Bi nimah terlihat takut-takut menceritakan soal kedua orang tua Eva.
Selain kejadian yang menimpa Eva sewaktu itu, Bi nimah hanya membuka tentang kematian kedua orang tua Eva itu juga tak secara keseluruhan Bi nimah ceritakan.
Pasalnya Galang sudah cukup terkejut mendengar tentang kematian kedua orang tuanya.
Galang jadi berspekulasi sendiri tentang sikap Eva, apa selama ini Eva dingin karena kehilangan kedua orang tuanya? Galang jadi bertanya-tanya sendiri.
Ingin rasanya Galang bertanya lebih jauh tapi Eva keburu menuruni anak tangga, "Hai car.." sapa Galang.
Bi nimah kembali fokus dengan pekerjaannya, Eva langsung duduk di kursi depan Galang membuat keduanya saling berhadapan.
"Nasinya sebentar lagi ya Non, mau minum apa sekarang?" tanya Bi nimah.
Eva menatap Bi nimah, wajahnya terlihat cantik saat merengut. "Bibi lupa ya, panggil aku Eva kenapa pake Non segala," cebiknya.
Bi nimah langsung salah tingkah, Eva memang pernah mengatakan untuk memanggil namanya saja.
Tapi ucapan Eva kali ini sangat berbeda, Eva terlihat sangat manis jika berbicara banyak membuat Bi nimah ingin memeluknya.
Melihat majikannya seperti itu Bi nimah sangat terharu, "Iya Non, eh Eva..mau minum apa?" ulang Bi nimah.
Eva tersenyum kecil membuat Galang hanya menopang dagunya menatap gadis cantik di hadapannya ini.
"Aku mau minum susu Bi," pinta Eva.
Bi nimah tak menanyakan keinginan Galang sepertinya pemuda yang sedang menopang dagu melihat Eva itu akan memiliki jawaban yang sama.
Sepiring nasi goreng bersama toping telur mata sapi membuat Eva senang, "Mau telur punyaku?" Galang bersikap manis kepada kekasihnya.
"Nggak ini juga cukup," sahut Eva.
Kini Galang dan Eva memulai sarapannya sesekali ada bercandaan kecil keluar dari mulut Galang, tentu saja Galang bersikap semakin menyayangi Eva karena setelah tau kedua orang tua Eva meninggal membuat Galang semakin ingin melindungi gadis yang berada di hadapannya ini.
"Tadi Bunda nanyain," kata Galang.
Eva menelan makannya terlebih dahulu kemudian langsung membuka mulutnya, "Nanyain apa?" Eva jadi penasaran.
Galang berdeham sebentar kemudian memperagakan ucapan Bunda Ghea, "Galang mau kemana kamu? Pagi-pagi buta kayak gini mau jadi satpam sekolahan," ucap Galang.
Eva tertawa terbahak-bahak melihat Galang yang memperagakan ucapan Bunda Ghea, Bi nimah yang sedang rapih-rapih sampai menggelengkan kepalanya mendengar Galang yang seperti itu.
"Galang dosa loh, Bunda Ghea di gituin," kata Eva setelah tawanya reda.
Galang menganggukan kepalanya, "Iya ya, aduh aku nanti minta maaf sama Bunda deh, kalau dosa bahaya ntar di kutuk jadi makin ganteng repot," tukas Galang.
Eva memutar kedua bola matanya melihat Galang yang terlampau narsis, pemuda itu memang jago membuat Eva tertawa di pagi hari.
***
Bersambung.