Chereads / I Choose To Love You / Chapter 24 - Marah ya?

Chapter 24 - Marah ya?

"Sorry, tapi gue udah punya pacar," Galang langsung menolak mentah-mentah pernyataan cinta Naura.

Galang tak mau berbasa-basi jika ia memang tak suka maka pemuda itu akan mengatakan ketidak sukaannya, Galang langsung mendorong cake tersebut kepada Naura.

"Udahkan? Gue sibuk," kata Galang sambil pergi meninggalkan Naura yang terlihat marah mendengar dirinya di tolak.

Mytha dan Selly yang siap mengabadikan moment antara Naura dan Galang pun urung merekam keduanya langsung mendekati Naura dan mengusap pundak Naura dengan lembut.

"Nau.."

Naura menepiskan tangan Mytha, "Gue nggak apa-apa, lagian gue bisa naklukin dia lagi, sekarang aja Galang cuek tapi sebentar lagi gue bisa bikin dia jatuh cinta sama gue," mata Naura berkilat melihat punggung Galang yang semakin menjauh.

Selly langsung bersorak dan menganggukan kepalanya, yakin jika Naura bisa menaklukan Galang.

"Eh eh tapi tunggu deh, tapi bukannya si Galang bilang dia punya pacar ya, siapa cewek yang beruntung jadi pacarnya?" Mytha langsung menatap Naura dan selly secara bergantian.

Naura langsung tersenyum sinis, "Gue cari siapa yang jadi pacar dia, gue yang akan misahin mereka," Naura langsung membuang cake tersebut ke tong sampah kemudian segera pergi meninggalkan loker dan menuju ke kelasnya.

Sementara Galang langsung menuju kelasnya ia ingin melihat Eva jika bisa Galang ingin sekali menghampiri Eva dan bertanya.

Apakah pacarnya itu marah atau tidak? Galang tadi di cium oleh Naura di lapangan bahkan di saksikan oleh satu sekolahan conello dan sekolah rajawali.

Tentu beberapa gosip sudah menyebar jika Naura dan dirinya pacaran, Galang tak peduli dengan gosip tersebut.

Pedulinya hanya kepada Eva, bagaimana reaksi Eva saat ini Galang takut Eva marah dan meminta putus saja.

Tiba di kelas Galang melihat Eva yang sedang mencatat sementara Lusi di depannya sambil mengoceh tak jelas.

Galang duduk di kurisnya sambil merogoh ponsel dan mengirimkan pesan kepada Eva tapi Eva sepertinya tak sama sekali menyentuh ponselnya dan sibuk kepada bukunya.

Galang terus menerus mengirimkan pesan kepada Eva tapi tak satu pun di balas oleh pacarnya itu.

"Fix dia marah," guman Galang dalam hati.

Galang bangun dari duduknya kemudian segera bangun dari duduknya dan akan menghampiri Eva tapi guru bahasa telah lebih dulu masuk membuat Galang kembali menarik langkahnya untuk duduk.

Sepanjang pelajaran jam terakhir, Galang terus saa menatap ke arah Eva tapi tak sedikit pun Eva melirik ke belakang.

Lagi pula Eva tak pernah melihatnya tapi semenjak resmi berpacaran Eva pernah beberapa kali mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Lo liatin si Eva mulu, kenapa? Suka lo sama dia?" bisik Alsad dari belakang.

Galang tak peduli sama sekali dengan bisikan Alsad yang meledeknya, kepalanya terasa mau pecah melihat Eva yang sama sekali tak membalas pesannya.

Dua jam pelajaran terakhir serasa seratus purnama untuk Galang, kini jam pelajaran telah berakhir dan semua siswa dan siswi mulai pulang satu persatu.

Eva langsung membereskan semua alat tulisnya dan pulang bersama Lusi, "Eh gue bareng sama papi pulangnya, lo mau bareng nggak?" Lusi berharap Eva mau karena kebetulan Lusi tak membawa mobil tadi ia pergi bersama Galang.

"Boleh deh," sahut Eva.

Lusi langsung bergelayut manja kepada Eva kemudian Lusi segera menuju kantor sekolah.

Kebetulan papi Lusi sedang mampir disana, Lusi kini duduk sendirian menunggu Lusi yang sedang menghampiri orang tuanya.

Tanpa Eva sadari tangannya telah di tarik oleh Galang dan di bawa masuk ke dalam mobil sport miliknya.

"Lang," Eva kaget melihat Galang yang membawa masuk ke dalam mobil sport miliknya.

Eva takut jika ada yang melihat dirinya dan Galang, Eva tak mau jika menadapatkan tatapan-tatapan aneh kepadanya.

Sementara Galang tak peduli sama sekali, pemuda itu masuk ke dalam mobil dan langsung menguncinya kemudian menatap Eva dengan lekat.

"Marah ya?" tembak Galang.

Eva mengerutkan keningnya tak paham dengan ucapan Galang, apa yang dimaksud oleh pemuda seusianya itu Eva sama sekali tak paham.

"Maksud kamu?" tanya Eva sambil mengerutkan keningnya.

"Va, kamu marah ya. Aku sama Naura nggak ada hubungan apa-apa," Galang menjelaskan perihal tadi kepada Eva.

Kini Eva mengerti kenapa Galang bertanya seperti itu, "Aku nggak marah Lang," sahut Eva.

Galang mendesah kenapa Eva sebegitu santainya, Galang bahkan telah pusing sedari tadi.

Sikap dingin dan cuek Eva membuat Galang frustasi sendiri, Galang bahkan sulit menebak isi hati Eva.

Eva terlalu dingin untuk disentuh, hatinya seperti bongkahan es yang membeku ribuan tahun dan sangat sulit untuk dicairkan.

Galang mengenggam satu tangan Eva, "Aku antar pulang, kenapa pulangnya nggak nungguin aku, tadi kita berangkat bareng, kan?"

Eva yang melihat tangannya di mengulas senyumannya, tangan Galang sangat hangat bahkan telapak tangannya itu terlihat pas sekali di genggam olehnya.

"Aku pikir kamu mau latihan dulu Lang,"

Galang selalu mendapatkan jawaban yang singkat padat dan jelas, Eva masih selalu berbahasa kaku atau formal kepadanya.

Okay Galang sepertinya harus berusaha lebih keras lagi meluluhkan pacarnya itu, sepanjang jalan Galang dan Eva terdiam.

Di otak Galang semua pertanyaan muncul begitu saja, "Kamu beneran nggak cemburu liat aku di cium Naura?" Galang menghentikan mobilnya di halaman rumah Eva.

Eva melihat ke arah Galang kemudian menatap ke arah lain, hatinya tak menentu Eva tak tau harus berkata apa kepada Galang.

Eva juga baru tau kalau Galang sangat populer di sekolahnya, jujur Eva tak mau sama sekali berurusan dengan siapapun.

Hidupnya damai meskipun kesepian jika Eva terlihat berpacaran dengan Galang dan satu sekolah mengetahuinya mungkin saja Eva semakin menjadi sorotan.

Sudah cukup ia mendapatkan julukan princess ice dan juga ansos karena jarang bergaul dengan siapapun.

Eva tak mau menambah lagi daftar tambahan di sekolahnya, meskipun Eva selalu menutup telinganya rapat-rapat.

"Aku nggak tau kalau kamu populer di sekolah," kata Eva seolah kata itu tersirat makna Eva menyesal menjadi pacar Galang.

Galang melepas seat beltnya kemudian langsung menatap Eva, "Aku nggak ngerasa populer Va, jadi berhenti untuk memikirkan hal itu, kamu marah sama aku ya?" tanya Galang.

Eva menggelengkan kepalanya ia sama sekali tak marah kepada Galang, Eva tak marah hatinya memang terasa tercubit melihat miliknya di sentuh oleh orang lain.

Tapi Eva bisa apa? Eva tak punya keberanian untuk mengatakan bahwa dirinya pacar Galang.

Eva bahkan meminta backstreat, "Lang," Eva bingung harus mengatakan apa.

Eva kini mengigit bibirnya membuat Galang langsung menangkup wajah Eva oleh kedua tangannya.

"Aku janji bakalan jaga diri aku lagi, biar Naura nggak kayak gitu lagi,"

Galang menatap Eva menyakinkan bahwa Galang benar-benar menyukai Eva dan tak ada lagi gadis yang lain yang berada di hatinya.

Melihat tatapan Galang yang serius Eva menganggukan kepalanya kemudian tersenyum kecil.

Galang jadi gemas ingin memeluknya tapi Galang takut khilaf maka Galang hanya mengusap rambut Eva saja.

***

Bersambung.