Chereads / I Choose To Love You / Chapter 7 - Tatapan Gelapnya.

Chapter 7 - Tatapan Gelapnya.

Galang baru tiba di kelas, sementara Alsad telah datang terlebih dahulu.

"Udah datang, Bro?" Galang menganggukan kepalanya kemudian langsung duduk di kursi.

"Besok jadwal piket harus datang pagi," Alsad memberikan selembaran jadwal piket kepada Galang.

Lembaran kertas tersebut Galang ambil, kemudian ia membacanya jadwal piket.

Ada nama Eva diantara barisan namanya, Galang sedikit menyunginggkan senyumannya lantas menganggukan kepalanya.

Didalam catatan jadwal, semua itu hanya dua orang yang tugaskan membersihkan kelas, hal itu agar semua murid bisa bekerja sama.

Dan untuk menghindari siswa lalai dari kewajibannya, persatu bulan hanya satu kali piket yang dilakukan oleh para siswa.

"Kita nggak bareng?" tanya Galang.

"Gue hari jumat, bareng sama Lusi dan lo kebagian bareng Eva, baik-baik ya nggak bakalan ngomong kayak kerja sendirian," Galang hanya mengedikan bahunya, rasa penasarannya bertambah ketika Alsad mengungkapkan sikap Eva yang dingin seperti bongkahan es.

Sementara Eva yang dibicarakan oleh Alsad hanya fokus membaca bukunya, gadis itu sama sekali tak terusik meskipun suara berisik yang begitu riuh terdengar.

"Va .." panggil Lusi.

"Hmm .." sahut Eva, matanya fokus kepada buku.

"Alsad liatin lo," beritau Lusi.

"Dia punya mata, biarain aja," Eva tak mau melihat sedikit pun.

Lusi hanya memutar kedua bola matanya, kenapa Eva selalu begitu.

"Boleh tukeran hidup nggak? Gue pingin banget jadi lo, "desah Lusi.

Eva menutup bukunya kemudian, melihat Lusi yang tengah menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Jangan ngaco!" Eva bangun meninggalkan Lusi begitu saja.

Kepergian Eva membuat Galang bingung, pelajaran sebentar lagi di mulai dan Eva malah pergi begitu saja.

"Nggak usah aneh, bentar lagi juga balik," Alsad seolah menjawab pertanyaan Galang.

Hanya selang beberapa menit, dan benar ucapan Alsad gadis manis itu datang sambil membawa buku paket yang berada di dekapannya.

"Dia ngapain?" bisik Galang.

"Ngambil buku paket yang ketinggalan di perpus, kadang suka Eva simpen, kutu buku banget, kan? Padahal cantik, "Alsad kembali memberitau Galang.

"Lo liat aja Lang, cewek itu nggak bakalan mau masuk kantin, selama gue sekolah disini belum pernah liat Eva nongkrong di kantin," sambung Alsad kemudian.

Galang hanya mengangguk, mendengar semua cerita dari Alsad menurutnya banyak hal lagi tentang Eva yang hanya dilakukan olehnya.

Semakin hari Galang semakin penasaran, niat hati ingin menghidupkan Eva dan mencari tau sosok gadis kecil yang begitu mirip Eva pun akan sedikit sulit.

Hari ini pelajaran pertama di isi dengan kelas sosiologi, dan diisi dengan kelas ekonomi.

Jika yang lain merasa ngantuk karena penjelasan guru, berbeda dengan Eva yang terus saja mencatat poin-poin penting.

"Gue pinjem catetan lo aja, lagi males nulis gue dengerin Buk wiwi nerangin aja berasa di kelonin," ujar Lusi.

Eva tak menyahuti ucapan Lusi, itu telah menjadi hal biasa bagi Eva dan tak perlu harus dijawab.

Setelah dua kali pelajaran, jam istirahat pun terdengar semuanya bersorak riang dan langsung meninggalkan kelas.

"Kantin, Bro?" ajak Alsad.

Galang lantas mengeleng, "Kenapa?"Alsad menatap heran. "Nyokap motong uang jajan, gue udah kenyang juga dari rumah" sahut Galang.

"Gue yang traktir," Alsad menawarkan.

"Gue udah kenyang Bro, mau ke perpus gue butuh referensi buat tugas makalah," imbuh Galang kemudian.

"Gue nyusul Galang dan Alsad berpisah, kemudian masing-masing menuju arah yang berbeda.

ntar," ujar Alsad.

Di koridor Galang berjalan, dan menatap gadis yang tengah berjalan.

"Tungguin .." Suara jeritan Lusi pun terdengar melengking Galang menutup kedua telinganya sementara Eva tak berbalik sedikitpun.

"Ett deh jalan aja terus," gerutu Lusi.

"Lo bisa kan tinggal nyusul," Eva berbalik kemudian melanjutkan langkahnya.

Galang hanya bisa menatap Eva yang sangat irit berbicara, bukan hanya itu saja Lusi mengomel habis-habisan pun Eva masih sangat cuek.

Tiba di perpustakaan Galang segera mencari jajaran buku, "Cari buku apa? Biar gue bantu, "Lusi yang sadar ada Galang di perpustakaan pun langsung tebar pesona.

"Bisa cari sendiri Gue," sahut Galang.

Lusi hanya memutar kedua bola matanya, maksud hati ingin membantu namun jawaban yang lebih tepat dari mulut pisau.

Lusi segera menghampiri Eva duduk di sampingnya, "Tuhan adil banget ya, menciptakan wajah tampan sekaligus dengan sikap dinginnya," ujar Lusi.

Eva hanya fokus dengan buku memecahkan, tak sedikitpun mendengar keluhan Lusi.

"Gue cabut ke kantin, lo mau titip nggak?" tanya Lusi.

Eva menggeleng pelan, Lusi kemudian pergi meninggalkan perpustakaan menuju kantin sekolah untuk melihat mahluk Conello yang tampan dan rupawan.

Hanya ada dua orang siswa di perpustakaan, Galang dan Eva jam istirahat pertama memang sangat jarang siswa yang berada di perpustakaan.

Bruk..suara buku terdengar berjatuhan, Eva melihat sekilas ternyata Galang salah buku yang menarik hingga beberapa buku yang berjajar rapih di rak pun berjatuhan.

Tanpa suara Eva langsung bangun dan membantu merapihkan buku-buku yang terjatuh, "Lo bisa lanjutin kerjaan lo," ujar Galang.

Eva tak menatap sedikit lawan bicaranya, gadis itu mengambil tiga buku sekaligus dan memasukan ke dalam rak dan pergi berlalu.

Galang yang tak suka di acuhkan pun menyusul Eva yang telah duduk, "Bisa nggak kalo ada yang nanya lo jawab!" suara Galang terdengar sangat menusuk di telinga Eva.

Mata yang menatap mata sekarang pun kini menatap Galang, pancaran mata Eva begitu sangat gelap saat menatap mata Galang.

"Kalo lo udah selesai ngomong, lo bisa pergi," Eva mengusir Galang dari hadapannya. Lelaki Galang tak ingin berdebat dengan Eva, meskipun banyak hal yang ingin Galang pertanyakan sikap Eva namun tempat tersebut tak mendukung.

Keduanya tengah berada di perpustakaan dan Galang tak mau kena tegur oleh penjaga perpustakaan tersebut.

Bisa saja Galang di blacklist oleh penjaga perpustakaan tersebut karena menganggu ketenangan belajar seseorang.

"Jadi cewek jangan jutek, lo tau sikap lo itu bikin narik simpati orang," Galang setengah berbisik ucapan hal itu.

Kemudian pergi dari hadapan Eva kembali mencari buku yang dibutuhkan olehnya.

Eva tak sama terima ucapan Galang, hal seperti itu telah bosan Eva dengar dan menurutnya hanya cara most want Conello yang mengodanya.

Eva mendesah pelan, kemudian memijit pelipisnya rasa pusing tiba-tiba saja menyerangnya bukan hanya itu saja.

Perutnya terasa mual dan rasanya ia ingin muntah, dengan pelan Eva merapihkan buku paket yang keluar dari perpustakaan dan keluar ke toilet.

Seperti biasa buku Eva akan tergeletak di meja yang biasa Eva tempati, Galang yang melihat kepergian Eva pun sangat penasaran buku apa saja yang tengah gadis itu kerjakan.

**

Bersambung.