Chereads / I Choose To Love You / Chapter 8 - Semakin Penasaran.

Chapter 8 - Semakin Penasaran.

Meskipun waktu telah berlalu, tapi bayangan kamu semakin melekat bahkan aku harus berkali-kali mencari sosok yang selama ini menghilang bagaikan angin.

Galang Darmawan.

***

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Galang memberanikan diri untuk melihat tulisan Eva namun baru saja akan membuka buku tersebut bel pun terdengar berbunyi hingga Galang mengurungkannya.

Galang segera meninggalkan perpustakaan, ia keluar dan segera menuju kelasnya. "Maaf gue nggak nyusul bro, kebelet gue tadi," Alsad terkekeh sambil mengacungkan kedua jarinya.

"Santai .." Galang lantas membawa tubuh jangkungnya untuk duduk, matanya menatap sekilas kursi Eva namun gadis itu belum juga datang, hanya Lusi saja yang berkali-kali sibuk menempelkan ponselnya ke telinga sepertinya tengah menghubungi Eva.

Baru saja Miss Emilli masuk, Lusi ijin ke toilet sepertinya sesuatu tengah terjadi kepada Eva.

Galang sangat penasaran, namun tak mungkin jika ia turut keluar dengan alasan yang sama bisa-bisa mendapatkan pertanyaan Alsad.

Setengah jam telah berlalu, Lusi masuk ke dalam kelas lantas Berbicara dengan Miss Emilli.

Hanya mendapatkan anggukan dari Miss Emilli, Lusi lantas duduk di kursi dari kursi kemudian fokus dengan pembahasan yang Miss Emlli terangkan.

Suara bisik-bisik Nita pun terdengar, samar-samar Galang mendengar jika Eva masuk ruang uks. "Biasalah si Eva kan udah berlangganan masuk uks," bisiknya.

"Gosip aja lu!" Alsad melempar penghapus ke kepala Nita membuat gadis itu langsung melempar balik.

"Biarin, lagian udah biasa kan kalo dia masuk uks di tanggal 12, sebulan sekali rutin udah kayak pms," Nita lantas kembali menatap putih bor setelah Miss Emilli berdeham.Meskipun fokus Galang hanya kepada Miss Emilli, namun otaknya kecilnya masih sangat penasaran.

Kenapa Eva harus masuk ke ruangan uks sebulan sekali, pertanyaan itu sangat mengusik Galang.

Bahkan ucapan Nita tadi pun masih saja tak mau pergi dari pikirannya.

"Emang sakit apa tuh, cewek?" Galang yang tak tahan pun akhirnya membuka suaranya, bertanya kepada Alsad.

"Gue nggak tau, yang tau cuman Lusi doang, yang gue liat sih wajahnya suka pucet kalo udah pusing," sahut Alsad.

"Sakit keras maksud lo?" tanya Galang memastikan kembali.

"Bukan, tapi si Eva suka kayak gitu mulu, gue pernah liat pas dia kumat, wajahnya udah kayak vampire nggak ada darahnya sama sekali," Alsad setengah berbisik karena Miss Emilli memperhatikannya.

Galang yang paham pun langsung menatap ke depan, tak ingin mendapatkan teguran karena ia masih berstatus murid baru.

Selain pelajaran Miss Emilli membuat kepala pusing, untuk sebagian siswa namun tidak dengan Galang karena bahasa inggris, jerman dan chinise telah ia kuasai. Tiga jam telah berlalu, dan Miss Emilli pun meninggalkan kelas beserta tugas yang diberikan.

"Gila berasa rontok otak gue," keluh Nita.

"Makanya pinter dong," ledek Alsad.

Nita hanya mendengus kesal, kemudian menatap Galang sambil mengedipkan satu matanya.

Galang tak sama sekali tertarik, ia harus kembali ke perpustakaan sebelum jam pelajaran terakhir masuk.

"Kemana bro?" tanya Alsad.

"Toilet," sahut Galang asal.

"Jadi pingin ikut," Nita tersenyum menggoda.

Alsad bergidik ngeri membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Otak lo ngeres banget!" semprot Alsad. "Lo tuh yang ngeres!" balas Nita tak terima.

"Terus kalo bukan ngeres apa namanya? Mau ikutan ke toilet cowok? " tandas Alsad.

"Dih otaknya geser emang, gue mau kencing kupret!" Nita menoyor kepala Alsad dengan kencang kemudian pergi berlalu.

Sementara Lusi langsung menuju uks, melihat kondisi Eva kini.

Wajah sahabatnya masih pucat, namun Eva telah membaik.

"Udah enakan belum, Va?" tanya Lusi.

"Udah," sahut Eva lemas, namun sedikit senyuman Eva tampilkan tak ingin jika Lusi khawatir. "Lo ijin pulang aja, biar gue tulisin absensinya," saran Lusi.

Eva mengeleng pelan, ia telah bolos satu mata pelajaran dan Eva tak ingin bolos lagi di pelajaran kimia.

"Gue udah mendingan kok, udah minum obat juga tadi," Eva lantas turun dari ranjang uks.

"Lo tunggu disini, jangan kemana-mana." Perintah Lusi.

Eva hanya mengerutkan keningnya, lantas duduk menunggu Lusi yang tengah keluar dari ruangan uks.

Hanya menunggu beberapa menit, Lusi datang membawa sekantung makanan.

"Lo tuh harus makan kalo jam istirahat, tiap lo kumat kayak gini bisa jadi karena lo nggak pernah makan siang," omel Lusi.

Eva hanya tersenyum kecil, ingin merencanakan Lusi sekarang juga namun tubuhnya sedikit lemas untuk bergerak.

"Cepetan makan, biar wajah lo nggak kayak mayat idup ngeri gue liatnya," Lusi kembali mengomeli Eva.

Meskipun tak sama sekali bernapsu untuk makan, Eva mengambil satu bungkus roti srikaya kemudian membuka dan menyuapkan ke dalam mulutnya.

Lusi memberikan jempolnya melihat Eva yang memakan rotinya, "Besok lo harus ke kantin, tiap jam istirahat," kata Lusi.

Eva tak sama sekali menjawab, ia hanya menyuapkan kembali roti tersebut dengan susah.

Hanya beberapa kali kunyahan, roti tersebut pun telah habis. -Lusi langsung bertepuk tangan melihat hal yang tak biasa.

Tanpa Lusi tau, Eva yang memakan roti tersebut dengan susah payah perutnya semakin terasa mual.

"Gue ke toilet dulu ya," ujar Eva.

"Gue anter?" tawar lusi.

Eva mengeleng, "Sebentar kok, lo ke kelas aja duluan ntar gue langsung masuk," Lusi tak bisa mencegah kepergian Eva, gadis itu telah menghilang dari balik pintu.Di perpustakaan Galang memperhatikan gambar yang Eva buat, sosok anak kecil yang tengah memegang tali begitu terlihat begitu.

Galang tak paham arti dari gambar yang Eva buat, namun dari yang Galang amati gambar itu terlihat.

"Lah gue cari ke toilet, taunya nyangkut disini," suara Alsad terdengar membuat Galang segera menutup buku Eva.

"Gue lagi baca buku ini," Galang mengangkat buku yang belum di baca olehnya.

"Oh, lo duduk di situ?" tanya Alsad.

"Hmm..kenapa emang?"

"Nggak, biasanya anak-anak nggak mau deket di situ,"

Galang tak paham, Alsad pun kemudian memberitaukannya.

Meskipun Eva terkenal sebagai cewek paling canti di sekolah, namun adakalanya Eva tidak memperhatikan perhatian.

Termasuk jika tengah berada di perpustakaan, banyak dari mereka yang tak ingin duduk di samping Eva kala membaca.

Alasannya Eva selalu menatap tajam siswa yang berada disampingnya, Lusi yang dikenal dengan asisten Eva pun langsung menjelaskan jika hal itu menganggu konsentrasi orang lain.

Klise dan tak masuk akal sebenarnya, namun fakta yang terjadi hingga seantero Conello tak mau duduk di samping Eva jika tengah berada didalam perpustakaan.

Galang haanya terkekeh, menurutnya seperti candaan konyol.

Ia malah ingin duduk di tempat yang tengah diduduki olehnya kini, selain nyaman jarak dari meja ke rak buku pun sangat dekat dan hal itu memudahkan Galang untuk menganti beberapa buku jika telah bosan membacanya.

"Lah malah ketawa," heran Alsad.

Galang kembali menampilkan senyumannya, kemudian membuka buku dan mulai membacanya.

***

Bersambung.