Eva merasakan dirinya membaik maka ia mmeutuskan untuk berangkat ke sekolah pagi ini setelah drama kemarin yang ia lalui. Entah apa yang akan terjadi nanti di sekolah Eva tak peduli.
Seperti biasa Eva akan menikmati sarapannya sambil mengemudi hanya roti yang telah Eva olesi selai dengan asal.
Eva melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata sebentar lagi gerbang akan ditutup dan mau tak mau Eva harus mengebut.
Kebetulan sekali ketika Eva masuk tak berselang lama gerbang sekolah ditutup Eva merasa lega karena tak harus terlambat hari ini.
Selama sekolah disini Eva baru merasakan berangkat kesiangan seperti sekarang, mungkin karena kemarin ia terlalu banyak meminum obat jadi Eva terlalu lama tertidur.
***
Bisik-bisik mulai terdengar Eva seperti biasa akan cuek dan langsung duduk di kursinya, "Va.." panggil Lusi.
"Hmm.." Eva membalikan tubuhnya melihat Lusi yang memanggilnya.
"Ke--," baru saja Lusi akan berbicara guru BK telah masuk.
"Galang..Eva ikut saya.." panggilnya.
Galang yang baru saja tiba dan Eva yang tengah menatap Lusi pun langsung saja mengerutkan keningnya.
"Kayaknya kalian di hukum deh," bisik Lusi.
Eva hanya menganggukan kepalanya lantas keluar dari dalam kelas di ikuti oleh Galang menuju ke ruangan BK.
"Ada salam dari Bunda," bisik Galang ketika keduanya tengah berjalan di lorong korido.
Eva sama sekali acuh dengan ucapan Galang itu apa, Galang akan membuka lagi mulutnya namun Eva langsung berjaln cepat dan memasuki ruangan BK.
"Duduk.." kata Pak joko guru BK yang super galak itu.
Eva dan Galang hanya menurut saja keduanya sama sekali tak membantah, "Kemana kalian kemarin, bolos bareng pacaran ya?" tuduh Pak Joko.
"Tidak pak," sahut Galang sementara Eva hanya diam seribu bahasa.
Pak joko menatap Eva lantas mendelik kesal kenapa siswi yang terkenal dengan dinginnya itu sama sekali tak membuka suaranya.
"Kalian bapak hukum, seharian ini kalian harus membersihkan toilet guru dan gudang sekolah," Eva langsung saja terkejut luar biasa kini giliran Galang yang cuek.
Hal seperti itu telah biasa Galang dapatkan, jika biasanya di sekolah sebelumnya Galang akan di hukum dengan di jemur seharian hingga gosong.
Hukuman kali ini terasa sangat ringan Galang bahkan senang karena dihukum bersama Eva, dengan begini Galang akan banyak mengetahui seperti apa Eva yang sesungguhnya.
"Tunggu apalagi, sekarang cepat kerjakan," Pak Joko mencak-mencak tak karuan Eva dan Galang lantas keluar dari ruangan BK.
Hening sesaat Eva langsung berjalan menuju letak toilet guru berada sementara Galang hanya terdiam hingga Eva langsung membalikan badannya melihat Galang yang terdiam didepan ruangan BK.
"Kenapa malam bengong disana?"
"Aku pikir kamu tak butuh bantuanku,"
Galang lantas menghampiri Eva sementara Eva kembali berbalik dan segera melangkahkan kakinya menuju toilet guru berada.
***
Toilet guru yang dimilliki oleh sekolah Conello benar-benar sangat luas, Eva langsung saja mengambil semua alat-alat untuk membersihkan toilet guru tersebut.
"Ini apanya yang harus dibersihkan?" tanya Galang, lagi pula toiletnya bersih.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Galang, namun Eva memilih untuk mengelap beberapa kaca yang berada did ekat wastafel daripada diam seperti Galang.
Eva berjinjit mengelap kaca yang begitu sangat tinggi meskipun kesusahan namun Eva sepertinya enggan sekali untuk meminta bantuan kepada Galang.
Merasa terabaikan Galang langsung saja mengambil kain yang tergeletak disisi Eva lantas mengelap kaca yang sulit digapai oleh Eva.
Kedua tangan galang bertumpu kepada kaca sehingga tubuh Eva terkukung oleh tubuh tinggi Galang.
Eva yang melihat dirinya seperti itu dari balik cermin pun langsung saja terdiam, jantung Eva tiba-tiba saja berdegub kencang.
Lidahnya tiba-tiba saja kelu dan sulit sekali untuk berbicara, bahkan tubuh Eva terasa sangat kaku untuk digerakan.
Biasanya Eva akan langsung ketakutan jika merasakan lelaki berada didekatnya namun entah kenapa dengan kali ini.
Eva sama sekali tak merasakan ketakutan yang ada Eva merasakan rasanya nyaman terlebih parfum citrus yang menguar dari tubuh Galang membuatnya sangat nyaman.
"Beres, sekarang kita pindah ke gudang," kata Galang.
Eva langsung saja menetralkan kembali mimik wajahnya ia tak mau jika Galang berpikir macam-macam kepadanya.
Gudang sekolah terletak di belakang perpustakaan, gudang sekolah yang memiliki luas bangunan 80 meter itu diisi dengan berbagai macam dus dan beberapa peralatan olahraga.
Kebetulan sekali gudang itu telah tak terurus satu bulan belakangan ini karena petugas gudang telah mengundurkan diri karena telah tua.
Galang langsung saja mendesah ketika masuk ke dalam gudang sekolah tersebut, "Kita harus bagi tugas, ini nggak akan mungkin selesai dalam satu jam,' kata Eva kini ia membuka suaranya.
Galang melirik sekilas sambil tersenyum, "Boleh, kamu beresin yang mudah-mudah saja," Eva menganggukan kepalanya kemudian mulai merapihkan semua dus-dus kecil yang berisi barang-barang.
Sementara Galang mulai merapihkan peralatan olahraga yang berantakan, Eva mengangkat dus yang menumpuk namun baru saja ia akan mengangkat dus tersebut kepalanya mendadak pusing.
"Va..." panggil Galang.
Eva berusaha mengantur napasnya ia membalikan tubuhnya menatap Galang.
"Eva..kamu mimisan," Galang langsung meletakan barbel begitu saja lantas berlari menghampiri Eva dan mengeluarkan sapu tangannya.
"Diam sebentar.." Eva hanya bisa terdiam, ia benar-benar sangat pusing, gudang yang terlihat luas itu tiba-tiba saja pengap dan menyesakan untuknya.
Tangan Eva bergetar ia ingin sekali mengusap darah yang mengalir dari hidungnya.
"Jangan lakukan apapun Va, aku aja," Galang mengenggam tangan Eva sedangkan satu tangannya mengusap lelehan darah yang mengalir dari hidungnya itu.
Wajah Eva pucat ia benar-benar pusing sekali, tubuhnya terasa sangat lemas hingga Eva kembali terkulai namun kesadarannya masih ada.
Grepp..Galang memeluk pinggang ramping Eva, "Kamu sakit hmm..?" Eva menggelengkan kepalanya.
Sementara Galang langsung menggendong Eva dan membawanya duduk di lantai, Galang mencoba menahan bobot tubuh Eva tangannya berusaha menggapai sebuah matras.
Eva kemudian duduk di atas matras sementara punggungnya bersandar di tembok, Eva berusaha untuk mengumpulkan sekuat tenaganya.
Ia tak boleh lemah di depan Galang, Eva harus menahan semua hal yang dirasakan olehnya jika Galang tau rahasia yang disembunyikan selama ini olehnya bisa saja ketahuan.
"Va, are you okey?" Galang memastikan Eva agar tak pingsan seperti kemarin.
Eva langsung menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk tersenyum, baru kali ini Eva tersenyum dihadapan seseorang biasanya Eva tak akan menampilkan senyumannya itu.
Galang tertegun melihat wajah cantik Eva yang tersenyum seperti itu, gadis itu sangat cantik jika tersenyum Galang bahkan tersihir oleh senyuman cantik Eva jika bisa Galang ingin melihat senyuman Eva sekali lagi.
"Aku baik-baik saja, terima kasih telah membantu," Eva berkata seformal mungkin.
Galang hanya menganggukan kepalanya, hal itu tak masalah untuk Galang lagi pula Galang akan senang jika sekedar membantu seperti tadi.
***
Bersambung.