Galang yang duduk di rooftop sekolah pun harus segera turun karena Alsad telah menghubunginya berkali-kali, pertandingan sebentar lagi akan dilaksanakan dan Galang belum juga ditemukan sama sekali.
Maka Alsad langsung saja menghubungi Galang via sambungan telepon dan kini Alsad bisa bernapas lega karena Galang telah bisa dihubungi.
"Lo nanti nyusul aja ke lapangan," Galang menganggukan kepalanya ketika ia sampai di loker, kemudian Galang membuka kancingnya satu persatu dan menggantinya dengan baju bakset yang telah tergeletak disana.
Setelah selesai Galang tak langsung menuju lapangan, ia berbelok menuju perpustakaan. Sepanjang koridor, lorong tersebut terasa sepi karena hanya lapangan sekolah lah yang ramai karena semua siswa sedang berada disana untuk melihat pertandingan bakset antar sekolah.
Galang langsung membuka pintu perpustakaan ia terlihat mengendap-ngendap untuk memastikan apakah ada seseorang yang ia cari.
Ternyata sosok Eva yang tengah Galang cari sedang mencari buku, lalu kemudian ia duduk dan membawa bukunya ke atas meja.
Meja yang Eva pakai selalu didekat jendela yang terbuka, Eva bahkan tak menyadari jika Galang tengah memperhatikannya.
Perpustakaan sangat sepi tak ada seoarng pun berada disana hanya ada Eva dan Galang yang sebentar lagi akan menuju lapangan.
Eva bahkan tak sama sekali beranjak dari mejanya, Galang merasa menyesal telah menyetujui tawaran Alsad untuk bertanding basket jika saja tadi ia bisa menolak maka Galang akan duduk di perpustakaan ini untuk menemani Eva.
Ponsel Galang bergetar dan mau tak mau Galang langsung segera meninggalkan perpustakaan itu menuju lapangan.
Suasana lapangan begitu sangat ramai, Galang langsung menyelinap untuk segera menghampiri Alsad dan tim.
Beberapa siswi yang melihat Galang masuk ke dalam lapangan tampak menjerit antusias mereka begitu sangat senang karena Galang bisa ikut pertandingan basket kali ini.
Jeritan dari pemandu sorak mulai saling bersahutan satu sama lain, kini tim Galang dan tim Shandy dari sekolah lain pun mulai memasuki lapangan.
Prrriiiiiiiiittttttt...
Pertandingan dimulai Galang mengambil alih bola dan langsung saja memasukan ke dalam ring.
Uuwwuuuuuuuu...teriakan dari para pemadu sorak mulai terdengar karena Galang berhasil mencetak angka.
"Galang milik gue," ucap Naura salah satu pemandu sorak yang sangat cantik dengan polesan make up natural.
Gadis cantik itu mengikat kedua rambutnya dan memakai kostum rok pendek dengan rempel yang menghiasi pahanya itu.
"Lo nggak bisa dapetin dia Nau, gue aja dicuekin sama dia," Nita teman satu kelas Lusi mulai membuka suaranya.
"Kita lihat saja nanti," Naura dengan pedenya langsung saja mengangkat satu tangannya ke atas dan mulai meneriakan nama Galang yang lagi-lagi memasukan bola ke dalam ring.
Galang memang sangat tampan, tubuhnya yang tinggi dan tegap belum lagi kulitnya yang sangat putih dengan senyuman yang begitu sangat memikat.
Dan yang membuat para gadis di sekolah menjerit histeris Galang memakai hand bead membuat tampilannya semakin tampan saja meskipun keringat menghiasi wajahnya.
Semenjak kepindahannya ke sekolah Conello High School, Galang memang selalu mencuri perhatian para siswi cantik sekolah elit tersebut mereka seolah berlomba untuk menarik perhatian Galang namun murid pindahan baru itu cuek dan tak melirik ke arah mereka sama sekali.
Naura yang melihat bagaimana Galang memasukan bola ke dalam ring berkali-kali pun tersenyum senang, ia sangat senang melihat pemuda berparas tampan itu tersenyum ketika berhasil memasukan bola tersebut.
"Lo yakin Galang bisa takluk sama lo?" bisik Mira disamping Naura.
Naura langsung saja melihat ke arah Mira kemudian menyunggingkan senyumannya, "Emang ada cowok yang nolak gue? Semua pasti mau jadi pacar gue," Naura memang sangat pede sekali.
Semua yang naura ucapkan memang benar adanya, Naura salah satu gadis yang begitu sangat famous di sekolah.
Banyak yang menyukai Naura karena gadis itu sangat cantik dengan body yang sangat aduhai, penampilan Naura selalu mencolok dibandingkan teman-temannya yang lain.
Namun sayang dibalik kencantikan yang Naura miliki tak sebanding dengan otaknya, Naura tak mendapatkan prestasi apapun ia hanya bermodalkan wajah cantik saja.
Pppppprrrrrriiiiiiiitttttttt.....
Pertandingan berakhir, tim Galang menang dengan skor 30-15 tim dari beberapa guru dan murid yang menonton pertandingan itu pun langsung bertepuk tangan bahkan sorak ramai terdengar.
Galang hanya tersenyum kemudian duduk disalah satu bangku yang tersedia, ia memejamkan matanya sejenak kemudian membuka matanya.
"Nih buat kapten basket kita yang baru," Galang langsung menolehkan wajahnya melihat segelas air mineral dingin.
Yang membuat Galang merasa aneh adalah, sosok gadis yang memberikan sebotol air mineral itu.
Galang baru pertama kali melihat Naura, sementara Naura telah berklai-kali memperhatikan Galang.
"Nih bro," Alsad melemparkan sebotol air mineral yang dingin, Naura langsung mendengus sebal ke arah Alsad.
"Sorry Nau," kekeh Alsad.
Galang meminum air dari Alsad dan membiarkan Naura yang masih memegang sebotol air mineral dingin itu.
"Kenalin dia Naura, kapten chiliders di sekolah kita," Galang hanya menganggukan kepalanya.
Ia kembali meminum sebotol air mineral itu tanpa harus repot-repot melihat ke arah Naura.
Mira yang memperhatikan Naura pun langsung saja menarik sahabatnya itu, "Gila nih cowok dingin banget," Naura langsung saja menyerahkan sebotol air dingin itu.
"Lo liat dia bakal takluk sama gue!" Naura bersumpah akan mendapatkan Galang apapun caranya.
Ia akan menjerat untuk mendapatkan Galang, tak peduli seperti apapun caranya.
Naura telah jatuh hati kepada Galang, dia bukan pemuda yang sekali memandangnya langsung jatuh cinta.
Galang lelaki yang berbeda dan itu membuat Naura sangat penasaran, pertandingan telah selesai Galang dan yang lainnya langsung bersalaman dengan sekolah lain.
Pertandingan tadi memang pertandingan persahabatan, semua itu memnag sengaja dilakukan agar para sekolah bisa melihat kemampuan lawannya masing-masing.
Galang memang baru bergabung dengan tim basket hari ini namun banyak dari para tim ingin Galang yang menjadi kapten basket menggantikan Ari, Ari sendiri pun tak keberatan jika Galang harus menggantikannya karena cara Galang memainkan bola memang sangat bagus.
"Gimana Lang?" tanya Alsad.
"Nanti gue pikirin dulu," sahut Alsad.
Galang kemudian pergi lebih dulu, ia ingin segera mengganti bajunya dan melihat Eva.
Apakah gadis itu masih berada di perpustakaan, ataukah Eva pergi ke kantin. Mata Galang tadi menangkap Lusi sahabatnya yang menonton pertandingan basket sementara Eva hanya di perpustakaan.
Langkah Galang segera memasuki loker, ia ingin sekali mandi namun tak ada waktu karena sebentar lagi bel akan berbunyi maka tanpa harus berpikir lebih lama lagi Galang langsung mengganti baju dan segera menuju perpustakaan untuk melihat Eva.
Tanpa Galang sadari Naura mengikutinya dari belakang, gadis itu terus saja tersenyum mengikuti langkah Galang yang menuju perpustakaan itu.
Naura yakin sekali jika Galang akan jatuh cinta kepada dirinya seperti para siswa laki-laki yang lain, jika Naura biasa mencampakan para laki-laki di sekolah.
Kali ini Naura tak akan seperti itu lagi, Naura benar-benar menyukai Galang dan tak akan mencampakannya seperti yang ia lakukan kepada yang lain.
***
Bersambung.