"Bunda butternya taro mana?" teriak Gina.
"Hush..yang ngajarin teriak-teriak di rumah siapa sih?" Bunda gea langsung menegur Gina.
"Bun, Galang naik dulu ya capek," tanpa menunggu jawaban Galang langsung menuju kamarnya di lantai dua.
Gina terlihat bersorak melihat Galang yang membawa tas dengan cemilan di dalamnya.
"Kenapa wajah kamu kayak gitu?" Gina langsung cengengesan.
"Bunda, Gina juga mau ke kamar ya? Abis jemput Galang cape banget," Gina langsung ngibrit menuju kamarnya.
Bunda Gea hanya mengelengkan kepalanya, sebagai seorang ibu ia paham jika Gina tengah menyembunyikan sesuatu.
"Lang buka pintunya dong cepet!" Gina langsung mengedor pintu kamar Galang dengan cepat.
Suara pintu terbuka kemudian, lantas Galang hanya menyembulkan kepalanya.
"Udah di kamar lo, Kak, gue males nimbun mecin lama-lama ntar ke bawa oon kayak elu," Galang kembali menutup pintu kamar miliknya.
Gina mendengus sebal, lantas segera menuju kamar miliknya namun baru saja langkah Gina melangkah Bunda Gea terlihat berkacak pinggang di depan pintu kamar Gina dengan satu tangan memperlihatkan sekantung makanan ringan yang Gina beli tadi di super market, entah sejak kapan Bunda Gea berada di situ padahal beberapa menit yang lalu masih berada di dapur menata butter yang Gina bawa.
"Kayaknya ada yang siap uang jajannya di potong nih?" ucapan Bunda Gea membuat Gina merinding.
"Itu apa Bunda?" Gina pura-pura saja tak tau.
"Bunda dapet dari kamar kamu, ada di atas kasur, emang ini punya siapa?" Bunda Gea kembali bertanya membuat Gina gelagapan.
"Galang tadi nitip Bun, katanya buat pacarnya," sebuah ide yang tiba-tiba saja Gina cetuskan.
Bunda Gea mengerutkan keningnya, lantas menuju kamar Galang dan mengetuk pintunya.
Tok tok tok. Pintu kamar terbuka, Galang merasa heran dengan Bunda Gea serta Gina yang ada di belakangnya menuju mengetuk kamar secara tiba-tiba.
"Ada apa, Bunda?" Galang langsung membuka pintu kamar lebar-lebar.
"Ini punya pacar kamu, Lang?" Bunda Gea langsung memperlihatkan sekantung plastik besar cemilan.
Galang yang melihat hal itu pun menghela napas sejenak, "Bunda," Galang menjeda sejenak ucapannya karena Gina memberikan kode untuk mengiyakan saja.
Galang tau jika Gina tengah berkilah, karena tak ingin uang jajannya berkurang.
"Bunda itu punya Gina, tadi aku bawain dari mobil, katanya nitip dan minta bawain sampe kamar, Galang cuman ngebantu aja," Galang berterus terang kepada Bunda gea.
Lantas wanita paruh baya yang masih awet muda itu berbalik melihat Gina, yang dilihat pun seakan sadar dengan kesalahannya maka itu Gina langsung menunduk minta maaf.
"Bunda..itu aku beli, buat nemenin nonton drakor," Gina akhirnya berterus terang.
"Masih inget pesan Bunda, kan?" tanya Bunda Gea lembut.
"Masih Bun,"
"Oke, selamat menikmati uang jajan di potong satu bulan, berhubung Bunda baik hati makanan ini bakalan Bunda sita," sambil tersenyum Bunda Gea mengusap lembut pundak Gina lalu pergi meninggalkan anak perempuannya itu.
"Nah kan, kena lo makanya nurut sama orang tua," Galang meledek Gina dengan kekehan.
Gina yang melihat hal itu pun langsung mencebikan bibirnya kesal dengan Galang yang terus meledeknya, Gina ingin sekali menangis namun suara dari Bunda Gea membuat air mata Gina hilang seketika.
"Galang, uang jajan kamu juga ya, Bunda lupa kalo kamu juga bantuin Gina buat nyeludupin cemilan mecin," Galang langsung syok mendengarnya, ledekan yang semula Galang berikan pun membuatnya mati kutu.
"Senjata makan tuan, dah gue masuk kamar kalo gitu," Gina langsung berjingkrak masuk ke dalam kamar.
Meskipun uang jajannya akan di potong selama sebulan, tak masalah bagi Gina karena Galang pun sama hal nya.
Ia akan merasa sedih jika hanya dirinya yang terkena hukuman, sementara itu Galang mengejar Bunda Gea menuruni anak tangga sambil memanggil Bundanya itu.
"Bunda..Bun," Galang berhenti sambil mengatur napasnya.
"Iya kenapa, Lang?" Bunda Gea yang tengah memasukan snack ke dalam kardus pun melihat anak lelakinya.
"Kok Galang kena juga sih? Kan Galang nggak makan," protes Galang disambut senyuman oleh Bunda Gea.
"Bunda…" Galang merengkek, layaknya anak kecil.
Bunda Gea yang telah selesai memasukan snack tersebut ke dalam kardus pun lantas bangun, kemudian melihat Galang.
"Bunda udah wanti-wanti kan? Nah ini hukuman dari Bunda, dan Bunda nggak bakalan denger protes apapun,"
Galang tak akan kehabisan ide, "Bunda, kan aku harus bayar kaus bola Bunda, masa Bunda tega sama Galang,"
"Iya, kenapa Galang juga tega sama Bunda ya," wanita itu hanya membalas pertanyaan dengan pertanyaan.
Galang harus berusaha lebih, bagaimana pun ia tak ikut andil memakan snack tersebut yang ia lakukan hanya membawanya ke dalam kamar Gina.
"Bunda.." Galang terus saja mengekori wanita itu, hingga sang Ayah-Gema pun pulang dari kantornya.
"Kenapa, Lang? udah kayak anak ayam aja," Bunda Gea langsung menghampiri Ayah Gema lantas mengambil tas kantor milik suaminya itu.
"Bunda, ngurangin uang jajan Galang, Yah," Ayah Gema yang mendengar aduan dari anaknya itu hanya tersenyum kecil.
"Air putih anget Bun," Bunda Gea mengangguk, menaruh tas Ayah Gema kemudian segera berjalan menuju dapur mengambil segelas air putih.
Galang tetap saja mengekori Bunda Gea, sampai uang jajannya kembali utuh sesuai nominal yang sebelumnya Bunda Gea berikan.
"Galang bantuin Bun," Bunda Gea menyerahkan nampan yang berisi air putih hangat tersebut dan membawanya ke hadapan Ayah Gema.
Senyuman kembali terlihat dari bibir sang Ayah melihat Galang seperti itu.
"Ayah bantuin Galang," bisik Galang.
"Bantuin apanya?" tanya Ayah Gema.
"Uang jajan Galang di potong, Yah," bisik Galang lagi.
"Ehemm..nggak usah bisik-bisik, kalo Ayah bantuin malam ini tidur di luar," suara Bunda Gea terdengar horror di kuping Ayah Gema.
"Ayah nggak bisa bantuin kamu, Lang, nikmatin aja ya sebulan uang jajan di korting Bunda," Ayah Gema langsung bangun, kemudian menghampiri Bunda Gea dan memeluknya dari belakang.
Galang mengacak rambutnya frustasi, kalo urusannya seperti ini bisa apalagi Bunda Gea tak akan mengampuni hukumannya.
Galang kembali menaiki anak tangga, menuju kamar miliknya berharap jika malam nanti aka nada keajaiban dan Bunda Gea mengampuni kesalahannya.
"Udah terima nasib aja kayak gue," Gina terkekeh dan langsung berlari.
"Ck!" Galang hanya berdecak kesal.
Tak ada hal yang Galang lakukan kepada Gina, meskipun itu kakanya namun kelakukannya seperti anak kecil.
Galang masuk ke dalam kamar, dan mengambil ponsel miliknya membaca group chat yang baru.
Dari sekian chat tersebut, tak ada sedikit pun nama Eva, gadis itu bahkan tak terlihat online sekalipun.
Galang semakin ingin tau di buatnya, melihat semua teman sekelasnya yang begitu asik mengobrol dan bergosip termasuk Nita dan Lusi yang terus saja membahas topik Cha eun woo.
Galang kemudian menutup ponselnya, lantas mengambil buku tebal yang di berikan oleh Ayah Gema dua hari yang lalu, untuk Galang pelajari setiap harinya.
***
Bersambung.