Agatha duduk sendirian di kantin memakan makan siangnya dengan tenang sambil mendengarkan musik dari earphone yang menyumbat kedua telinganya. Sam pun datang mengampirinya lalu menekan tombol pause pada earphone Agatha.
"Dia apain lo kemarin?" tanya Sam
"Siapa?" tanya Agatha bingung
"Abe, anak kelas XI yang kemarin berantem sama gue,"
"Ngga ada, dia ngga apa apain gue,"
"Jujur sama gue, gue lihat kemarin dia ngecekal lo waktu lo keluar dari toilet, terus waktu dia keluar dari ruang guru sama, cara dia lihat ke lo sama kaya dia lihat ke gue, seolah olah dia bakalan balasin dendamnya,"
Agatha pun terdiam sesaat
"Ya kemarin dia ngecekal gue waktu di depan toilet, gara gara waktu di minimarket sekolah dia sama teman temannya ngambil makanan yang banyak terus pas tiba di kasir, dia suruh gue yang bayar, tapi gue ngga mau, gue bayarin makanan gue terus gue pergi,"
"terus waktu di taman samping perpustakaan gue ngelihat dia ngebuli seorang siswa, dia suruh tuh cowok berdiri di bawah pohon terus dia ngelemparin bola kasti di atas kepala cowok itu berulang kali, cowok itu sampai ketakutan, lo bayangin kalau tuh bola kena kepalanya atau matanya dia," Sam terus mendengarkan dengan seksama penjelasan Agatha,
"Jadi gue hampirin dia sama teman-temannya, gue marahin mereka terus gue tarik tuh cowok dari sisi pohon,"
"Terus dia apain lo?"
"Dia ngga ngapa ngapain gue, gue langsung pergi sama tuh cowok,"
"Mungkin karena dia kesal sama gue, jadi dia cekal gue waktu keluar dari toilet,"
"Zaman sekarang masih aja ada bulian, dasar bocah," ucap Sam kesal. Dia memang terkenal sangat nakal waktu SD dan SMP namun tidak ada namanya kata buli dalam kamusnya, ia sangat pantang melakukan hal itu.
"Kalau dia apa apain lo lagi, kasi tau gue biar gue hajar dia,"
"Tenang Sam, dia ngga akan ngapain ngapain gue kok,"tiba tiba saja beberapa pemuda datang menghampiri meja mereka, duduk bersama mereka, terlihat Sam yang menyapa mereka dan juga ada yang menggunakan jaket basket, yang Agatha duga mereka adalah anak anak basket .
Agatha mulai tidak nyaman karena ia dikelilingi oleh beberpa pemuda, ia ingin bangun dan pergi namun Sam menahannya, dan mengatakan tenang saja. Agatha pun tidak mempedulikan mereka, ia memilih untuk menyantap makanannya dengan tenang.
***
Bel pulang sekolah berbunyi para murid mulai berjalan keluar dari kelas mereka masing-masing. Agatha berjalan keluar dari kelasnya sambil memegang sebuah buku biologi, tiba tiba saja Agatha terkejut ada yang menariknya ke arah tangga
"Kak Daniel," seru Agatha dengan kesal
"lo masih belum percaya sama yang gue bilang kemarin?" ya pernyataan yang mengatakan bahwa dirinya seorang keturunan elf, membuat Agatha sangat terkejut. Ia bingung antara percaya atau tidak setelah mendengar pernyataan itu. menurutnya elf hanya ada di dunia dongeng dan film fantasi yang ia tonton, namun kemarin ia mendengar bahwa ia merupakan keturunan elf, ia merasa sedang bermimpi.
"gue bingung kak, gue ngerasa kaya gue lagi mimpi sekarang,"
"Ini nyata Agatha, gue paham lo pasti ngga bakalan percaya,'
"Gue bukannya ngga percaya, gue Cuma bingung kak, "
"Kalau lo ngga percaya, waktu malam bulan purnama lo arahin kalung lo ke arah sinar bulan purnama, di situ lo bakalan tahu," setelah itu Daniel pun pergi meninggalkan Agatha yang berdiri sambil memegang kalungnya mencerna ucapan Daniel.
Malam harinya Agatha tidak bisa tidur, dirinya terus memikirkan ucapan Daniel, apa benar ia seoarang elf? Apakah ibunya tahu kalau ayahnya seorang elf? atau apakah ibunya tahu tapi tidak ingin memebertitahu dirinya? Terlalu banyak hal yang Agatha pikirkan.
Agatha pun bangun dari tidurnya berdiri melihat ke arar jendela. Malam ini adalah malam bulan purnama, ucapan Daniel tadi di sekolah terpintas di kepalanya. Karena penasaran, Agatha pun mengeluarkan kalungnya dari kaosnya lalu melepaskannya, ia membuka jendela kamar lalu mengarahkan kalungnya agar terkena sinar bulan.
Tak lama kemudian kalung itu memancarkan cahaya berkilauan lalu pelan-pelan menampilkan sebuah bangunan megah dan besar yang terlihat terdapat di tengah hutan yang sangat asri dan rindang, burung burung berterbangan dan bunga bunga bermekaran, tampilan dari kalung itu membuat Agatha tercengang ia seperti melihat sebuang negeri dongeng yang biasa ia tonton.
***
"Sam, lo itu kayanya sering banget gabung sama kita," ucap Jasmin sambil melihat Sam yang sedang menyantap makan siangnya.
"Emangnya kenapa?" tanya Sam dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Gue, Alexa, Agatha kan cewek sedangkan lo cowok sendiri. lo nggak risih gitu, apalagi lo kan anak basket,"
"Gue enjoy enjoy aja kok, yah emang mungkin gue sefrekuensi sama kalian, makanya tanpa sadar gue sering sama kalian," sudah sebulan lebih mereka bersekolah, dan memang Sam selalu bersama mereka, bahkan Sam pernah diledekin oleh teman teman basketnya karena sering berkumpul bersama ketiga gadis itu. Namun Sam tidak mempedulikannya, ia Cuma merasa kalau mereka sefrekuensi jadi ia nyaman nyaman saja bersama ketiga gadis itu.
"Eh tadi pagi gue dengar siarannya Agatha, quetosnya bagus gue suka"
"Iya gue juga baru dengar tadi pagi," lanjut Jasmin
"Bukan keahlian yang menunjukan kita sebenarnya tapi pilihan yang kita ambil. itu quotesnya Albus Dumledore"jelas Alexa.
"Albus dumledore siapa?" tanya Jasmin
"lo ngga tahu?" tanya Alexa
"Gue juga ngga tahu" sahut Sam
"Kalian nonton harry potter aja pasti tahu siapa dia," jelas Alexa
"Eh anaknya datang," ucap Jasmin
"Sorry ya gue ngga gabung sama kalian, gue mau ke sana dulu," ucap Agatha dengan terburu buru. Agatha pun mempercepat langkahnya lalu duduk di hadapan Daniel, Agatha telah melihatnya sejak tadi masuk kantin, maka dari itu ia memutuskan untuk duduk makan bersama Daniel karena ia ingin menceritakan apa yang ia lihat semalam.
"Dia ngapain sama Daniel?" ucap Sam
"Ngga tahu gue," ucap Jasmin sementara Alexa hanya mengangkat kedua bahunya
"Gue udah lihat semalam," ucap Agatha
"Lihat apa?"
"Gue semalam lakuin apa yang lo bilang, gue arahun kalung ke cahaya bulan purnama, dan amazing," Daniel tersenyum tertunduk, gadis itu terlihat bersemangat.
"Apa kak pernah ke sana?'
"Pernah, karena gue asalnya dari sana. Tapi gue bukan dari kerajaan lo berasal,gue elf dari kerajaan yang berbeda, dan tempat yang lo lihat semalam adalah tempat kerjaan elf lo berasal,"
"Aloestremeria," Daniel mengangguk
"Tapi gue udah nggak pernah ke sana lagi sejak 5 tahun yang lalu,"
"Ini yang gue mau tahu dari kak Daniel,"
"Kenapa kak bisa ada di dunia manusia?"
"Ada hal yang ngga bisa gue ceritain sama lo Agatha,"
"Oke, "
"Jadi sekarang lo percaya?'
"Iya. Apa mungkin ayah gue ada disana?"
"Gue ngga tahu," jawab Daniel ragu.
"Tapi geu yakin banget ada alasan mengapa ayah lo ninggalin lo sama ibu lo. Dan pastinya itu demi kebaikan lo Agatha. Karena apa yang lo lihat indah dari luar belum tentu dalamnya juga indah," Agatha bingung ia tidak mengerti kalimat terakhir dari Daniel.