Agatha berjalan menyusuri koridor setelah dirinya baru saja kembali dari ruangan club penyiaran untuk mendaftarkan dirinya. Ia pun berhenti ketika melihat Alexa yang sedang bermain basket di dalam lapangan indoor. Alexa terlihat semangat dan sangat lincah. Agatha masuk ke dalam ruangan untuk menyaksikan Alexa bermain. Agatha pun bertepuk tangan lalu meneriaki nama Alexa untuk memberi semangat. Sekilas Alexa melihat ke arahnya sambil tersenyum tipis yang merupakan ciri khas Alexa.
Waktu sekolah telah selesai namun masih ada beberapa murid yang belajar khusunya murid kelas 12 yang ada les tambahan dan juga para murid yang sedang belajar di perpustakaan . Oleh karena itu ia memutuskan untuk menonton Alexa bermain.
Bunyi peluit berbunyi menandakan Alexa dan teman-temannya untuk berhenti bermain, Alexa pun berjalan mengambil tasnya lalu menghampiri Agatha.
"Gue kira lo udah pulang tadi," ucap Alexa yang duduk di samping Agatha lalu meluruskan kakinya.
"Gue masih pengen lihat lo main, seru soalnya plus lo juga jago mainnya,"
"Biasa aja kok," ucapnya tenang lalu meminum sebotol air mineral. Gadis dengan tinggi semampai itu pun berdiri setelah berisitirahat sebentar.
"Balik yuk, pengen mandi gue," ucap Alexa
"Oke," mereka pun berjalan keluar dari ruangan itu untuk kembali ke asrama mereka. Saat dalam perjalanan di koridor mereka melihat Sam dengan seragamnya yang berantakan dan wajahnya yang babak belur berjalan bersama seorang pemuda yang tidak mereka kenali dan juga bersama Pak Agus guru PKN, Sam tidak babak belur sendirian pemuda yang ada di sebelahnya pun terlihat babak belur bahkan lebih parah dari Sam, lalu ketiga orang itu berjalan masuk ke dalam ruang guru.
Agatha dan Alexa pun melihat dari jendela terlihat mereka dihadapkan pada dua guru lainnya dan sedang dimarahi oleh kedua guru itu.
"Sam pasti berantem," ucap Alexa
"Dasar tuh anak, ngga bisa apa dia ngga berantem selama sekolah,"
"Mungkin aja dia udah ngga bisa nahan emosinya," sahut Agatha
"Dia emang anaknya selalu emosian," tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan Sam yang berjalan keluar bersama pemuda tadi yang diduga berkelahi dengan Sam. Pemuda itu menatap Agatha dan Sam secara bergantian dengan tatapan tajam, Sam pun menatap balik dengan tatapan yang sama sementara Agatha menatap pemuda itu dengan tenang.
'Lo berdua ngapain?" tanya Sam setelah pemuda itu pergi dimana ia keheranan melihat Agatha dan Alexa yang berdiri di depan ruang guru.
"Lo kenapa berantem?" ucap Alexa langsung dengan ekspresi dinginnya.
"Jangan salahin gue, dianya yang belagu, dia yang nabrak gue tapi dia suruh gue yang minta maaf. Mana mau gue,"
"Apa susahnya tinggal minta maaf," sahut Alexa
"Lo tahu gue kan Alexa, gue ngga akan minta maaf selama itu bukan salah gue,"
"Mentang mentang dia senior jadi gue harus nurut gitu sama dia?cih," lanjutnya dengan kesal
"Udah jangan ribut. Sam, nanti jangan lupa sembuhin luka lo," ujar Agatha yang berada di tengah-tengan antar Alexa dan Sam.
"Gue ngga punya betadin atau hal hal yang berbau obat,' sahut Sam.
"Udah nanti gue kasih,"
"Nah kalau teman kaya Agatha kan enak, teman sakit diobatin bukan diomelin," sindirnya sambil melirik ke arah Alexa. Alexa pun hanya diam tak menanggapi ucapan Sam.
***
Setelah selesai mandi Agatha duduk di kursi belajarnya sambil menggosok rambut panjangnya yang basah dengan handuk, ia membuka tasnya lalu mengambil beberapa buku, lalu mengambil kalung phoenix dari atas meja untuk dikenakannya kembali. Saat ia mengenakannya tiba-tiba ia teringat pada Daniel pemuda yang meminta untuk melihat kalungnya, yang membuat Agatha bingung kenapa ia ingin melihat kalung ini dan dirinya seperti terkejut melihat kalung itu bahkan sampai menanyai dari mana ia mendapatkan kalung itu.
Apa mungkin Daniel tahu tentang kalung itu? pikir Agatha, ia merasa ketika ia bertemu Daniel lagi ia harus menanyakan tentang kalung itu. mungkin saja kalau Daniel mengetahui tentang kalung itu ia bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan ayahnya.
Ponselnya berdenting menampilkan pesan dari Sam yang mengatakan bahwa dirinya sudah berada di ruang rekreasi. Agataha pun teringat bahwa ia harus memberikan obat kepada Sam untuk menyembuhkan lukanya. Agatha pun menyisir rambutnya yang mulai mengering, mengambil kotak p3k lalu keluar dari kamarnya.
Setibanya di sana ia melihat Sam tengah duduk dan berbincang berbincang dengan Daniel Fier, Agatha pun berjalan pelan menghampiri Sam
"akhirnya lo datang juga," ujarSam
"Tadi gue masih mandi," ucap Agatha
"Ini kotaknya," Sam punmenerima kota tersebut lalu membukanya
"Wih lengkap, kayanya kalau gue sakit tinggal minta sama lo aja," Sementara Agatha terus memperhatikan Danile demikian pula dengan Daniel
"Ya udah gue ke sana ya, dan jangan lupa balikin,"
'Oke deh," Agatha pun pergi meninggalkan Sam dan Daniel untuk duduk di tempat lain. Agatha duduk di salah satu sisi dekat jendela, ia suka duduk dekat jendela untuk bisa melihat lingkungan luar yang menampilkan pepohonan
'Gue boleh duduk?' tanya Daniel yang sudah berdiri di hadapan Agatha, gadis berkulit putih cerah itu pun melihat Daniel. Agtaha meneliti Daniel dari bawah sampai atas, sejak pertama kali ia melihat melihat Daniel ia merasa Daniel bukanlah manusia. Pemuda itu memilik mata abu abu yang tajam namun menenangkan, rambut coklatnya yang lebat, ia memiliki wajah yang sangat tampan, Agatha tidak memungkiri itu ia seorang perempuan. Ditambah lagi ia memiliki aura yang berbeda auranya begitu menenangkan, ia terlihat sangat berbeda bukan seperti manusia pada umumnya. Agatha pun segera mengalihkan pandangannya, berdehem lalu mengangguk pelan. Sebenarnya sejak tadi Agatha ingin berbicara pada Daniel saat ia melihat pemuda itu tadi, namun karena Daniel tengah berbincang dengan Sam, jadi ia memutuskan untuk tidak menanyakannya.
" Kalau lo mau tanya tanya aja," Agatha terkejut, bagaimana ia tahu, apakah Daniel bisa memebaca pikirannya
"Dari cara lo lihatin gue tadi, kelihatan banget lo pingin nanya sama gue,"
"Oke. Apa kak tahu sesuatu tentang kalung ini?" ucap Agatha sambil memegang kalungnya
"Kalung yang lo pakai itu, menunjukan identitas keluarga lo, kalung itu menjelaskan dari mana lo berasal?"
"Apa lo tau dari mana ayah lo berasal?" Agatha menggeleng
"Gue ngga pernah tahu siapa ayah gue, almarhum ibu gue selalu nyembunyiin identitas ayah ketika gue bertanya, dia ngga pernah mau kasi tahu,"
"Jadi ibu lo udah meninggal?" tanya Daniel dengan nada yang dipelankan
"Iya, dua bulan yang lalu,"
"Gue turut prihatin," Agtaha mengangguk lalu tersenyum tipis
"jadi lo sama siapa sekarang?"
"Sama om gue, hanya dia pilot so yeah gue sendirian di Jakarta, but dia selalu balik dua minggu sekali kok, dan dia yang jadi wali gue sekarang,´Daniel mengangguk mengerti.
"Apa lo tahu dari mana kalung ini berasal?"
"solanya kalung ini dari ayah gue, siapa tahu kalau lo tahu, gue bisa dapat petunjuk siapa ayah gue," ujarnya dengan serius
"oke, gue harap lo percaya sama apa yang gue bilang," Agatha mengangguk
"kalung itu berasal dari dunia elf," ucapnya dengan nada yang pelan agar tidak didengar oleh orang lain.