Chereads / Agatha Eliosia / Chapter 3 - Phoenix

Chapter 3 - Phoenix

Dengan menggunakan hoodie putih yang besar dan celana jins Agatha berjalan di sekitar lingkungan asramanya, ia baru saja pulang dari minimarket yang berada di sekitar lingkungan asramanya, ia tidak bisa berbelanja dari luar asrama karena itu adalah peraturan asrama dan sekolah. Waktu masih menunjukan pukul 7 malam jadi ia memanfaatkan waktu sebentar untuk berjalan jalan menghirup udara segar.

Ia berjalan pelan sambil menghirup udara segar di malam hari, ia pun melihat beberapa anak laki-laki yang nongkrong di taman sambil menyanyi dan bermain gitar. Agatha benci ini, melewati kerumunan laki-laki, namun bagaimana lagi, itu adalah jalan menuju asrama, ia pun memberanikan diri untuk melewati mereka.

"Agatha," terdengar seorang pemuda yang memanggilnya, Agatha pun menoleh, ahhh ternyata itu Sam teman SMP nya Alexa yang tadi di kantin.

"Dari mana lo?"

"Dari minimarket,"

"Ohh,"

"Gue jalan dulu ya," ucap Agatha lalu berjalan meninggalkan kerumunan para laki laki itu.

Langkahnya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang menatapnya intens dari arah jendela asrama, Agatha tahu siapa pemuda itu, pemuda yang tadi datang ke kelasnya untuk mengantar paket. Pemuda itu terus menatap Agatha tanpa henti, Agatha tidak mengenalnya ia pun mengalihkan pandangannya lalu berjalan cepat memasuki gedung asrama.

Setibanya di kamarnya, ia langsung meletakan belanjaannya di dalam lemari, lalu mengambil buku biologinya untuk mengerjakan pr.

Tidak ada Alexa dan Jasmin di dalam kamar, ia mengira bahwa mereka sepertinya ada di ruang belajar asrama, ia memutuskan untuk belajar di sana juga, jadi ia bisa bertanya pada Alexa jika ada yang tidak ia paham.

"Alexa gue duduk di sini ya,"

"Duduk aja,"

"Lo lagi belajar apa?"

"Bahasa inggris," ujar Alexa dengan pandangan yang masih fokus pada buku bahasa inggrisnya.

"Nih susu kotak buat lo sama Jasmin," Ujar Agatha sambil meletakan dua kotak susu di hadapan Alexa

"Dia ngga ada di kamar?"

"Ngga ada, gue kira dia sama lo,"

"Kemana lagi tuh anak?"

"Buat gue satu ya," Sam datang secara tiba-tiba lalu mengambil susu kotak di atas meja.

"Itu punya Jasmin Sam," sahut Alexa

"Tapi dia ngga ada kan?"

"Udah ambil aja, buat Jasmin masih ada kok di kamar," Sam pun tersenyum lalu meminum susu kotak itu.

Sam pemuda dengan rambut berwarna coklat dan jakung ini selalu ada dimana-mana, kadang sendirian atau bersama teman temannya, Alexa mengatakan bahwa Sam adalah anak yang sangat rusuh saat SMP, suka menjahili teman temannya, bolos sekolah, dan berkelahi. Makanya Alexa tidak heran melihat dia bisa masuk sekolah asrama, mungkin itu cara orang tuanya untuk mengurangi nakalnya.

Demikian pula seorang pemuda yang tadi ia lihat berdiri menatapnya dari jendela juga berada di ruangan ini menatap dirinya sekali lagi, Agatha heran apa salahnya dan apa mereka pernah bertemu sebelumnya, sampai sampai pemuda itu terus menatapnya.

Namun hanya sebentar saja tatapan pemuda sudah dialihkan ke arah buku yang dipegangnya.

"Sam, lo tau ngga siapa cowok yang duduk di sana?" Tanya Agatha pada Sam yang duduk di sebelahnya

"Yang mana?"

"Yang pake kaos hitam itu," Sam pun melihat ke arah pemuda itu.

"Dia anak kelas 11 namanya Daniel Fier kalau ngga salah, waktu itu gue sempat minta tanda tangannya dia waktu MOS. lo ngga minta tanda tangannya dia?"

"Ngga,"

***

Jasmin bangun dari tidurnya ia merasa ingin kencing, ia pun melepaskan selimutnya lalu berjalan menuju toilet dengan keadaan yang setengah ngantuk, setelah 3 menit berada di toilet ia pun keluar, tiba tiba langkahnya terhenti ketika melihat cahaya cahaya kecil dari tangan Agatha, ia pun mengocok matanya sesaat lalu cahaya itu hilang.

"Gue pasti salah lihat, mungkin halusinasi gue," gumamnya.

Ia pun berjalan pelan ke arah tempat tidurnya kembali membawa dirinya di dalam mimpi.

Pagi harinya, seperti biasa mereka berkumpul di kantin untuk melakukan sarapan.

"Kalian udah tau mau masuk ekskul apa?" Tanya Jasmin

"Gue basket," sahut Alexa sambil membaca buku yang ada di tangannya

"Gue kira seorang kutu buku kaya Alexa ngga doyan basket," ujar Jasmin

"Lo aja yang ngga tau," sahut seorang pemuda yang suaranya tidak asing lagi bagi ketiga gadis tersebut.

"Lo itu selalu muncul ya," ucap Alexa yang mengalihkan pandangannya pada Sam.

"Gue kan lewat, jadi karena gue dengar jadi gue jawab dong. Gue salah?" Alexa tidak menjawab ia kembali memfokuskan dirinya pada buku sejarah sambil menyantap sarapannya.

"Alexa jago ya?" tanya Jasmin dengan penasaran.

"Beuhh, lo lihat aja nanti saat dia main," ucap Sam yang ikut duduk di samping Agatha.

"Kalau lo Agatha?" Lanjut Jasmin

"Penyiaran,"

"Cocok,ngga heran gue sering lihat lo dengarin radio tiap hari,"

"Kalau lo sendiri?" Tanya Sam

"Gue ngga tahu, gue pengennya join sama salah satu dari kalian but, gue ngga jago basket atau siaran di radio," ujarnya sambil menopang wajahnya dengan kedua tangannya.

"Pilih aja yang lo suka kan," sambung Alexa

"Menurut lo Agatha, gue cocoknya apa?"

"Hah kenapa?" Sejak tadi tatapan Agatha jatuh pada Daniel Fier yang sejak tadi menatapnya, ia heran apa salahnya. Mengapa pemuda itu tidak menghampirinya saja, jika ia merasa ia ingin berbicara.

Agatha merasa seperti seorang buronan yang sedang dimata matai.

"Menurut lo gue cocoknya masuk ekskul apa?jelas Jasmin sekali lagi.

"Cheer leaders," sahut Agatha lalu berdiri ketika melihat Daniel beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kantin.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau ke kelas, mau balikin buku teman gue,"ucapnya lalu mengenakan ranselnya memegang nampan lalu meninggalkan teman temannya.

Setelah keluar dari kantin ia pun mempercepat langkahnya untuk mengejar Daniel Fier, pemuda itu masih terlihat. Ia tidak bisa berlari karena dilarang untuk berlari di koridor, ia semakin mempercepat langkahnya ketika melihat pemuda itu yang mulai menjauh darinya.

Tiba tiba langkah Daniel berhenti, Agatha semakin mempercepat langkahnya.

"Kenapa lo ngikutin gue?" Tanya Daniel saat ia berbailik tepat dengan Agatha yang menghentikan langkahnya.

"Seharusnya gue yang tanya, kenapa kakak sering memperhatikan gue? Kita pernah ketemu sebelumnya?" Daniel diam, ia hanya menatap mata Agatha intens, dan Agatha pun melakukan yang sama, Daniel memiliki tatapan yang tajam lalu menenangkan dan matanya juga berwarna abu abu sama seperti matanya.

"Lo punya kalung phoenix kan?"

"Dari man-,"

"Gue boleh lihat?" Agatha kaget darimana Daniel tahu ia memiliki kalung phoenix, dan ditambah lagi kenapa ia mau melihat kalung itu yang membuat Agatha bingung

"Buat apa?"

"Gue ngga bakalan nyolong tuh kalung," sahut Daniel dengan nada meyakinkan.

Agatha pun melepaskan kalung itu lalu memberikannya pada Daniel, setelah menerimanya Daniel pun meneliti bandul kalung itu yang memiliki bandul burung phoenix

Daniel terkejut setelah melihat kalung itu, ya apa yang Daniel duga memang betul kalung yang dipakai Agatha adalah kalung dari bangsa Elf dimana terdapat tulisan Alstroemeria, yang merupakan nama kerajaan dimana burung phoenix adalah simbol dari kerajaan ini.

"Dari mana lo dapat kalung ini?"

"Dari ayah gue,"

"Ayah lo dimana?"

"Gue ngga pernah ketemu sejak kecil," Daniel menyimpulkan bahwa ayah Agatha adalah seorang Elf yang berasal dari keluarga kerajaan Alstroemeria.

Apakah Agatha murni seorang elf ataukah ia seorang setengah elf? Daniel semakin yakin bahwa Agatha memiliki darah seorang elf setelah melihat kalung ini dan mata Agatha yang berwarna abu abu yang merupakan warna mata khas bangsa elf.

"Lo tau arti dari kalung ini?"

"Ngga, " ya Agatha tidak pernah tau arti dari kalung itu, ibunya hanya berkata untuk menjaga kalung itu dengan sabaik baiknya.

Daniel bingung dengan ketidaktahuan Agatha mengenai arti kalung itu, ia bisa menyimpulkan bahwa Agatha tidak tau menau tentang siapa dirinya.

Agatha pun langsung mengambil kalung miliknya dari Daniel lalu berjalan meninggalkan Daniel setelah mendengarkan bunyi bel.