Chereads / Someone Who I Call Winter / Chapter 4 - 4. Thanks

Chapter 4 - 4. Thanks

Ada beberapa kabar yang kudengar disekolah hari ini, mulai dari Jimin yang sebentar lagi akan mengadakan pesta ulang tahunnya, dan membuat heboh seluruh murid wanita. Pesta ulangtahunnya memang sudah menjadi event tersendiri disekolah, karena dirayakan dengan sangat mewah dan meriah. Aku tidak terlalu memperhatikan pembahasan ulang tahunnya.

Tapi selain itu berita bahwa beasiswa Taehyung telah dicabut itu yang lebih menarik perhatianku. Aku bisa mengerti jika alasannya adalah ketidak hadirannya selama dua minggu disekolah, tapi bagaimana jika karena ia membuat Jimin kesal tempo hari. Ah.

Aku menarik buku ditangan ku dan mulai fokus membaca, tapi pikiranku masih melayang. Taehyung bukanlah sesuatu yang harus aku khawatirkan. Tapi bagaimana jika ia berhenti sekolah karena biayanya yang berat?, ah tidak-tidak. Kudengar Taehyung bukanlah dari keluarga menengah. Tapi sepertinya iya.

Aku mengangkat kepalaku dan menjatuhkan bukuku dengan berat. Saat sadar bus berhenti tepat didepan halte yang dimana ku lihat Taehyung disana. Aku melihat sekelilingku, ruang dalam bus sedikit longgar, tak banyak orang didalamnya. Dan kupastikan lagi keberadaan Taehyung diluar. Ia hendak naik. Dan ia sendirian.

Aku menyandarkan tubuhku, entah kenapa aku sedikit gugup. Kuperhatikan satu persatu orang yang naik, dan duduk dikursi yang kosong. Kursi disampingku masih kosong sampai kulihat wajah Taehyung muncul dimuka pintu bus.

"tidak" gumamku dalam hati saat melihatnya, dan kami melakukan kontak mata, ia berjalan menuju tempatku, dan duduk disampingku dengan tenang.

"oh"

Sementara ia terlihat begitu tenang aku justru seperti sedang membeku.kaku. tidak bisa bergerak sama sekali meski aku sangat ingin bahkan saat jarak kami masih ada 10 inchi. Entah.

Aku melirik kearah Taehyung tanpa menoleh. Ia duduk diam disana seolah kami tidak saling kenal sama sekali. Untuk beberapa saat bus berjalan, kami sama-sama diam. Aku tidak yakin juga apa yang harus kukatakan jika ingin berbicara dengannya. Kulirik tangannya yang ia lipat melindungi tasnya, seolah takut seseorang akan merebutnya. "padahal tempo hari dengan suka rela ia berikan pada gadis yang bersamanya"

"ne?" suara Taehyung kemudian

"eum" aku menoleh spontan dan bersuara karena kupikir Taehyung sedang mengajakku berbicara, tapi saat sadar, ia sedang dimintai tolong oleh seorang kakek tua dibelakangnya.

"ahg"

Babo yaah, aku memukul kepalaku sebagai hukuman, kenapa aku harus merasa gelisah duduk disamping Taehyung. Ini gila. Saat kupikir ia akan memulai berbicara dengan ku, ia menjadi diam lagi setelahnya, sampai akhir pemberhentianku. Saat aku hendak keluar ia juga berdiri dari tempat duduknya, seolah mempersilahkan aku keluar dengan leluasa. Dan setelahnya ia kembali duduk. Entah mengapa saat itu juga aku ingin ia segera menyapaku atau apalah semacamnya untuk membuatku merasa kalau kita memang saling kenal.

Tapi saat aku benar-benar berada diluar bus itu tak pernah terjadi, hinggah aku sadar buku yang sejak tadi kupegang kini tak ada lagi dalam genggaman ku.

oh tidak!

Aku mengangkat kepala ku dan spontan menatap ke jendela bus tempatku duduk sebelumnya, disana Taehyung juga melihat kearahku, mengikuti pandangannya saat bus benar-benar telah melaju pergi. Ia bahkan tidak memberi tanda pada ku ditengah kepanikanku, apa ia sendiri tidak sadar aku meninggalkan buku ku disana?.

"ah, mati aku" seruku saat bus sudah pergi menjauh, itu adalah buku kedokteran yang ku ambil diam-diam dari kamar kakak ku, dan disana sudah banyak catatan khusus yang kak seokjin tulis. Buku yang mungkin tidak akan kutemukan lagi didunia ini.

"ah bisa gawat jika Taehyung tidak menyelamatkannya"

***

Keesokan paginya, aku tidak punya pilihan lain selain menunggu kedatangan Taehyung. Aku bahkan tidak bisa duduk tenang dikursi ku sampai kudapati Taehyung muncul dari balik pintu.

Namun hinggah waktu menunjukkan pukul 8.15 Taehyung tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Kupikir ia mungkin saja terlambat, tapi hinggah bel berbunyi anak itu tak muncul juga.

"ah telinga ku mungkin akan putus mendengar marah-marah Seokjin"

"Eunji-yah, apa Taehyung tidak masuk?" tanyaku

Eunji menoleh padaku

"ha? Kim Taehyung?"

"eum"

"aku melihatnya di kantor guru tadi pagi" katanya kemudian

"kantor guru? Apa yang ia lakukan?" tanya ku lagi

"entahlah, aku hanya lewat tadi"

Syukurlah anak itu masuk sekolah, setidaknya aku bisa sedikit lega mengetahui keberadaannya.

Sesaat setelah seorang seonsaengnim masuk kelas, akhirnya Taehyung juga menampakkan wajahnya dari balik pintu dan langsung berjalan menuju tempat duduknya.

"taehyung-ah" bisikku pelan begitu ia melewati kursiku, ia hanya melirik sebentar lalu tetap berjalan. Gelisa ku belum reda karena tidak dapat sepenuhnya berbicara dengan Taehyung menanyakan masalah buku sialan itu.

Sementara itu pelajaran dimulai dengan tenang hinggah waktu istirahat adalah waktu yang tepat untuk menanyakannya. Namun begitu aku berbalik melihat keberadaan Taehyung, anak itu sudah meninggalkan tempatnya.

Aahhrgg

Apa ia sedang menghindariku!

"Hyena-ya, ayo makan" bangkit eunji dari tempatnya

"wae?" tepukan dipundak dari Eunji menyadarkanku panggilannya

"makan?, ayoo makan" kataku kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Eunji yang baru akan merapikan mejanya

"Yah, Hyena!" teriaknya samar kudengar.

Dikantin

Aku berhenti tepat dimulut pintu kantin, terlalu banyak orang. Aku bahkan tidak yakin Taehyung mau berada ditempat ini. Tapi tak terlalu lama mencari, ketemukan sosoknya duduk dipojok ruang kantin yang cukup luas.

"Hyena!, kau mau kemana?, makanan mu" panggilan Eunji kembali mengalihkan perhatianku, tapi aku tetap menurutinya tapa melepaskan pandanganku dari punggung Taehyung. Aku mengambil makanan ku terlebih dahulu yag telah disediakan pihak kantin karena makan itu juga penting.

"kita duduk disana" kataku mengarahkan Eunji

Eunji mengikutiku dari belakang, begitu sampai dimeja Taehyung, aku dengan sigap duduk dihadapannya, dan Eunji disamping Taehyung.

"Taehyung-ah annyeong" sapa Eunji ramah

Taehyung hanya mengangkat kepalanya sebentar tapi tidak menjawab

"aishh, chinja" gerutu Eunji melihat sikap dingin Taehyung

Aku tidak melepaskan pandanganku dari Taehyung meski tanganku sibuk mengaduk makanan dihadapanku, menunggu beberapa saat ia berhenti mengunyah.

"Taehyung-ah, kita kemarin satu bus kan?" tanyaku

Taehyung kembali mengangkat kepalanya, tidak menjawab, tidak menggeleng, tidak juga mengangguk.

Ah dasar

"kemarin aku meninggalkan buku ku didalam bus, dan kau duduk disampingku kan?" tanya ku lagi, tapi seolah tak ada respon

"buku,.... buku kedokteran tingkat Universitas" kataku kemudian lebih detail

"aku... aku meninggalkannya ditempat duduk ku kemarin" kata ku lagi lebih detail dan memberi penekanan disetiap katanya

Tapi Taehyung masih tidak menjawab.

Untuk beberapa saat ia hanya melihatku saja

"ausshh, chinja..."

"ya! apa kau benar-benar mendengarku?" kataku mulai muak

Taehyung melepaskan tatapannya, dan tangannya mulai sibuk mengaduk makanan

"tidak" katanya kemudian

"aku tidak melihatnya" katanya lagi

"WAE?!!"

"waeh, kim..."

Seketika aku menjadi lemas mendengar perkataan Taehyung.

"wae, wae, wae???"

"kau jelas-jelas berada disampingku, dan aku tau aku meninggalkannya disana, kenapa..."

"buku?.... buku apa?" potong Eunji

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Eunji karena kepanikan muncul dikepala secara acak. Seokjin oppa akan membunuhku segera begitu aku menampakkan wajahku padanya.

"KIM HYENAAA!!!" aku bahkan bisa membayangkan betapa rasanya telingaku akan putus mendengar ia marah.

"ya!! Buku apaaa?!!" tanya Eunji dengan suara yang lebih tinggi

"aahhg!, kau tak perlu tau?!" bentakku kemudian

Oppa bahkan tidak pernah mengizinkanku masuk Universitas Kedokteran, dan sekarang buku yang kucuri darinya telah kuhilangkan.

"yaa!! Jadilah apa saja, asal jangan jadi dokter, karena aku dokternya!"

"buku.... yang ku curi" gumamku samar

Eunji menatapku seraya terus mengunyah makanannya.

"jadi buku yang hilang itu, buku yang kau curi?"

Aku menatap Eunji lemas, kemudian mengangguk

"eum"

"bukannya buku yang dicuri sudah pasti hilang" katanya lagi

Ha?

Aku menegakkan dudukku dan menatap Eunji engan raut berpikir

"orang itu bahkan tidak tau kau yang mencurinya kan?" katanya lagi menyusul suapan terkahirnya

CLAP

Aku menepuk tangan ku begitu sepenuhnya sadar maksud Eunji. Itu benar. Seokjin bahkan tidak tau jika aku mengambil bukunya, dan sekarang bukti itu telah hilang, jadi harusnya aku tidak perlu khawatir.

"good"

"ahhhaa.... hahahha..." entah apakah ini tawa lega atau tawa bahagia

"ayo makan" sambungku kemudian mulai menyantap makananku yang berantakan.

"aku tidak menyangka kau secerdas itu" kataku disela-sela mulutku yang penuh.

"tapi kenapa bisa, kau tidak melihatnya sementara kau duduk disampingku?" tanyaku kemudian pada Taehyung lagi.

Taehyung melihatku sebentar lalu meneguk minumnya sembari sedikit menggeleng.

"hoiii, nugu nii?"

Sebuah suara muncul dari arah belakangku, kulihat Taehyung dan Eunji mengangkat kepala mereka secara bersamaan. Aku yang sedang memasukkan satu suapan ikut menoleh.

Ah Park Jimin

Anak itu dengan santainya berjalan mendekat begitu menyadari keberadaan Kim Taehyung.

Ah, tidak bisakah aku menghabiskan makanan ku terlebih dahulu.

Ia kemudian duduk tepat disampingku, tanpa melepaskan pandangannya dari Kim Taehyung. Kulihat itu secara seksama dan jelas. Anak ini bahkan tidak bisa meninggalkan mangsanya begitu saja.

"hoii, Kim Taehyung" serunya

"kau sudah makan?" katanya lagi

Taehyung tidak menjawab, tapi ia juga tidak bergerak pergi

Aku yang sejak tadi masih mengunyah, melanjutkan makanku dengan santai.

Jimin melirik kearahku, dapat kupastikan karena aku juga spontan melihat kearahnya. Argh. Aku yang awalnya ingin memasukkan makanan jadi tidak lagi.

"wae?" kataku kemudian saat mulai aneh dengan cara melihatnya.

"aniii, manhi mogo" jawabnya

"Park Jimin, apa kau tidak bisa meninggalkan dia makan dengan tenang?" suara Eunji muncul lagi

"dia bahkan sudah selesai makan" Jimin menunjuk kearah nampan makan Taehyung

"bukan Taehyung, tapi Hyenaa" kata Eunji lagi menunjuk nampan makanku

Jimin kembali menoleh kearahku.

"Hyena?, Kim Hyena" gumamnya saat melihat papan namaku

"oh, Kim Hyena, si kutu buku Kim Hyena"

"YA!! Byun Hyena, Byun Hyena-yaah" sela ku tiba-tiba saat sadar Jimin telah salah menebak orang. Dan seorang gadis berkaca mata tebal menoleh heran begitu namanya dipanggil.

"siapa yang kau maksud kutu buku?" gerutuku

"arasseo, arasseo! ah suara mu keras juga" keluh Jimin menyerngitkan kening

"jika kau tidak ada perlu aku pergi" kata Taehyung berdiri dari tempatnya

"ahh... aahh. tunggu-tunggu" halang Jimin segera

Taehyung berhenti tapi tidak kembali duduk.

"beasiswa mu?" tanya Jimin kemudian

Spontan aku menoleh ke arah Jimin dengan begitu banyak pertanyaan, Eunji pun begitu.

"euhm" jawab Taehyung singkat, kemudian berlalu

"hooo, Park Jimiin" sahut Eunji

Jimin hanya tersenyum tipis,

"itu bukanlah hal yg sulit" katanya

Kemudian beranjak pergi dari tempatnya.

Aku yang sebenarnya belum paham keadaan ikut tersenyum saat Jimin meninggalkan tempatnya, terlebih lagi saat melihat Eunji terkesan salut pada Jimin.

***

Aku mendapat beberapa kabar mengenai beasiswa Taehyung, penyebab diberhentikan beasiswanya murni karena ketidak hadirannya selama 2 minggu tanpa alasan yang jelas, dan juga nilai yang mulai tidak memenuhi syarat kelulusannya. Tidak ada sama sekali sangkut paut masalahnya dengan Jimin. Itu bagus.

Dan kabar terbarunya terjadi tadi pagi, saat Taehyung menjaminkan seluruh beasiswanya diatas sebuah perjanjian bersyarat. Dan rumornya itu adalah permintaan Jimin langsung.

Aku tidak tau apa yang tiba-tiba membuat Jimin turun tangan dalam masalah beasiswa Taehyung, ia bahkan tidak mengenali anak itu saat dilapangan. Sontak segala pikiran mengenai sifat Jimin yang dulu runtuh seketika bak diterjang banjir bandang.

"apa sekarang pantas ia disebut malaikat?"

"ah, tidak, itu terlalu cepat"

Tapi yang jelas, dari semua itu, keadaan menjadi lebih baik.

terima kasih telah membaca,