Chereads / Someone Who I Call Winter / Chapter 7 - 7. Pernyataan Cinta

Chapter 7 - 7. Pernyataan Cinta

Sudah seminggu lebih Taehyung tinggal bersama ku dan Seokjin, tidak banyak hal merepotkan terjadi karena akhirnya Seokjin memiliki teman bermain game dikamarnya hampir setiap malam. Aku benar-benar tidak menyangka ia punya kegemaran yang sama dengan Seokjin.

Aku juga mendengar kabar mengenai kakak Taehyung yang kembali dirawat disalah satu rumah sakit Seoul tempat Seokjin bekerja, tapi Seokjin masih tidak membiarkan Taehyung untuk tinggal sendirian, dan menyuruhnya untuk menetap lebih lama.

Sementara itu aku menjalani kehidupan sekolah seperti biasa, tak ada satupun orang yang tahu jika Taehyung tinggal bersama ku seminggu ini.

Tapi hal yang berbeda justru datang dari Jimin. Ia benar-benar gila. hampir setiap istirahat ia datang ke kelasku hanya untuk memberikan susu pisang.

Ia melemparkannya tepat dihadapanku, hingga aku sedikit kerepotan untuk menangkapnya. Hanya itu yang ia lakukan kemudian pergi begitu saja.

Namun saat aku memberikan susu pisang itu pada Eunji, ia kemudian berbalik lagi dan mengambilnya lalu memberikan tepat digenggaman ku.

"kau akan mati jika memberikannya pada orang lain" ancamnya kemudian benar-benar pergi

"auussh, chinjaa" gerutuku

Tapi kupikir tidak semua yang dilakukan Jimin itu gila. Adakalanya tiba-tiba ia mendatangiku di perpustakaan. Hanya duduk dihadapanku untuk beberapa saat, kemudian pergi. Sementara aku hanya menoleh tidak peduli padanya.

***

Siang itu saat pulang sekolah, aku berjanji pada Eunji untuk menemaninya ke toko buku yang tak jauh dari sekolah. Disiang yang terik dan panas. Kami memasuki toko buku dengan tawa yang hangat, kupikir tidak ada hal yang lebih menyenangkan jika kau pergi dengan sahabatmu sendiri.

Aku memperhatikan jelas detail buku apa yang akan Eunji beli, ia salah satu penggemar manhwa. Meski aku tidak terlalu tertarik aku ikut memberi komentar saat melihat manhwa-manhwa yang berjejeran.

Tapi aku tidak akan berbicara tentang Eunji dan manhwa pilihannya. Melainkan sosok yang kulihat tak jauh berdiri dari tempat kami.

Dia Hana

Atau lebih tepatnya gadis yang selalu bersama Taehyung didalam bus. Aku tidak terlalu menelusuri apa yang sedang ia cari. Kami tidak saling kenal jadi biarlah.

"oh oppa, aku sudah disini, ada dimana yang kau maksud" suaranya samar-samar terdengar

Aku berusaha tidak peduli sama sekali, dan memilih untuk melihat-lihat sekitar.

"hyena-yah, aku sudah dapat" sahut Eunji, aku mendekat padanya saat ia akan segera membayar dikasir

"kau pikir ini baguskan?" tanya Eunji padaku

Aku hanya mengangguk seadanya.

Begitu selesai transaksi kami segera berbalik untuk keluar toko, sampai...

"oh?, Taehyungi da" seru Eunji heran melihat Taehyung berada diluar toko

"apa dia menunggu seseorang?" katanya lagi

Aku menoleh ketempat dimana Hana berdiri tadi, benar saja, ia keluar begitu menutup ponsel lipatnya.

Taehyung dan Hana bertemu diluar toko

"apa itu pacarnya?" tanya Eunji sekali lagi, ia kemudian menoleh kearahku seperti menunggu jawaban

Aku melihatnya datar, aku bahkan tidak pernah membayangkan akan bertanya tentang itu.

"kenapa kau bertanya padaku?"

"hanya penasaran"

Eunji kemudian kembali berjalan, dan saat ia sadar aku tak ada disampingnya, ia segera menoleh

"ayoo" sahutnya

"tidak, baru saja oppa menghubungiku, katanya aku harus memperbaiki kran shower yang rusak"

"haa??"

"mian, aku pulang dulu"

Aku berjalan pergi meninggalkan Eunji yang hanya kebingungan diluar toko. Padahal kita sudah berencana untuk makan siang bersama di cafe tempatku bekerja.

Aku tidak sepenuhnya berbohong masalah kran shower. Seokjin benar-benar menghubungi ku untuk segera meminta tukang service datang kerumah.

Tapi begitu beberapa saat aku berjalan meninggalkan toko, tiba-tiba tanpa perintah kaki ku mengarahkanku ke jalan yang berbeda dari seharusnya.

Aku menyusuri beberapa gang yang penuh dengan kafe dan kudapan-kudapan. Bahkan nyaris berlari karenannya. Saat kupastikan aku berada dimana, aku kembali mengambil jalan lebih sempit.

Kupikir mungkin aku sudah gila, tapi rasa penasaranku jauh lebih menggila. Saat kulihat Taehyung bersama gadis itu, sepertinya aku tidak sedang baik-baik saja, bahkan sampai pada perasaan yang sulit untuk kujelaskan.

cuaca yang terik benar-benar membuatku berkeringat. Sesekali aku menyekanya, tapi keringat makin terasa mengalir deras. Kepalaku panas, tapi mungkin hatiku sudah terbakar.

Taehyung terlihat membuka pintu toko terlebih dahulu lalu Hana masuk setelahnya. Sementara aku berdiri diam diujung gang melihat semua kejadian itu.

"ha, michyeonna bwa" gumamku pada diriku sendiri

"entah apa yang kulakukan sekarang?" aku berusaha keras menyadarkan diriku sendiri

Aku memperbaiki posisi berdiriku, dan berusaha berhenti 'memata-matai' mereka. Dan ketika aku berbalik badan, aku dikejutkan dengan keberadaan seseorang yang juga berdiri dibelakangku.

"Jeong Jungkook?, neo?" kejutku heran

"apa yang kau lakukan disini?"

"kau sendiri sedang apa?"

"aku? Uhm" Jungkook memain-mainkan permen yang ada didalam mulutnya

"entah kenapa kau selalu muncul disaat-saat seperti ini?" gumamku kemudian berjalan pergi

"bukankah itu kebetulan" katanya mengikutiku dari belakang

"lalu kenapa kau mengikutiku?" tanya ku baru sadar

"aku tidak mengikutimu" katanya

"lalu?" aku membalikkan badanku menghadapnya

"ya! Apa ini area milikmu?" tanyanya ketus

"anii"

"lalu?"

"haaa.. sudahlah" tutupku tidak ingin berdebat

"Hyena haksaeng?"

Aku menoleh kesumber suara dibelakang ku, itu Yura ssaem.

"Jungkook tto issne" (jungkook juga disini")

"annyeong haseyo" sapaku sopan, Jungkook juga membungkuk sopan

"apa kalian sedang double date?" tanyanya lagi

"ah? Double date?" aku sedikit terkejut dengan pertanyaan ssaem sampai akhirnya sadar jika Taehyung dan Hana sudah berada tak jauh dari kami

"oh my god"

"hana ssi, kita bertemu lagi disini" sapa Yura ssaem pada Hana yang tersenyum seraya berjalan mendekat

"Annyeong haseyo" sapanya ramah, sementara Taehyung disampingnya hanya tersenyum tipis dan membungkuk sopan

"apa-apaan ini, bahkan Yura ssaem mengenal gadis itu??"

"masa muda memang indah" seru ssaem sekali lagi sebelum meninggalkan kami berempat dan berbelok di gang lain

"menjengkelkan" gumam Jungkook pelan

Aku menoleh kearahnya tidak kalah kesal, bahkan aku tidak sempat mengelak karena lebih terkejut dengan kehadiran Taehyung dan Hana dibelakangku.

"ya!, Taehyung-ah" panggil Jungkook saat Taehyung hendak beranjak pergi,

Taehyung menoleh sedikit

"yeoja chingu?" tanyanya blak-blakan

Aku sebenarnya sedikit tak menyangka dengan pertanyaan Jungkook yang tiba-tiba keluar begitu saja, tapi disamping itu aku juga penasaran.

Taehyung tidak menjawab tapi tangan Hana justru membuatku ingin berteriak, ia dengan jelas sigap meraih lengan Taehyung untuk mendekat, seolah memberi jawaban yang cukup.

"ha, dasar gadis rubah"

"geurae" seru Jungkook seolah paham.

"ayo jalan" katanya kemudian kepadaku,

"mwoya?" heranku dengan suara pelan

"jalan saja" pintanya sedikit berbisik, kemudian menarik tanganku pergi bersamanya

Begitu kami jalan cukup jauh, Jungkook langsung melepaskan genggamannya. Aku menoleh kebelakang dan memastikan Taehyung tidak lagi melihat kami.

"ha, sepertinya aku sudah gila" gumamku kembali pada diri sendiri

"sepertinya memang begitu" kata Jungkook melirikku

Aku melihat Jungkook disampingku, entah kenapa anak ini terus menerus muncul disaat yang bahkan tidak bisa kuduga.

"kau cemburu?" tanyanya kemudian

"hah??"

"aku benar kan?" katanya seraya berjalan pergi meninggalkan ku

***

Aku sampai dirumah lebih dulu, tak ada siapa-siapa didalam. Aku membuang sepatuku dengan malas kemudian menggantinya dengan sendal rumah.

Tidak berapa lama Taehyung juga muncul dari balik pintu. Aku menoleh sebentar melihatnya lalu masuk kedalam kamarku.

Kudengar pintu Taehyung juga tertutup setelahnya.

Aku membuang tubuhku ditempat tidur begitu masuk, lalu memandang kosong langit-langit kamar.

/tok tok/

Aku bangkit seketika saat suara pintuku berbunyi.

"hyena" suara Taehyung dari luar menggema

"mau apa dia sekarang?"

"wae?" seruku dari dalam kamar

Tidak ada suara dalam beberapa detik, hingga membuatku harus membuka pintu untuk Taehyung

Dia berdiri diambang pintuku begitu aku melihatnya.ia masih mengenakan seragamnya sama seperti ku.

"wae?"

"aku membawa pulang ayam goreng untuk dimakan bersama" jelasnya

Aku diam sebentar melihatnya, ia kemudian tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi kearah dapur dan menyiapkan apa yang ia maksud tadi.

"aku mau mandi dulu" kataku, ia hanya mengangkat kepalanya mendengarkan ku.

Saat aku mengambil handuk dan berjalan masuk kamar mandi, kulihat lagi ia didapur telah melepaskan jas sekolahnya, duduk tenang di meja makan menunggu ku.

Ia melihatku sebentar sesaat sebelum memasuki kamar mandi. Aku bahkan tidak berniat makan dengannya saat ini. kugantung handukku dengan asal di kamar mandi. Kemudian menyalakan kran untuk mengisi bak, airnya tidak keluar. Ah aku lupa.

Kugoyang-goyangnya kran air ditanganku dengan kasar, sampai aku bahkan tidak sadar menggunakan seluruh kekuatanku untuk memaksanya. Alhasil kran ditanganku lepas , oh tidak, dan air mengalir keras keluar menghantam seluruh apa yang ada disekelilingnya, aku basah seluruhnya dengan seragam yang masih kupakai. Seperti terkena banjir bandang.

"aaakkk" teriakku tak kuasa mencoba memasang kembali kran atau mencoba menutup lubang pipa yang terbuka, air mengenai kasar wajahku, aku bahkan serasa tenggelam karena air yang keluar mengenai masuk kedalam hidung dan mulut ku.

"Taehyung-aah" teriakku disela-sela kepanikanku.

Kudengar pintu kamar mandi terbuka, Taehyung muncul disana dengan wajah terkejutnya, segera ia bergerak cepat menuju pipa yang terbuka, lalu menyumbatnya dengan tangannya sebentar. Dan mengunci kran air lainnya yang menempel didinding.

Saat air berhenti mengalir, aku melepas kran yang patah dari tanganku. Aku benar-benar seperti habis tenggelam, Taehyung juga sama, ia juga basah kuyup.

Aku mencoba mengatur napasku setelah kepanikanku, dan melihat kearah Taehyung yang juga mengatur napasnya pelan-pelan. Saat tatapan kami bertemu, spontan suasana menjadi canggung, dan Taehyung dengan sigap membalikkan badannya agar tak melihatku.

Ini benar-benar memalukan

Aku meraih handuk yang kugantung tadi dan langsung membungkus tubuhku. Taehyung masih berdiri diam ditempatnya, saat aku bergerak menuju pintu dan membukanya.

Seokjin menatapku heran begitu ia tak sengaja lewat didepan kamar mandi.

Sial, dia sudah pulang

"ya! Neo wae geurae?" (kau kenapa?) tanyanya heran yang melihatku seperti habis kehujanan

Saat Seokjin bergerak mendekat keambang pintu kamar mandi, ia melihat Taehyung masih berdiri didalam

"ya?! Apa yang kalian lakukan?" kejutnya begitu melihat Taehyung berbalik sebentar padanya

Aku mendorong tubuh Seokjin mundur, dan melewatinya tanpa menjawab apa-apa

Taehyung juga ikut keluar setelahnya dan langsung masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Seokjin yang nyaris kehilangan akal.

"ya! Kalian, carilah tempat lain jika ingin melakukan sesuatu, jangan dirumah!!" suara Seokjin meninggi kesal, menatap dua pintu tertutup dihadapannya.

"auuuh dasar anak-anak itu, tidak menghargai yang lebih tua"

"apa kalian tidak bisa menjaga privasi??!! " gerutunya

***

Setelah makan aku segera bergegas menuju kafe tempatku bekerja, aku tidak tahan dengan keluhan Seokjin yang terus menerus menyinggung kejadian kamar mandi tadi meski sudah mengetahui faktanya. Seokjin punya alasan sendiri kenapa ia menjadi marah saat itu, biar bagaimana pun ia merasa khawatir.

"bisa kita bertemu saat kau pulang kerja?" aku menerima pesan dari Taehyung, saat aku menaiki bus.

Entah apa yang akan ia bicarakan, ini adalah pertama kalinya terjadi sejak 2 tahun kami sebagai teman sekelas. Aku berusaha tidak memikirkannya, tapi berkali-kali aku melirik ponselku hanya untuk membaca dan memastikan jika pesan itu benar-benar dari Taehyung.

Jika ia ingin bertemu, dia bahkan bisa melakukannya dirumah. Pintu kamarku bahkan hanya beberapa langkah dari kamarnya.

Aku memalingkan wajahku kejendela bus, sudah cukup gelap diluar sana.

***

"gamsahamnida" seruku pada salah satu pelanggan. Kali ini aku bertugas sendirian, kafe tempatku bekerja tidaklah besar, tapi kami memiliki kopi yang nikmat, dan meraciknya sangatlah sederhana, setidaknya aku tidak perlu memakan banyak waktu hanya untuk menyiapkan satu kopi pelanggan.

"latte juseyo" pinta satu pelanggan dihadapanku

"nde" jawabku, kemudian membuatkan apa yang tadi ia pesan.

"selamat datang" seruku ditengah membuat latte, saat melihat pelanggan masuk

"satu latte"

Pelanggan tersebut menerima latte miliknya kemudian pergi

"park jimin?" heranku begitu melihat Park Jimin muncul setelah pelanggan yang tadi pergi

"kau ingat apa yang kukatakan sebelumnya padamu?" katanya

"aku tidak ingin membahasnya disini"

"ya, Kim Hyena, sudah kubilang kau akan mati jika tidak datang" katanya lagi

Aku tidak menjawab, justru kembali melanjutkan pekerjaan ku

"Hyena-yah, kau mau mati?" kini suaranya sedikit meninggi

"kenapa kau selalu ingin aku mati? Apa kau ingin membunuhku?" aku mengangkat kepalaku melihatnya

"aku hanya ingin kau datang"

"wae?"

"geunyang"

Aku menghentikan pekerjaanku dan terdiam menatap Jimin.

"aku menunggu mu" katanya pelan

"jika kau tidak ingin minum sesuatu pergi saja, aku sedang bekerja"

***

Jimin duduk disalah satu meja pelanggan, satu ice americano untuknya. Sengaja kuberikan tanpa ia meminta. Entah kenapa anak itu menjadi begitu diam setelah aku memintanya pergi. Tapi ia seperti tak berniat untuk pergi, ia justru benar-benar menungguku sampai selesai bekerja.

"ya! Apa kau tidak bosan?" tanyaku mendekat padanya

"ani, aku senang berada disini"

"terserah kau" aku kembali pergi meninggalkannya

Satu gelas americanonya telah habis, ia kemudian terlihat berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan-jalan disekitar kafe, seperti sedang melihat-lihat sesuatu. Aku berusaha tidak memperdulikannya, dan fokus bekerja.

"kurasa aku mulai senang disini" ungkapnya, begitu melihat beberapa pajangan dinding. Aku hanya melihatnya sebentar.

"hyena-yah, apa kau masih lama?"

"jam 10 kafe ini akan tutup, aku berharap kau segera pergi" gumamku tanpa melihatnya

"aku akan menunggu mu"

"yak!" tegurku

"aku senang disini"

"ya, Park Jimin, bukannya kau mengadakan pesta ulang tahun mu?, kenapa kau tidak ada disana?"

"na saengil aninde" (ini bukan ulang tahunku)

"ini hanya pesta biasa, bukan ulang tahun ku" sambungnya

"lalu apa yang mereka katakan?"

"aku hanya berbohong, aku bahkan tidak ingin orang-orang mengetahui ulang tahunku yang sebenarnya"

"wae?"

"aku hanya ingin merayakannya dengan tenang"

Aku berbalik dan tidak melanjutkan pembicaraanku dengan Jimin. Kuraih kantong sampah dari dalam dapur, kemudian berjalan membawanya keluar.

"Kau mau kemana?"

"menurutmu kemana?, membuang sampah"

Begitu aku keluar kafe, aku membuang sampah yang tadi kubawa dan juga sarung tangan karet milikku kuselipkan masuk kedalamnya. Aku melihat kearah Jimin yang ada didalam kafe, melihatku dengan jelas dan seksama sejak tadi.

Mengingat bagaimana dia begitu menjengkelkannya dan tiba-tiba menjadi diam seperti ini, tampaknya lebih mengerikan lagi. Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"kau sudah selesai?" tanyanya berdiri lagi dari duduknya

"memangnya kenapa kalau aku sudah selesai"

"aku ingin mengajakku keluar sebentar"

"aku tidak bisa"

"kenapa?"

"hanya tidak bisa" aku baru ingat pesan dari Taehyung tadi, saat aku melihat kearah luar jendela dia sudah ada diluar sana menungguku.

Kulihat ia berjalan mendekat begitu kami melakukan kontak mata.

"aku ingin mengatakan sesuatu" kata Jimin berjalan mendekat

"katakan saja jika ada yang ingin dikatakan" balasku kemudian berjalan menuju pintu kaca saat kulihat Taehyung hampir sampai. Tapi secara tiba-tiba tangan Jimin menghalauku, ia menaruh tangannya tepat digagang pintu yang akan kubuka.

Pintunya terbuka sedikit dan suara kendaraan yang bising mulai terdengar. Jimin mendekatkan tubuhnya padaku, tatapan dalam dan sulit kuterjemahkan dengan kata-kata.

Berdiri disana untuk beberapa saat, tak bergerak sama sekali

"bagaimana jika kubilang"

.

.

.

"aku menyukai mu" katanya kemudian

.

.

.

.

Sontak aku yang mendengarnya merasa cukup terkejut. Aku terdiam beberapa saat dan hanya menatapnya matanya, kebingungan .

Untuk pertama kalinya dalam hidupku seseorang mengatakan hal itu padaku dengan sangat jelas dan lantang.

.

"hyena, aku menyukaimu" katanya lagi

***

EPILOG

Taehyung mengunjungi kakaknya dirumah sakit setelah beberapa minggu kakaknya pergi ke Daegu. Sakit kakaknya mungkin tidak semakin parah tapi ia belum kunjung membaik dari sebelumnya. Taehyung menunggui kakaknya selama berjam-jam lamanya, hingga ia rela pulang larut malam.

"aku ingin pergi mencari biola baru" Taehyung membaca satu pesan yang ia terima dari Hana, teman kelas les musiknya.

Taehyung sebenarnya sudah membolos beberapa hari, dan tidak lagi berniat melanjutkannya. Disaat lelah dan kesedihannya yang bercampur aduk Taehyung melangkah lambat menuju rumah Seokjin.

Taehyung tidak mengatakan apa-apa begitu masuk kedalam rumah, ia pikir mereka mungkin sudah tidur, tapi begitu ia melangkah masuk keruang makan. Ia menemukan Seokjin dan Hyena yang sedang berbincang santai sambil tertawa.

"oh, Taehyung-ah, kau sudah pulang?" sahut Seokjin menyambutnya dengan senyum

"ne" Taehyung menjawab pelan

"Hyena, siapkan makan malam untuk Taehyung, cepat" pinta Seokjin

Taehyung diam ditempatnya melihat bagaimana dua bersaudara itu menyambutnya.

"apa kakakmu baik-baik saja?" tanya Seokjin begitu Taehyung melepas tasnya dan duduk

Taehyung menggeleng

"masih tidak ada perkembangan" jawabnya

"begitu, sepertinya aku harus melihatnya sesekali, kau tidak perlu khawatir, rumah sakit memiliki banyak tim yang handal" kata Seokjin berusaha menenangkan

Hyena mendorong beberapa lauk kehadapan Taehyung.

"manhi mogo" katanya kemudian duduk kembali ditempatnya.

***

"taehyung-ah, jika kau tidak sibuk, ayo kita bermain game" seru Seokjin dari balik pintu kamarnya, begitu melihat Taehyung lewat.

Taehyung tersenyum tipis dan langsung masuk kedalam kamar Seokjin. Sesekali mereka terdengar berteriak secara kompak, lalu tertawa, begitu seterusnya sampai salah satu diantara lawan mereka mati.

***

"taehyung-ah, minumlah ini" Hyena memberikan Taehyung segelas Yuja cha atau teh dengan bulir jeruk yuzu

Taehyung menerimanya dan langsung meminumnya

"habiskan juga punyaku" katanya lagi memberikan satu gelas miliknya

"kenapa punya mu juga?" heran Taehyung

"minum saja, oppa hampir tiap hari membuat ini, aku sebenarnya tidak terlalu menyukainya"

Taehyung sekali lagi meneguk habis segelas milik Hyena.

Hyena langsung meraih gelas tersebut saat melihat Seokjin keluar dari kamarnya.

"oppa sudah kuhabiskan, aku pergi duluuu" pamit Hyena

"annyeong ikhaseyo" pamit Taehyung juga

***

"aku pulang" seru Taehyung pelan ketika berada diambang pintu, sekali lagi ia pulang larut

Ia berjalan masuk kedalam dapur yang dilihatnya Hyena sedang mengerjakan sesuatu dimeja makan.

"oh kau sudah pulang" Hyena mengangkat kepalanya menyapa ditengah tangannya sibuk menulis

Taehyung berjalan mendekat memperhatikan apa yang sedang Hyena kerjakan

"ini tugas dari Myung Soo seonsaengnim, apa kau sudah mengerjakannya?"

Taehyung menggeleng, sepertinya ia lupa

"tenanglah, ini buku catatan Eunji, dia anak yang bisa diandalkan" jelas Hyena mengangkat buku yang ia maksud

Taehyung tersenyum melihatnya

Lalu ikut duduk dan mengeluarkan buku catatan miliknya.

"mulailah salin dari sini, aku sebentar lagi selesai" Taehyung menuruti penjelasan Hyena dan mulai mencatat

"pelan-pelan saja, aku akan menunggumu" kata Hyena lagi

"kau sudah makan?"

Taehyung mengangkat kepalanya kemudian menggeleng

"aku sebenarnya tidak pandai memasak, tapi tadi aku baru saja memakannya dan rasanya enak, akan kubuatkan, tunggu"

Taehyung tersenyum hangat melihat Hyena yang mulai bergerak menyiapkan makan malam untuknya.

Saat selesai, Taehyung menyantap makanannya sambil terus mencatat. Hingga lama waktu berlalu ia tidak sadar jika Hyena justru telah tertidur disampingnya.

Taehyung menyingkirkan piring kotor miliknya dan mencucinya. Catatannya telah selesai. Tapi ia masih duduk disana melihat wajah Hyena yang tertidur pulas karena menunggu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi, Seokjin sendiri belum pulang.

Taehyung menyandarkan dagunya tepat diatas tangannya, tanpa melepaskan pandangannya dari Hyena. Gadis itu benar-benar tertidur pulas dalam keadaan duduk seperti ini. taehyung kemudian memiringkan sedikit kepalanya diposisi yang nyaman untuk tidur. Tapi matanya tak kunjung tertutup, pandangannya lebih tenang melihat wajah Hyena.

Selama beberapa saat ia hanya memandanginya, tak berniat sedikitpun untuk bangkit dari duduknya.

Saat Hyena terlihat hendak menggaruk pipinya yang gatal, Taehyung menjadi sedikit panik dan langsung memegangi tangan Hyena agar berhenti menggaruk.

Ia kembali terdiam, dan hanya menatap dalam keheningan.

.

"hyena-yah" gumamnya pelan

.

"bisakah aku menyukaimu"

.

terima kasih telah membaca,