Chereads / Someone Who I Call Winter / Chapter 9 - 9. Salju Musim Panas

Chapter 9 - 9. Salju Musim Panas

"kami pulang"

Aku masuk dapur terlebih dulu, dan kudapati Seokjin disana.

"oppa, sedang apa?" tanya ku saat kulihat tangannya sibuk menuangkan saos diatas daging

"menurutmu sedang apa?"

"kau sedang masak"

"hm"

"apa enak?"

"tentu saja"

"untukku juga kan"

"memangnya aku suka makan tanpamu?"

"oppa baik sekali, aku terharu"

"sudah biasa"

"oppa, saosnya tumpah dilantai" tegurku

.

.

.

Seokjin mengangkat kepalanya, melihatku dengan tatapan datar

"YA!! BERENTI BICARA!! BANTU AKU"

Aku buru-buru lari meninggalkannya dan segera masuk kedalam kamar.

Begitu aku keluar lagi, kulihat Taehyung sudah melepaskan tasnya dan mendekat ke arah Seokjin. Melakukan pekerjaannya tanpa perintah.

"oppa, kelasku menang lagi" kataku setibaku di meja makan

"geurae?, kerja bagus" katanya seraya menaikkan panci masaknya ke atas kompor

"oppa, bisa cepat sedikit?, aku sudah lapar" sahutku lagi santai

"bagimana aku bisa cepat jika kau tidak datang membantuku disini"

"aku tidak bisa membantu oppa, aku lelah"

DING DONG

"nuguya?" tanyaku begitu mendengar suara bel pintu

Seokjin dan Taehyung menoleh bersamaan

"bukalah, itu pasti Yura" perintah Seokjin

Aku bergerak setelahnya menuju pintu, dan benar saja itu Yura ssaem.

"Hyena annyeong" sapanya begitu melihat wajahku

"anyyeong haseyo" sapaku ramah dan mengajaknya ke ruang makan

"kau sudah datang" seru Seokjin

"annyeong oppa" Yura berjalan mendekat kearah meja makan dan menyimpan barang bawaannya

"kau membawanyakan?" tanya Seokjin begitu melihat tas kue Yura

"ne, yeogi" Yura membuka kotak kue yang ia bawa

"untuk apa kuenya?" tanya ku disela-sela mereka

"untuk ulang tahun Yura"

"ha??, lalu oppa menyuruhnya membeli kue itu sendiri? cih"

Yura tersenyum tipis

"kau tau kan aku sibuk, lagi pula Yura sendiri tidak masalah kan?"

"ne, nan gwenchana" katanya

"aku membuatkan mu sup rumput laut, makanlah selagi hangat" Seokjin mengangkat mangkuk supnya tepat dihadapan Yura yang telah duduk

"oppa, aku juga mau" pintaku

"andwe" jawabnya datar

"manhi mogo" serunya tersenyum pada Yura

Aku mengambil mangkuk nasiku dengan wajah cemberut dan kami memulai makan malam dengan santai.

Begitu selesai makan Yura mengambil alih bagian membersihkan, Seokjin juga ikut serta tidak seperti biasanya. sesekali mereka benar-benar terlihat saling membantu satu sama lain seperti pasangan pada umumnya

Sementara aku dan Taehyung menyaksinya dengan perasaan canggung.

"himdeuro?" suara Seokjin samar-samar terdengar

Yura terlihat mengangguk

"gwenchana" kata Seokjin

Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, aku hanya sibuk makan kue ulang tahun yang dibawa Yura tadi

Seokjin mengeringkan tangannya dengan handuk begitu selesai lalu hanya diam disana melihat Yura menyelesaikan pekerjaannya.

Aku yang awalnya ingin memasukkan satu suapan kemulut ku jadi tidak lagi.

"ah, ku pikir aku mulai mual" gumamku

Taehyung juga menurunkan sendoknya

"Ya! Kenapa kalian tidak keluar membelikanku soda, atau apa saja yang kalian mau beli?" perintah Seokjin begitu sadar jika ia sedang jadi tontonan

"kenapa harus?"

"aku akan memberi mu uang lebih" katanya kemudian

"oke call" aku bangkit seketika

"Taehyung-ah kaja" perintahku pada Taehyung yang kemudian juga ikut berdiri.

Sesampai di mini market, aku seperti benar-benar akan menghabiskan uang yang diberikan Seokjin padaku, aku mengambil semua mulai dari yang sangat ku inginkan sampai yang mungkin kuinginkan.

"satu cola, sprite, baekju, keripik kentang, keripik kentang, keriping kentang, ice cream, ice cream daan ah sosis" aku mengumpulkan barang belanjaanku tepat di kasir

Kasir sendiri terlihat mengangkat dua kaleng bir ditangannya. Dan memandangku heran

"ya! Uri oppa-ya" kataku begitu mengerti maksudnya

Setelah selesai berbelanja, dijalan pulang. Taehyung terlihat menyelaraskan langkah kami, kuperhatikan saat kulihat bayangannya dijalan.

"musim panas datang" gumamku samar

"hm?" Taehyung menoleh padaku

Aku menggigiti ice cream ditanganku

"apa kau suka musim panas?" tanya ku kemudian memandang langit malam yang luas

Taehyung mengenadah keatas

"nan joah" kataku lagi

"tapi terlalu kuat" sambungku

Ku lihat lagi langkah kami yang beriringan, begitu ku pelankan langkahku. Taehyung terlihat jalan lebih dulu kemudian menoleh heran padaku.

"wae?" tanyanya heran

"anii" kataku kemudian berjalan kembali. Taehyung menunggu ku sebentar dan kembali berjalan setelahnya

Kuperhatikan setiap sudut dari dirinya ketika berjalan disampingku, bagaimana tangannya bergerak, bagaimana padangannya yang datar, dan bagaimana sesekali ia memelankan langkahnya.

Melihatnya beberapa saat membuatku ingat kembali kejadian tadi siang disekolah, mengenai bagimana tiba-tiba ia menarik tanganku dan memberiku tongkat estafet miliknya.

Tiba-tiba menjadi gugup

Taehyung menoleh kembali padaku, karena aku menunduk, segera ia menaruh tangannya diatas kepalaku. Aku relfeks menghindar

Ia sepertinya tekejut

Tapi aku lebih terkejut

"waee?" kataku

"kau terlihat murung"

"ha? aku? Anii"

"benarkah?"

"ne" aku memperbaiki posisi berdiri menjadi lebih santai

"uhm, sebentar lagi akan ada perjalanan satu malam, kau ikut kan?" aku mengalihkan topikku

Taehyung diam sebentar,lalu menggeleng

"wae?"

"kakakku operasi dihari yang sama, aku ingin menemaninya"

"benarkah?"

Taehyung mengangguk

"aku akan mengunjungi kakakmu sesekali, kami belum pernah bertemu"

"aku akan bercerita tentang mu padanya"

"geurae"

Aku kembali berjalan ditengah kegugupanku yang entah karena apa.

"ah, bukan kah itu Jungkook?" heranku begitu melihat seseorang tengah duduk sendiri tepat di area tempatku tinggal

"sepertinyaa..."

"ah..."

Aku menarik tangan Taehyung dengan cepat, memintanya mundur segera agar tak terlihat

tapi...

"Kim Hyena?"

Kudengar suara Jungkook dengan jelas, tidak ada tempat untuk kabur, Jungkook telah melihatku lebih dulu

"Kim Taehyung?"

Jungkook berjalan mendekat kearah kami berdiri dengan wajah bingung

"oh, Jungkook-ah, neo yeogi waee?" tanya ku gelagapan

Jungkook menaruh tangannya dalam kantong dan menatap kami dengan padangan curiga

"kalian sendiri?"

"na??"

"aku tinggal di sini, itu rumahku" jawabku segera

"kau sendiri? Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"aku sedang berjalan-jalan sebentar, tapi entah kenapa aku justru sampai disini"

"haa?? Waee?"

Jungkook melihat-lihat sekelilingnya heran, apa dia benar-benar tidak sadar berjalan sejauh ini

"aku tidak tau jika itu rumahmu"

"nee, aku sudah tinggal disana sejak aku kecil, ha ha"

Jungkook kemudian diam menatap ku dan Taehyung

"sebenarnya, pertanyaanya bukan kenapa aku ada disini, tapi kenapa kalian berdua bersama di malam seperti ini?" tanyanya menyelidik

"ha?? ituu, anuu" aku mulai kehilangan alasan apa yang akan ku katakan

"belajar private, aku dan hyena sedang belajar privat dengan Yura ssaem" jelas Taehyung tiba-tiba

"haaaa?!!"

"belajar private?" Jungkook menyerngit

"nee!, kita sedang belajar bersama, ha ha"

"bersama Yura ssaem?"

"eung, Yura ssaem"

"jika kau tidak percaya, kau bisa masuk kedalam" kata Taehyung santai

WHAAAT

Aku nyaris kehilangan bola mataku karena terkejut dengan perkataan Taehyung, dia terlalu banyak bicara sampai tidak bisa berpikir mengenai apa yang akan terjadi jika Jungkook masuk kealam rumah.

"ha ha haa, Taehyung-ah, kau makin pintar berbicara akhir-akhir ini" kataku canggung

Taehyung melihatku datar seolah tanpa rasa bersalah

"baiklah" seru Jungkook menyetujui

"ANDWEEE!!" halauku spontan, menarik tangan Jungkook segera

"wae?"

"aahah, ada baiknya tuan rumah yang berjalan lebih dulu" pintaku, lalu berlari masuk kedalam rumah

Begitu aku membuka pintu rumah dengan keras, aku segera berlari kearah meja makan dan mendapati Sekjin dan Yura yang asik bercengkrama santai sambil tertawa.

"wae? Wae?, apa ada kebakaran?" tanya Seokjin heran begitu melihat wajah panikku

"anii, ehem" aku berdeham dan berdiri diambang pintu dapur

"kau kenapa?" tanya Seokjin lagi

"aa, u,, uri chi, chingu Jungkook" kataku gagap

"annyeong haseyo" sapa Jungkook ketika memasuki area ruang makan

Yura ssaem yang awalnya duduk ditempatnya, tiba-tiba ikut berdiri heran melihat keberadaan Jungkook

"oh, Jungkook-ah, wae yeogi?" tanyanya heran

"aku datang kesini karena Yura ssaem sedang mengadakan belajar private"

"belajar private?" heran Yura

Aku mundur sedikit ke belakang Jungkook lalu memberi aba-aba pada Yura agar mengiyakan apa yang dimaksud Jungkook.

Jungkook menoleh kearahku dan refleks aku bersikap santai

"kenapa kau berdiri saja? Ayo duduk" seruku segera

Jungkook duduk disalah satu kursi meja, aku mengambil satu kursi cadangan untukku.

"maaf kami punya meja yang kecil karena biasanya hanya kami bertiga yang makan disini" sahut Seokjin tiba-tiba begitu melihat Jungkook sedikit tak nyaman

"gwenchana" serunya

Aku kembali menjadi gugup begitu Seokjin mengatakan bertiga, untung saja Jungkook tidak menyinggungnya

"aku tidak menyangka akan bertemu anda disini" kata Jungkook kemudian pada Seokjin

Aku mengangkat kepalaku heran mendengarnya

"denganku?" tanya Seokjin sama herannya

"iya, aku biasa melihat foto anda dimeja Yura ssaem, dan penasaran seperti apa orang yang menjadi kekasihnya" jelasnya

"benarkah? Lalu aku orang seperti apa?"

"kau terlihat baik"

Seokjin tersenyum mendengarnya

"Jungkook juga murid yang baik, dia sangat pandai olahraga, dia yang membuat menang kelasnya hari ini" sahut Yura setelahnya

"dia memang terlihat kuat" balas Seokjin

Jungkook menunduk dan tersenyum kecut menatap kuenya

"dia juga sepertinya sangat dekat dengan Hyena dan Taehyung, beberapa hari yang lalu aku melihat mereka sedang jalan bersama" kata Yura lagi

Aku yang awalnya telah memasukkan satu suapan kue kedalam mulutku nyaris kumuntahkan lagi

apa maksudnya dengan jalan bersama?

"aku tidak pernah mendengar ceritanya dari Hyena, apa kau menyukainya?"

"oppaa" bisikku menggertak

"ahha, ia terlihat malu"

Jungkook mengangkat kepalanya dan memandang tegas kearah Seokjin, kemudian melihat kearahku

Apa maksud dari tatapannya?

Dia diam sejenak lalu menatap lagi kearah Seokjin

Seolma (tidak mungkin)

.

.

.

"aku menyukai"

.

.

.

.

.

.

"Yura ssaem"

"wah daebak" gumamku spontan

Tanpa sadar aku menjatuhkan sendok yang tadinya ku pegang

Raut wajah Yura berubah seketika mendengar apa yang telah dikatakan Jungkook

Sementara Seokjin tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat

"aku menyukai Yura ssaem, dan dia tau itu" kata Jungkook dingin

"Jungkook haksaeng" seru Yura tegas

Seokjin spontan memegang tangan Yura yang sepertinya akan meledak karena kesal

"wae? Apa anda marah?" tanya Jungkook pada Seokjin

Seokjin tidak menjawab tapi sorot matanya sedikit berbeda

"Jungkook-ah ini keterlaluan" tegur Yura lagi

"ssaem yang keterlaluan, ssaem bilang akan mendengarkan ku jika kelas ku menang kali ini, tapi justru menghindar"

Aku menutup mulutku karena terkejut mendengar cara berbicara Jungkook pada Yura,

apa ini sudah lama terjadi?

Tiba-tiba suasana menjadi begitu dingin

"kau tau kan jika Yura adalah guru mu?" tanya Seokjin akhirnya

"aku tau, tapi tetap saja dia adalah perempuan, apa ada batasan untuk menyukai seseorang?"

"tapi maaf, dia milikku sekarang" ungkap Seokjin kemudian berdiri dari duduknya

Jungkook juga ikut berdiri

"kau hanya pacarnya bukan suaminya kan?"

WOW

Seokjin tersenyum kecut mendengarnya

"kita serahkan saja pada Yura, kupikir itu lebih baik, selamat malam" Seokjin berjalan pergi meninggalkan meja makan

"kau bahkan tidak tau kesedihan ssaem, apa pernah kau memikirkan bagaimana ia melewati harinya?"

Seokjin menoleh kembali

Yah, ige bwoya? Drama?

Aku tidak menyangka Jungkook akan seberani ini

"Jungkook-ah keumane, aku antar kau pulang" halang Yura kemudian menarik tangan Jungkook untuk segera pergi

Seokjin diam ditempatnya dengan tatapan dingin melihat bagaimana Yura kemudian mengambil seluruh barang-barangnya kemudian pergi dengan Jungkook

Aku berbalik melihat Seokjin

"oppa? Bagaimana sekarang?" tanyaku

Seokjin tidak menjawab ku dan langsung masuk kedalam kamar setelahnya.

***

EPILOG

Jungkook memasuki ruang guru sore itu. Ia membawa beberapa tugas yang tertinggal oleh Hyena.

"annyeong haseyo" sapa Jungkook pada salah satu ssaem dimejanya.

Ia terlihat mengusap ujung matanya beberapa kali.

Jungkook yg awalnya ingin bergerak pergi tiba-tiba berbalik mendatangi Yura ssaem kembali.

"aku melihat ssaem menangis dibelakang perpus tadi" katanya segera

Yura sedikit terkejut dan spontan berbalik

Matanya memang terlihat sembab seperti habis menangis

"ah, Jungkook haksaeng, anii, nan Gwenchana" jelasnya

"sepertinya tidak"

Jungkook lalu mengambil satu kursi dan duduk disana

"apa kau butuh sesuatu?" tanya Yura ssaem

"anii"

"lalu?"

"aku hanya ingin memastikan ssaem baik-baik saja"

"aku baik-baik saja" seru ssaem berusaha meyakinkan

"ah, aku butuh sesuatu, sepertinya" kata Jungkook lagi

"cepat katakanlah, lalu pergi"

"aku butuh nomor ponsel ssaem"

"ha?"

"mungkin saja ssaem membutuhkan sesuatu"

"nan gwenchana, kau tidak perlu khawatir, Jungkook ssi"

Jungkook tersenyum kecut

"terus terang, aku terkenal pandai membuat wanita menangis tp aku sendiri tidak tahan melihat mereka menangis sepanjang hari"

"lalu?"

"aku akan berusaha membuat mereka lupa dengan kesedihan mereka"

"dengan cara?"

Jungkook mengosok-gosok ujung hidungnya terlebih dahulu

"uhm, pelukan?"

"ahaha" Yura terkekeh

"kisseu??"

"mwo?" Yura terkejut disela tawanya

Jungkook tersenyum sebentar lalu berdiri dari tempatnya

"kuharap ssaem tidak menangis lagi saat pulang" gumamnya kemudian pergi

Tapi saat akan berjalan keluar pintu ia menemukan Hyena seperti sedang menempelkan wajahnya di pintu ruang guru lainnya

"liat apa?" serunya

"waaah, kapjagi-yah" sahut Hyena terkejut

***

Jungkook berhenti disudut jalan gang begitu Yura ssaem mendapati kehadirannya.

"ya! Jungkook-ah ini tidak baik, pulanglah kerumah mu sekarang" perintah Yura ssaem tegas

"aku hanya ingin memastikan ssaem pulang kerumah dengan aman"

"ha?? disiang seperti ini?"

Jungkook mengangguk cemberut

"berhenti disana dan pulanglah"

Jungkook diam ditempatnya, lalu mengikuti kembali Yura begitu berbelok ke gang yang lebih kecil, sesaat sebelum akan memasuki sebuah tempat Yura kembali melihat Jungkook disana.

anak itu bahkan tidak bisa mendengar perintahnya dengan baik

dengan rasa kesal Yura kembali mendekati Jungkook

"tunggu aku disini jika kau memang mau menungguku"

"ssaem tidak akan menjual diri kan?"

"haa??"

Jungkook kemudian mengarahkan pandangannya ke bangunan mengerikan yang akan dimasuki Yura

"tenanglah, aku tidak akan melakukannya" Yura kemudian menyodorkan sebuah permen pada Jungkook

"kau bahkan menganggapku seperti anak kecil" keluhnya saat menerima permen Yura

sesaat kemudian YUra masuk kedalam bangunan tua tersebut dan Jungkook diam ditempatnya menunggu, sampai beberapa saat tak sengaja ia melihat Hyena lewat dan berhenti di sudut gang.

Jungkook mendekat tanpa menimbulkan suara kemudian mencoba menyelidiki apa yang sedang dilihat oleh Hyena. tapi begitu Hyena berbalik, ia nyaris kehilangan kekuatannya untuk berdiri.

"ya!! Jeon Jungkook, neo?!" kejutnya

tak lama kemudian Yura ssaem keluar dari bangunan tua tersebut dan mendapati Hyena dan Taehyung juga ada disana

"double date?" serunya begitu Hyena menyapanya

Jungkook melebarkan matanya pada Yura

"indahnya masa muda" sambungnya kemudian berjalan bebas meninggalkan Jungkook disana

Yura menoleh sebentar kearah Jungkook dengan menahan tawanya. mengambil kesempatan untuk segera pergi.

***

***

Tepat dihari dimana kami akan mengadakan perjalanan satu malam sekolah ke area sekitar Jecheon yang terkenal dengan pegunungannya yang indah. Ini aalah kali pertama aku datang kesana.

Semalam kudengar Taehyung telah berangkat lebih dulu kerumah sakit karena operasi kakaknya diadakan ketika tengah malam, mungkin pagi ini sedang masa pemulihan pasca operasi.

Aku telah bersiap-siap sebelum akhirnya Seokjin keluar rumah dan menyalakan mesin mobilnya, berencana untuk mengantarku ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum aku pergi ke sekolah.

"apa kira-kira sudah bangun?" tanya ku ditengah perjalanan kami

"ya! Dia itu pasca operasi, bukan hanya tidur seperti biasa"

"ah, begitu yah?"

"kau tidak ketinggalan sesuatu kan?" tanya Seokjin

Aku menoleh kearah barang-barang ku yang berada di jok belakang mobil

"kalau aku ketinggalan sesuatu, oppa akan membawakannya untukku kan?'

"ah, jangan bermimpi"

Sesampai kami dirumah sakit, Seokjin meninggalkanku dilobby karena harus kembali bekerja. Ia hanya memberitauku sebentar mengenai letak kamar kakak Taehyung berada. Dan aku berjalan sesuai petunjuk yang ia berikan.

Sesekali aku mengingat-ngingat nomor kamarnya saat melihat pintu-pintu kamar rumah sakit. Dan kemudian mendapati kamar yang ku cari-cari sejak tadi.

"permisi" seruku begitu membuka pintu

Pandangan pertama tak kulihat siapapun didalam, begitu aku membuka pintu selebarnya. Tiba-tiba kudapati gadis yang bernama Hana itu sedang duduk didekat jendela sambil membaca manhwa ditangannya.

Ha? apa yang gadis rubah itu lakukan disini?

Ia menoleh kearahku dengan wajah bingung

"nuguya?" katanya

Aku melepaskan genggaman ku dari gagang pintu dan menatapnya kosong.

Tapi begitu kulihat seseorang yang sedang tertidur di ranjang pasien, aku tidak bisa memastikan apakah dia kakak Taehyung atau bukan, karena kami memang tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Min Yoongi" gumamku membaca namanya di papan bangsal

"ah, joesonghamnida" (maaf) ungkapku kemudian menutup kembali pintu kamar

Aku tiak benar-benar pergi setelahnya, aku yakin jika aku tidak salah kamar, tapi marga pasiennya berbeda dengan marga Taehyung. Apalagi kehadiran Hana.

"apa itu saudaranya?"

Aku berjalan meninggalkan kamar sebelumnya, berencana mendatangi Seokjin untuk meminta petunjuk. Tapi belum jauh aku berjalan, aku bertemu Taehyung.

"ya! Kim Taehyung" panggilku segera

Taehyung berjalan mendekat begitu melihatku

"aku datang kesini untuk melihat keadaan kakakmu sebelum pergi"

"benarkah?"

"ne, tapi aku tersesat" aku tersenyum canggung

"kau melewatinya" katanya kemudian berjalan ketempat semula yang kudatangi

"eh?"

Taehyung masuk lebih dulu kedalam kamar, aku menyusul setelahnya. Dan begitu melihat kami Hana langsung berdiri dari tempatnya.

"kau yakin disini?" bisikku padanya

"hm, dia kakakku" katanya

"tapi... uhm"

Satu fakta yang aku tau dari Taehyung kali ini. aku tidak menyangka jika ia telah melewati begitu banyak hal di hidupnya yang masih terbilang muda.

Taehyung dan kakaknya, Yoongi adalah salah satu anak yang berasal dari panti asuhan kecil di pinggir kota daegu. Mereka adalah saudara kandung terpaut usia 8 tahun, orang tua kandung mereka meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal yang terjadi sehari setelah perayaan tahun baru di usia Taehyung yang masih 3 tahun. Selama 2 tahun mereka tinggal bersama di panti asuhan.

Yoongi diadopsi oleh pasangan kaya dan tinggal di Kanada untuk beberapa tahun. Itulah mengapa mereka memiliki marga yang berbeda. Kemudian di usia Taehyung yang genap 6 tahun ia akhirnya diadopsi oleh pasangan tua tanpa anak dan diajak tinggal di seoul.

Hidup mereka baik-baik saja untuk beberapa saat sampai akhirnya ayah angkat Taehyung meninggal secara mendadak ketika Taehyung memasuki usia 12 tahun.

Tak lama kemudian keuangan mereka menurun drastis dan keluarga Taehyung jatuh dalam kemiskinan, ibu angkatnya terpaksa bekerja sendiri untuk menghidupi Taehyung, hingga akhirnya menjadi depresi karena tekanan yang besar

Mendengar kesulitan adiknya Yoongi kembali kekorea untuk melanjutkan kuliahnya dan mengajaknya untuk tinggal bersama.

Tapi kenyataan lain muncul saat Yoongi kemudian jatuh sakit, ia bahkan tidak memiliki tempat untuk kembali selain menunggu kakaknya sembuh, meski itu rasanya mustahil.

Aku duduk diam di pinggir bangsal menatap kosong selimut. Aku nyaris tiak bisa berkata apa-apa, mengingat aku justru sering mengeluh dalam hidupku, meski aku masih memiliki keluarga yang lengkap dan mapan, sementara orang dihadapanku bahkan sulit mencari tempat dimana ia akan kembali.

Aku melirik kearah Hana yang masih duduk ditempatnya sambil membaca manhwa, jujur seketika aku merasa iri padanya karena dapat terus menemani Taehyung disaat-saat tersulitnya. Sementara aku, bahkan tidak mengetahui sedikitpun sebelumnya.

Sehingga aku sadar betapa jauh jarak kita sesungguhnya, aku bahkan tidak tau apa yang telah ia lewati setiap harinya.

Kurasakan mataku sedikit panas, kupikir aku akan menangis. Begitu kusentuh pelupuk mataku, bulir air mata jatuh juga.

"ah, dasar" aku mengusapnya lembut dan bersikap biasa kembali

"kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku sebelumnya" kataku pada Taehyung

Taehyung diam

"apa aku tidak berguna?"

"apa aku benar-benar tidak layak?"

Taehyung masih diam

"bagaimana bisa kau menanggung semua ini sendiri?"

Taehyung tetap diam

Ia hanya menatapku tenang, sementara aku sekuat tenaga menahan air mataku

"aku bahkan tidak tau siapa marga asli mu"

"apa hubungan kita hanya seperti ini?, bahkan disaat banyak waktu yang kita punya untuk berbicara"

Hana mengangkat kepalanya begitu mendengar samar-samar aku berbicara

Aku berdiri dari tempatku dan hendak meninggalkan kamar segera. Tapi Taehyung masih duduk ditempatnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

***

aku berlari keluar rumah sakit seperti sedang terburu-buru, tepatnya kekesalanku seperti sudah berada diubun-ubun ku siap untuk meledak.

"Hyena-yah" panggil Seokjin begitu mendapatiku dilobby rumah sakit, seketika aku memperbaiki raut wajahku kembali normal.

"oppa, aku sudah terlambat, palli"

Aku mengikuti Seokjin dari belakang menuju parkiran, kemudian ia mengeluarkan barang-barangku segera sebelum akhirnya. Sebuah mobil berhenti tepat dihadapanku.

Jimin keluar dari mobil tersebut dengan cara yang mengejutkan

"wah liat siapa yang datang?" gumamku dalam hati

"hyena ssi , aku sangat tidak keberatan jika kau mau pergi bersama ku kesekolah"

WHAT?

"ya! Bagaimana bisa kau ada disini?" heranku

"baguslah, jadi kau tidak perlu mendorong kopermu sampai ke halte kan, aku kembali kerja dulu, hati-hati" potong Seokjin yang kemudian menaruh koper milikku tepat disamping kakiku dan berlari meninggalkan kami di parkiran

"ya! Neo yeogi wae??"

"itu terserah aku ingin berada dimana" jawab Jimin santai

"apa kau membuntuti ku?"

"ha?, membuntuti bukan kelas ku, jika aku ingin menatangi mu aku akan langsung datang dihadapanmu, bukan dibelakangmu"

Ha?? dia mulai berbicara asal

"lalu?"

Jimin kemudian membukakan ku pintu mobilnya sambil tersenyum.

Karena aku sedang dalam keaaan kesal dan tiba-tiba menjadi lelah aku tidak punya pilihan lain selain masuk kedalam mobil Jimin dengan santai.

Sopirnya terlihat mengangkat koperku dan menaruhnya di bagian belakang mobil, Jimin masuk setelahnya.

"sepertinya perjalanan satu malam ini akan menyenangkan" serunya antusias

"ya! Bukan nya kau tidak ikut tahun lalu?" tanyaku

"benarkah?" katanya berusaha mengingat

Aku tau jelas orang seperti apa Jimin,dulu ia bahkan tidak ingin bergabung satu kantin dengan murid-murid lain.

***

sesampainya kami disekolah, seluruh murid telah dibuat menunggu dengan kedatangan kami yang memang sedikit terlambat. beberapa diantara yang melihat kami turun bersamaan dari mobil yang sama ibuat terheran-heran.

sudah jelas mereka menanyakan bagaimana bisa aku datang bersama Jimin pagi ini.

jimin memberikan koper milikku, aku meraihnya dengan sedikit gugup karena seluruh padangan murid mengarahku.

"gomapta" seruku seperti berbisik

Jimin hanya tersenyum kemudian, membantuku mendorong koper milikku hingga seseorang mengambilnya dan memasukkannya kedalam bus.

"woaah, Park Jimin" sahut seseorang yang berasal dari kelas yang sama dengan Jimin, ia tersenyum jahil begitu melihat kearahku

ah bwoya?

kami masuk bus kelas masing-masing setelahnya, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan kereta yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

tak ada yang istimewa ku ingat dari perjalanan satu malam ku tahun ini, mereka sama ribut dan bersenang-senang sementara kupikir jiwa ku berada entah dimana, bahkan beberapa kali aku tidak sadar ketika Eunji disampingku mengajakku berbicara.

Jungkook kemudian duduk tepat didepanku, aku melihatnya sebentar dengan kamera yang sejak tadi ia pegang.

aku tidak menyangka akan berhadapan dengan seseorang yang mungkin sedang dibenci oleh kakakku.

Jungkook mengangkat kepalanya melihatku begitu sadar sedang diperhatikan

"wae?"

aku tidak menjawab beberapa saat, hanya menatapnya datar

"waaee?" ia kemudian memukul-mukul ujung lututku

"anii" jawabku sekenanya

"jangan melihatku seperti seseorang yang sedang kau benci"

aku diam

"kau harus ingat, aku bahkan tau tentang kau dan taehyung" jelasnya kemudian mengedipkan matanya

AH SIAL

anak ini

aku mengangkat tubuhku dari sandaran malasku

berusaha menggertaknya tanpa suara

"ada apa Taehyung dan Hyena?" sahut Eunji penasaran

aku menoleh cepat terkejut

"anii"

Eunji melirikku curiga saat aku tidak bisa menyembunyikan raut panikku

tak lama kemudian, Jimin muncul dari arah belakang. melihat ku yang sedang duduk tenang dengan mata nyaris tertutup karena kantuk

"Eunji-yah, boleh aku duduk disana?" pintanya segera

aku yang sedikit terkejut tiba-tiba mendengar suaranya langsung tersadar dari setengah tidurku

Eunji kemudian pindah tempat dan langsung duduk disamping Jungkook, aku berusaha memperbaiki posisi dudukku sesaat kemudian Jimin duduk disana

entah kenapa menjadi kaku tiba-tiba bahkan disaat Jimin yang terlihat santai

"tidurlah jika kau mengantuk" katanya

"nan gwenchana" datar ku berusaha keras tetap sadar

"perjalanan masih ada sekitar satu jam lagi" terangnya

aku tidak menjawab, kurasa kataku sebelumnya sudah cukup

aku menoleh kearah Jimin yang duduk disampingku

wajah tampak sampingnya benar-benar sempurna

ah sial apa ini?

kurasa aku akan menyesali perkataanku sebelumnya

"aku menyukai mu"

ah sangat sial aku mengingatnya lagi

"aaahhh" pekikku berusaha menyadarkan diri

Jimin kemudian menoleh kearahku

dia tidak mengatakan apa-apa tapi kenapa justru aku juga ikut melihatnya

aku mengalihkan paksa pandanganku kearah jendela, lalu berusaha memberi jarak agar jika sampai aku tertidur aku tidak akan melakukan banyak hal yang tidak diinginkan

lama kuingat aku menatap pemandangan diluar kereta, setelahnya aku tidak mengingat apa-apa karena sepertinya aku telah tertidur.

yah tertidur

dan begitu aku sadar, kereta telah berhenti, dan beberapa murid terlihat telah bergegas untuk keluar.

Eunji membangunkan ku begitu ia segera akan berdiri, aku ikut bergegas meski belum seratus persen sadar

"kau tidur dengan nyenyak" seru Eunji

"yaah, saaangat nyenyak" sahut Jungkook didepanku

Jimin juga ikut berdiri sebelum akhirnya membukakan jalan padaku untuk keluar. eunji meraih tanganku untuk turun bersama.

"kau bahkan tidur dipundak Jimin" bisik Eunji begitu kami keluar

WHAAT

aku menoleh kebelakang saat kulihat Jimin telah ikut bersama teman sekelasnya

Ah sial

***

sesampai di penginapan, aku tidak keluar kamar untuk beberapa jam setelahnya, sementara yang lain sudah sibuk berfoto dan bersenang-senang, karena memang pemandangan bukit-bukit saat itu sangatlah indah.

aku membuka jendela kayu kamarku, dan langsung menatap kearah luar. ada kolam yang kulihat disana, dan juga beberapa anak yang sedang duduk-duduk santai.

"Hyenaa-yaah, cepat kemari" panggil Eunji dari luar begitu melihatku

aku melihatnya tidak peduli

"Jungkook-ah foto aku" kudengar suara anak lain samar-samar begitu Jungkook mendekat

"cheesee" seru mereka

Jungkook kemudian menoleh kearahku, lalu mengangkat kameranya seperti sedang mengambil gambar, tapi sebelum itu terjadi kutarik gagang jendela dan kembali menutupnya

aku bahkan tidak berniat keluar kamar sampai besok

lalu kenapa aku datang? ugh

"Hyena-ya" batinku tiba-tiba seperti mendengar suara Taehyung

"nappeun nom" (orang jahat) gumamku

aku menarik lutut ku dan menenggelamkan wajahku disana

aku benar-benar kesal karena merasa begitu tidak berguna

bahkan disaat seperti ini aku tidak bisa sepenuhnya bersenang-senang sementara Taehyung ada di Seoul dengan penderitaannya

"tapi dia memiliki Hana" batinku yang lain berteriak

AAAAKKK

ku rasa bulir air mataku mulai jatuh, aku benci gadis rubah itu

aku benci Taehyung, ia pasti selalu menangis dan mengeluh hanya pada gadis itu

***

malam tiba

aku terpaksa keluar kamar karena ini adalah acara inti dari perjalanan satu malam sekolah

semua murid diajak berkumpul di tanah lapang tepat didepan penginapan.

kami akan menerbangkan lampion, bahkan diminta untuk menulis beberapa pengharapan kita disana

aku memandangi kertas lampion milikku dengan tatapan kosong

sementara Eunji telah sibuk dari tadi menggumamkan beberapa pengharapannya

"ah, molla, aku bahkan tidak tau apa yang akan kutulis" seruku hilang akal

Eunji hanya terkekeh mendengarku

beberapa saat kemudian seseorang datang membantu kami menyalakan lampion, lalu aku memegangnya kuat agar tidak terbang sebelum aba-aba dari ssaem

Myungsoo ssaem maju sebagai pemeberi aba-aba untuk menerbangkan lampion, tapi sebelumnya ia memberi sepatah kata terlebih dulu

ah membosankan, kupikir jika lama menunggu lampionku akan terbakar

"jadi, dengaar" serunya dengan suara yang lebih tinggi

"aku akan memberi aba-aba dengan cara yang tak biasa" katanya lagi, menyusul keluhan murid lain yang sudah tak sabar

"sampai kapan dia akan berbicara" bisik Eunji padaku

"tunggu, tunggu, aku minta kalian untuk mengarahkan tubuh kalian kearah manapun yang kalin inginkan, terserah"

"aaahh" keluh yang lainnya lagi

"yah, ikuti saja perintahku" balasnya

aku dan Eunji bergerak mengikuti perintah tanpa mengatakan apa-apa meski kami juga merasa sedikit bosan

"laluuu, laluu, tutup mata kalian" perintahnya lagi

"ssaem, lampionku nanti terbakar" seru seseorang entah dari mana

"Jungkook-ah tutup matamu"

"aah, aah, oke okee"

"kemudian ucapkan kembali apa pengharapan kalian"

aku membuang napas berat lalu menatap lampionku sebentar, dan mulai menutup mataku.

.

.

aku tidak memikirkan apa-apa selain kebahagian.

.

ku pikir aku hanya ingin bahagia

"kemudiaan, tatap lampion dalam-dalam lalu terbangkan, dan katakan pada seseorang yang pertama kali kalian lihat"

.

.

"aku mencintamu, dan aku akan menjagamu"

.

begitu mendengar perintah ssaem, aku diam sebentar, aku benar-benar hanya terpaku pada lampion ditangannya yang bercahaya terang.

disamping itu ada perasaan sedih yang tak bisa kujelaskan. kupikir pelan-pelan rasanya menjadi sakit seperti lampion, yang dimana mungkin dia akan terbang, tapi sesaat kemudian akan jatuh dan terbakar

aku menutup mataku sekali lagi, dan kembali mengharapkan sesuatu

lalu mulai mengangkatnya ke udara, tanpa melepaskan pandanganku dari benda itu. lampion itu terbang menyusul beberapa lampion lainnya, menghiasi langit malam musim panas yang indah.

begitu aku memandang sesuatu dihadapanku, kulihat seseorang samar-samar ditengah mataku yang telah berkaca-kaca

tiba-tiba kurasakan jutaan sel dalam tubuhku aktif disaat yang bersamaan

mungkin aku akan menangis seketika

anehnya dia yang kulihat sedang diam disana sama sepertiku sedang melihat kearah ku

.

"ah, ya!! aku mencintai mu!!" seru seseorang dari kerumunan

.

"ssaem, aku melihat mu lebih dulu, aku mencintai mu ssaem" seru yang lainnya

"ahahah"

.

"yaa!, aku menyesal menghadap pohon, aku bahkan tidak melihat siapa-siapa" tambah yang lain

.

.

"oh? .. Hyena-ya, aku mencintaimu dan aku akan menjaga mu" seru Eunji girang memukul-mukul pundakku

aku tidak menjawab seruan dan hanya mematung dengan apa yang kulihat

"ya! kim hyena, kau melihat siapa?" Eunji menoleh tepat kearah pandanganku

"oh?" kejutnya

"Kim Taehyung" gumamku

aku terkejut bagaimana ia kulihat baru saja turun dari mobil dengan beberapa guru lainnya yang menyusul

Taehyung berdiri diam ditempatnya sementara yang lain telah berjalan masuk kedalam penginapan,

memandang lurus kearah ku.

kupikir aku telah mengumpulkan seluruh perasaan ku selama ini, perasaan yang mungkin sulit kujelaskan bagaimana.

aku kemudian berlari kecil mendekatinya yang seperti sedang menungguku, wajahnya tidak lagi sedingin yang dulu. aku menatap kedua bola matanya dalam-dalam, kemudian menarik tangannya dan membawanya pergi menjauh dari kerumunan orang-orang

aku berlari asal dengan ia yang juga ikut tanpa perlawanan, ingin kemana? aku tidak tau, biar kita pikir itu nanti.

sesampai diakhir aku berhenti dan berusaha mengatur napasku kembali normal. aku melepaskan genggaman ku dari tangan Taehyung. ia juga berusaha mengatur napasnya

"ahah" aku tertawa sendiri karena tindakan ku yang tiba-tiba

Taehyung ikut tersenyum padaku,

aku memandang langit dengan perasaan takjub

langit malam ini sangat indah, ditambah lampion terbang yang terlihat begitu jelas saat kami memasuki area bukit kecil yang tak jauh dari tempat perkumpulan

.

.

"Taehyung-ah" seruku padanya

.

.

Taehyung menoleh padaku

kupikir sudah saatnya, akan perasaanku yang sudah sangat sesak dan penuh

aku menatap mata Taehyung dalam-dalam

ia pun membalas demikian

.

.

.

"aku mencintaimu" kataku lantang

terima kasih telah membaca,

aduh authornya seneng soalnya berhasil nembak Taehyung

(っ'▽')っ ,

doain semoga diterima

maaf klw cerita kali ini agak kepanjangan

tolong support kami dengan memberikan "vote" dan "komen" kalian yah

"gomawo"

------------------kami akan melakukan update setiap jumat dan sabtu malam-------------------

jangan lupa follow ig kami "somwhcall"