"Kim Taehyung" gumamku pelan
Aku terdiam ditempatku beberapa saat
Sepertinya aku punya banyak alasan kenapa aku begitu terkejut dengan kehadiran Taehyung dirumahku. Apa dia yang dimaksud oleh Seokjin, anak yang akan tinggal dirumah kami? Jika bukan dia, lalu apa yang ia lakukan sekarang?.
"oppa" panggil ku pada Seokjin segera saat aku berjalan meninggalkan dapur menuju ruang tamu.
"ya! Kalau mau bicara disini saja" sahut Seokjin ditengah sibuknya memasak
"oppa!" panggil ku sekali lagi
Seokjin melepaskan gagang pan nya dan mengecilkan api segera sebelum ia meninggalkan dapur dan mengikutiku keruang tamu.
"apaa?" tanyanya begitu sampai dihadapanku
"apa yang oppa lakukan sekarang??" aku bertanya dengan nada kesal tapi sedikit berbisik
"memasaak" Seokjin membalas dengan mengikuti gaya bicara ku
"apa dia anak yang kau maksud tadi?" tanyaku
Seokjin berbalik kearah dapur, lalu mengangguk
"oppa, bilang dia tidak cantik" kataku
"dia laki-laki bagaimana bisa dia cantik?" balasnya
"euggh" aku mengerang kesal
"oppa bilang dia lebih muda dariku?" tanya ku lagi
"dia memang lebih muda dari mu, dia lahir desember dan kau Maret" balasnya lagi
"OPPAA" suaraku menjadi sedikit lebih meninggi dari sebelumnya
Seokjin kembali berbalik mengarah pintu dapur
"ya!, jangan terlalu keras, kau bisa membuatnya tidak nyaman"
"eeeuunghh" aku mengerang sekali lagi
"sudahlah!, bertingkah baiklah padanya, lagi pula kalian satu sekolah kan?" Seokjin mengembalikan nada bicara menjadi normal
Aku tidak menjawab
"dia anak yang baik dan pintar, dan juga euhm.. apa tadi yah?"
"kenapa oppa bertingkah seperti sangat mengenal dia?"
"aku memang mengenalnya, dia adik sahabat ku"
"ugh, terserah" tutupku dengan wajah cemberut meninggalkan Seokjin diruang tamu
"Ya!, Kim Hyena"
Aku kembali bertemu dengan Taehyung di dapur, ia masih duduk disisi meja makan dengan tenang. Saat mendengar ku masuk ia mengangkat kepalanya. Aku melihatnya sebentar lalu pergi menuju kamarku.
Kututup pintu kamarku rapat, dan menyandarkan bahuku disana. Aku benar-benar tidak menyangka jika orang itu adalah Kim Taehyung, yang mulai hari ini dan entah sampai kapan akan berada tepat disebelah kamarku.
Aahkkk
Kupegangi rambutku diselah peratapanku diambang pintu. Masih basah karena hujan tadi. Bajuku pun masih sama basahnya. Dan saat kulihat penampakan wajahku di cermin. AARRGGG. Seperti gembel. Ah sialan.
Rambutku benar-benar dibuat acak-acakan karena basah, belum lagi seragamku. Pantas saja Jimin tidak melihatku sama sekali setelah kita naik mobil.
Aku harus mandi
Dan aaahh, siyal, siyal, siyaal
Kenapa kita hanya punya satu kamar mandi dirumah iniii??
Aku kembali meratapi diriku yang hancur.
***
Seokjin terlihat berbicara santai dan akrab bersama Taehyung dimeja makan, saat seluruh makan malam telah tersaji rapi. Tidak banyak pembicaraan yang dapat kutangkap dari dalam kamar ku. Hanya beberapa seperti bagaimana beasiswa Taehyung, keadaan sekolahnya.
"ha? dia bahkan tidak pernah menanyakan itu pada adiknya sendiri", dan juga bagaimana perkembangan les pianonya. Oh iya. Aku bahkan tidak tau jika Taehyung pintar bermain piano.
Aku keluar dari kamarku setelah siap dan segar setelah mandi. Sedikit mengapitkan rambutku pada telinga dan berjalan menuju meja makan. Saat Seokjin mengangkat kepala dan melihatku, air yang seharusnya ia teguk jadi keluar lagi menyembur dalam gelas.
"ya! Apa kau mau pergi melamar kerja?" tanyanya terkejut padaku
"nde?" aku menangkap heran padanya
"kenapa kau berpakaian seperti itu?" tanya lagi
Aku memperhatikan pakaianku sendiri, sepertinya aku benar-benar berusaha keras dalam memilih pakaian malam itu, entah untuk apa aku juga heran.
"wae?" tanyaku seolah tak mengerti
"apa perlu kau pakai kemeja dan rok seperti itu?"
Aku mengigit bibir bawahku, sedikit cemberut.
"ah, molla, aku hanya ingin memakai ini" kataku kemudian menarik kursi dan duduk disamping Seokjin.
Tubuhku tepat menghadap Taehyung, dia juga sudah mandi dan kini berpakaian begitu santai. sebuah pandangan yang baru kulihat selama aku mengenalnya sebagai teman sekelas. Rambutnya sedikit acak-acakan, tidak terlalu kering tapi tidak basah juga. Saat kuperhatikan lagi, dapat kulihat lengannya yang putih dipadukan dengan kaos hitam biasa. Cukup sederhana tapi entah kenapa aku melihatnya seperti... uhm seperti..
"aaahhk" aku menggoyangkan kepala ku agar segera sadar dari lamunan saat melihat Taehyung.
"geunyang mogo" (makan saja) sahut Seokjin disampingku
Aku menoleh padanya sebentar lalu melanjutkan makanku
Saat selesai makan malam, Seokjin segera masuk kamarnya karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Aku berdiri begitu selesai makan dan mulai membersihkan beberapa piring kotor dan peralatan dapur. Dapat kurasakan Taehyung juga berdiri dan menyusun gelas yang masih ada dimeja.
"ah, tinggalkan saja, biar aku" kataku padanya dan sesaat setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkanku.
"ya!" halauku segera. Spontan
Ia berbalik dan melihatku
Ah, dia benar-benar tidak peka
Aku menatapnya diam beberapa saat. Begitu kulihat wajahnya yang datar.
"ah sudahlah"
"tidurlah" kataku kemudian melanjutkan pekerjaan
Aku meraih gelas-gelas diatas meja, kulihat Taehyung masih berdiri ditempatnya. Aku bahkan tidak berniat menegurnya. Aku hanya berusaha serius melakukan pekerjaan ku, maksudku tugasku. Alat dapur yang digunakan Seokjin benar-benar berantakan, bahkan dengan melihatnya saja aku sudah lelah.
Namun beberapa saat aku serius bekerja, kudengar langkah seseorang mendekat. Dan Taehyung ada disana. Ia meraih piring dan gelas-gelas yang masih basah kemudian mengeringkannya dengan handuk kering.
"apa tanganmu tidak kedinginan?" suara Taehyung tiba-tiba muncul dalam keheningan
Aku menoleh padanya, sedikit terkejut mungkin. Ia bahkan tidak mengatakan satu katapun padaku saat datang tadi sampai makan malam selesai dan sekarang. Ah.
Aku hanya menggeleng kecil untuk jawaban.
Kulihat jari jemarinya yang seperti sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah seperti ini. Bahkan saat setelah aku membasuh piring dengan air ia dengan sigap langsung menerimanya.
"ini dimana?" tanyanya saat mengangkat gelas soju milik Seokjin
"simpan diatas sini" kataku menunjuk dengan wajahku pada sebuah lemari gantung yang tepat berada diatas kepalaku, karena tangan yang masih sibuk bekerja.
Taehyung berjalan mendekat ditempatku berdiri, kemudian berusaha meraih gagang lemari. Saat berhasil, ia berhenti sebentar untuk memastikan sesuatu sebelum membukanya.
Aku yang sejak tadi fokus pada piring ditanganku tiba-tiba menoleh kearahnya yang masih berdiri tepat dibelakangku.
"apa yang kau tunggu?" tanya ku bingung padanya
Ia melihatku sebentar dalam posisi wajah kami yang seperti hampir berbenturan. Aku bahkan tidak menyangka kami akan sedekat ini. aku terdiam ditempatku seperti menunggu Taehyung bergerak lebih dulu.
Ia kemudian menahan dahiku dengan tangan kanannya, dan meraih gagang lemari dengan satu tangannya yang lain. Ah sial, perasaan apa ini? aku seperti merasakan aliran listrik yang menjalar disekujur tubuhku hingga ujung rambut.
Dapat kuhirup jelas aroma sabun dari tubuhnya, begitu segar seperti wangi bayi, aku menyukainya karena lembut. Dan tangannya yang tepat menyentuh dahiku, aku bahkan tidak menyangka ia memiliki tangan selebar ini.
Jika sekali saja ia menoleh lagi padaku, dapat kuyakin hidung kami mungkin akan saling bersentuhan, tapi sebelum itu terjadi, kupalingkan wajahku terlebih dahulu.
Begitu ia selesai memasukkan beberapa gelas didalam lemari, ia kemudian melepaskan tangannya dari kepalaku.
Aku terdiam beberapa saat setelahnya.
Saat aku menoleh melihatnya kembali ia sedang menyandarkan tangannya di pinggir meja seraya melihat kearahku.
"apa yang kau lihat?" tanya ku padanya
Ia tidak menjawab tapi ia kembali bergerak dan kemudian duduk.
"aku sudah selesai, kau boleh tidur sekarang" kataku segera dan mengeringkan tanganku
Ia berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan didepanku menuju kamarnya.
Saat ia sampai tepat dipintu kamarnya ia tidak langsung masuk, tapi seperti menunggu sesuatu, sampai tak dapat kulihat lagi karena aku masuk lebih dulu kedalam kamarku.
Sudah cukup dengan adegan lemari tadi. Kupikir aku akan hampir gila karenanya.
***
Keesokan paginya sialnya, aku seperti benar-benar dibuat lupa dengan keberadaan Taehyung dirumahku. Dengan santai aku keluar kamar dengan pakaian tidur seadanya, wajah berantakan dan rambut acak-acakan. Dia benar-benar berhasil melihat diriku yang sesungguhnya. Good.
Tubuhnya berhenti seketika diambang pintu dengan handuk ditangannya. Sementara aku masih mencoba meraba-raba keadaan pagi itu. Sampai aku sadar, kehadirannya dihadapanku.
"annyeong" sapanya melihatku
Aku langsung membuka mataku lebar begitu mendengar suaranya.
Sontak aku tidak punya pilihan lain selain kembali masuk kedalam kamar.
***
"karena ini hari pertama kalian pergi sekolah bersama, oppa akan berbaik hati mengatar kalian kesekolah" seru Seokjin ditengah sarapan
Aku mengeluarkan kembali roti yang hampir kugigit
"okee" balasku sedikit gembira
"nan gwenchana" (aku tidak apa-apa) seru Taehyung setelahnya
"aku bisa naik bus saja" sambungnya
"wae?" aku menatapnya kosong meski sedang mengunyah
"kenapa? Tidak apa-apa, aku memang sengaja ingin ke sekolah kalian sebentar" kata Seokjin
"aku lebih suka naik bus, itu saja" jawab Taehyung kemudian
"geurae" (begitu) Seokjin mengangguk paham
"itu artinya" Seokjin melihat kearahku yang masih asik makan
"Hyena, pergilah naik bus juga"
"WAE? OPPAA" kejutku kesal karena sudah terlanjur senang
"naik bus saja, aku malas mengantar, jika hanya kau saja, percuma" jelasnya
"oppaa, kau sudah bilang tadi" gerutuku
"tidak, tidak jadi, pergilah naik bus seperti biasa, jangan manja, kau taukan kita beda arah"
"tapi oppa bilang mau kesekolahku"
"tidak jadi!!"
"wae???"
Seokjin tidak lagi menjawab dan segera meninggalkan meja makan begitu ia selesai
***
Aku meninggalkan rumah dengan damai, sementara Seokjin juga. Ia bahkan sempat melambai dari mobilnya begitu melewati kami yang sedang berjalan kaki. Aku tidak heran dengan sikapnya, dia kakak ku, sudah pasti.
Seperti biasa aku menunggu bus dihalte, tapi mungkin sedikit berbeda karena ada 'anak yang membosankan ini'. aku tidak asal menyebutnya membosankan. Itu fakta.
Bahkan disaat perjalanan kami menuju halte selama 10 menit ia tidak sekalipun menoleh kearahku yang berjalan dibelakangnya.
Itu membuatku kembali berpikir apakah ia memang tidak suka berbicara atau hanya tidak ingin berbicara denganku.
Bus yang ditunggu akhirnya datang, dia naik, jelas akupun ikut naik.
"oppa!" seru seseorang terdengar begitu kami menaiki bus
Kulihat wajah seseorang yang kuterka-terka entah pernah melihatnya disuatu tempat. Ia tersenyum lebar memanggil kearahku. Tapi tidak. Tepat kearah Taehyung sepertinya.
"oppa, yeogi" (disini) serunya lagi dan Taehyung terlihat bergegas mendekat
OPPAA??!!
Aku terheran-heran melihat kejadian dihadapanku sampai aku teringat jika gadis itu yang tempo hari bersama Taehyung. Akhiirnya dapat kulihat jelas wajahnya.
Aku mengunci mulutku rapat, entah karena apa. Saat kulihat wajah Taehyung sebentar kemudian duduk tepat dibelakangnya.
"aku sudah menunggu mu sejak tadi" sahut gadis disebelahnya
Rambutnya lurus dan panjang nyaris menutupi seluruh bahunya, sedikit pirang dibagian ujungnya. Alisnya lurus tapi pendek, cukup manis untuk matanya yang bulat. Kulit putih seperti susu. Hidungnya kecil bibirnya juga. Saat kutelusuri seragam miliknya, ia seperti berasal dari sekolah khusus putri.
Kurasa cukup mencerminkan bagaimana sosok gadis yang berhasil membuat Taehyung tersenyum pagi ini.
Aku bahkan heran kenapa aku bisa mendeskripsikannya begitu jelas.
Dan yang dapat kulakukan sekarang hanya memandang kosong ke arah mereka berdua yang tengah berbicara
"apa dia tidak bisa mengenalkanku pada perempuan itu?" sahutku dalam hati
Aku mengalihkan perhatianku setelah kurasa cukup lama aku menguping pembicaraan mereka. Tak banyak yang dapat kutangkap. Hanya akhirnya tau jika Taehyung memanggil nama perempuan itu dengan, "Hana-ssi" aku bahkan nyaris meledak dalam tawa bahkan disaat perempuan itu mati-matian memanggil Taehyung "oppa".
Beberapa saat kemudian, perempuan itu turun dari bus. Ia sempat terlihat mengajak Taehyung turun bersamanya tapi Taehyung menolak dengan lembut. Sekarang aku tau alasan kenapa Taehyung sering kali terlambat masuk kelas. Anak sialan ini bahkan tidak bisa turun bus sendirian.
Perempuan yang bernama Hana itu sempat menoleh kearah tempatku duduk, mungkin melihatku tentunya. Tapi aku membalas tatapannya dengan wajah datar. Dia anak yang manis, dan aku terlihat begitu jahat untuknya.
Taehyung menggeser duduknya hingga dekat jendela, menoleh kearahku sebentar dibelakangnya. Seolah memastikan apa aku masih hidup atau tidak.
"dia teman les musikku" katanya, mungkin menjelaskan
"aku bahkan tidak penasaran" balasku sedikit datar
Taehyung mengangguk sebentar lalu kembali menatap kedepan
Ah
Aku menyesal beberapa detik kemudian
Apa aku terdengar sedikit kasar?, tapi tidak dia bahkan lebih kasar lagi kupikir.
***
/waktu istirahat/
Seperti biasa Eunji mendekatiku untuk mengajak makan bersama. Beberapa murid kompak bergerak keluar kelas. Sementara aku masih sibuk mengatur barang-barangku.
Disaat yang bersamaan kulihat dari arah luar kelas Jimin yang sedang melintas, sontak ingatanku tentang kejadian kemarin langsung berhamburan dikepalaku.
Jimin ternyata tidak hanya melintas, ia jelas masuk kedalam kelasku seperti sedang mencari seseorang, tapi saat matanya berhenti tepat ditempatku, aku mulai gelisah.
Ah, apa lagi ini?
Aku memegangi dahiku begitu ia berjalan mendekat.
"hyena" serunya
"wae?" jawabku datar tanpa melihatnya yang sudah jelas berdiri dihadapanku
"bisa bicara sebentar?" tanyanya kemudian
Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya
"bicara saja"
Jimin memandangi sekelilingnya dengan tenang, selalu dimanapun Jimin berada ia sepertinya tidak perlu heran ketika semua murid memandanginya. Terlebih lagi ini kali pertama ia masuk kedalam kelasku.
"aku datang kesini untuk menyampaikan betapa beruntungnya kau hari ini" jelasnya
Aku memandangnya heran
"maksudnya?" tanyaku
Ia kemudian mengambil sebuah kertas dari dalam saku celananya, lalu tepat menyimpannya dimejaku.
Dapat kulihat jelas, benda yang menyerupai tiket konser berwarna hitam.
"VIP" itu kata pertama yang dapat kutangkap
"JIMIN PARTY??" ha? chinja, aku benar-benar tidak menyangka Jimin mempunyai selera yang sangat kampungan.
"bwoya ige?" aku mengangkat benda yang kuanggap undangan dari Jimin
"itu untukmu, anggap saja hadiah" katanya
"ha? kau benar-benar norak" aku sedikit meremehkan
Jimin yang awalnya terlihat santai, sontak menarik kembali undangannya dari tanganku dan dengan sigap membalikkan kursi Eunji dan duduk menghadapku.
"ya?! Kau pikir ini apa?, kau tidak sadar, tahun ini aku mengundang FT ISLAND untuk pestaku"
Suara murid dikelas secara kompak menjadi gaduh, di tahun 2008 Ft Island memang sangat digemari anak-anak muda.
"haa, itu hanya pesta untuk anak-anak kampungan seperti mu, lagi pula siapa yang mau datang kesana?" ketusku
Tanpa sadar Jimin spontan memukul kepalaku dengan undangannya.
"aakk"
"yak!" aku memegangi kepalaku, sedikit kaget
"kalau kau tidak datang kubunuh kau"
"ah, molla, silheunde" (aku benci itu) jawabku santai kemudian berdiri dari tempatku
Jimin ikut berdiri
"yak!, Kim Hyena" nada suaranya sedikit meninggi
"wae?? Waee??" jawabku tak mau kalah
"aku Park Jimin...."
"bwoga Park Jimin, Park Jimin" potongku, kemudian berusaha pergi. Tapi segera Jimin meraih tanganku
"yak, neo chinjaa!" Jimin mulai membasahi bibirnya karena sedikit kesal, apalagi sekarang kami menjadi tontonan murid-murid lain.
"ah wae irae?"
"setidaknya katakan dengan jelas kenapa kau tidak ingin datang" suara Jimin sedikit memelan dan lebih mendekat
"hanya tidak mau"
"kenapa?" tanyanya, kini ia lebih tenang dari biasanya
"apa aku harus mengatakannya lebih jelas?"
Jimin mengangguk,
"aku tidak suka diundang olehmu" jawabku
Mata Jimin kemudian sedikit besar, berusaha menggertakku setelah sedikit menoleh kesekitarnya.
"ya, Kim Hyena, kau tau apa akibat dari membuatku marah?" nada suara Jimin kembali normal,
Aku tidak berusaha menjawab
Wajah Jimin kembali bergerak mendekat seolah menyelidiki sesuatu dari wajahku. Alisnya mengkerut, entah karena kesal atau sedang berpikir.
"aku bertanya" katanya lagi
"kenapa aku harus tahu?" aku menjawab dengan sikap tersantaiku.
"hyena-yah, apa kau selalu seperti ini?, ha ha" Jimin sedikit tertawa canggung, melepaskan genggamannya dan menaruh kedua tangannya dipinggang.
Ia sepertinya kesal
"aku tidak seperti ini pada orang lain, kecuali padamu" kataku
Jimin yang awalnya berusaha tersenyum walau canggung, pelan-pelan senyumnya memudar walau berusaha ia pertahankan
"entah kenapa kau begitu lucu, sampai aku ingin iiiiiiiiinnnnggggg" katanya kemudian tepat mencubit pipi kiriku dengan keras
"aakkkk" keluhku kesakitan sekaligus terkejut, murid yang lain beserta Eunji juga tak kalah terkejutnya
"yak, Park Jimiiin!" teriakku spontan langsung menarik rambutnya
"yaaakk aaakk aakkk" sekarang gantian Jimin yang berteriak kesakitan
"aaaakkk, aaaakkk" teriakku lagi saat ia tidak kunjung melepaskannya, lalu kubalas menarik rambutnya dengan kedua tanganku lebih keras lagi
"yaak, yaakkk, Kim Hyena!!" teriaknya disela-sela rasa sakit
"kalian? Bagaimana ini?" kudengar suara Eunji yang sedikit panik, seluruh seisi kelas tak kalah paniknya hingga membuat gaduh suasana.
Eunji yang berusaha merelai, meraih keras tanganku tapi genggamanku justru lebih kuat, kemudian berusaha menarik tubuh Jimin menjauh tapi tak kunjung bergerak.
"ya! Mwo hano?" (apa yang kau lakukan dalam satoori) suara seseorang muncul lebih keras dari suara gaduh ruangan. Seluruh murid nyaris seluruhnya menoleh.
Jungkook kini benar-benar mengalihkan perhatian, ia berdiri di ambang pintu kelas dengan banana milk ditangannya.
Aku yang awalnya menarik rambut Jimin cukup kuat kini mulai melonggar, begitu pula dengan Jimin yang segera melepaskan tangannya dari pipiku.
Jungkook diam sebentar ditempatnya melihat keadaan sekitar, nyaris seluruh penghuni ruangan dibuat terdiam tak bergerak.
"berkelahi?" sambungnya saat berjalan mendekat menuju bangkunya.
Jimin memperbaiki rambutnya yang acak-acakan, suasana berubah menjadi benar-benar canggung. Sementara murid yang lain berusaha mengalihkan perhatian mereka.
"apa kalian pikir sedang bermain drama? dasar kekanak-kanakan" sahutnya lagi
Aku memegangi pipi ku yang sakit, lalu menatap kesal kearah jimin.
"kau lihat apa?" gerak mulutnya yang bilang
Kemudian meninggalkan ruang kelas.
Karena kesal aku hampir menendang kursiku sendiri begitu melihat undangan itu masih ada disana.
-----anggap aja ini muka taehyung saat liat Hyena dicubit pipinya sama Jimin-------
terima kasih telah membaca,