Siang itu saat jam olahraga, aku bersama teman kelas lainnya mengisi beberapa lapangan yang menjadi fasilitas sekolah.
aku berada dibagian lapangan tennis wanita. Berdiri disana untuk waktu yang lama menjaga garis batas lapangan, dan memunguti bola-bola setelahnya.
Cuaca begitu terik membuatku tidak sadar jika ini bukanlah musim panas. Saking panasnya bisa membakar ujung rambutku. Mungkin.
"UH!!" begitulah suara-suara yang dihasilkan oleh anak-anak yang bermain tennis saat berhasil melakukan service.
Aku tidak tau apa manfaatnya tapi sepertinya itu hanya hal yang spontan dilakukan. Selama 1 jam aku menunggu dipinggir lapangan, semua berjalan baik-baik saja hingga samar-samar suara seseorang mengalihkan perhatian kami.
"kau tidak mau mengambilnya?!" suara itu berasal dari lapangan murid laki-laki, beberapa dari mereka terlihat tertegun diam memandang ke satu arah.
Sementara pemilik suara itu adalah Park Jimin. Murid kelas yang berbeda dengan ku.
Ia yang sombong dan arogan begitulah yang aku tangkap dari dia.
Selain info mengenai statusnya disekolah sebagai anak pertama dari Park Yong Han pendiri sekolah. Jika aku katakan Jungkook adalah anak dari salah satu pendiri, Jimin berada di tingkat pertamanya. Dia tampan, kaya dan berkuasa. Beberapa poin yang cukup untuk menjelaskannya.
(Park Jimin)
"ya! Neon nugu ya?" suara Jimin berat, seraya berjalan mendekat kearah seseorang dipinggir lapangan.
Aku tidak bisa melihat jelas siapa orang yang ia maksud sampai aku sadar orang yang berada dipinggir lapangan itu adalah
Kim Taehyung
"apa berat bagi mu untuk mengambil bola ini?" katanya kemudian saat memegangi bola yang berada tak jauh dari tempat Taehyung berdiri.
"kau memiliki banyak bola, kenapa harus menyuruhku mengambil satu bola ini" kata Taehyung santai, dan seperti biasa tanpa banyak ekspresi
Sontak begitu mendengar perkataan Taehyung barusan banyak dari kami yang sedikit terkejut, dan lantas mulai berbisik satu sama lain.
Kupikir Jimin bukanlah orang yang suka perkataannya dijawab dengan nada seperti itu.
"hah..." Jimin menjatuhkan bola yang ia pegang dengan pelan, sepertinya ia tidak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar
"ya! Apa kau anak baru?" katanya kemudian
Taehyung tidak menjawab
"ya!, aku tanya apa kau anak baru disini?" tanya lagi dengan nada sedikit kesal
Taehyung masih tak menjawab, tapi pandangannya justru semakin membuat wajah Jimin kesal seperti dipermainkan.
"kenapa kau melihatku seperti itu? Apa kau tidak tau siapa aku?" Jimin beberapa kali membasahi bibir bawahnya yang kering
"kenapa aku harus tau?" kata Taehyung akhirnya yang membuat Jimin justru semakin membelalakkan mata.
Jimin tertegun, beberapa anak justru dibuat lebih syok. Taehyung mungkin akan dapat masalah, tapi ia terlihat tenang.
"haaha.. ha" suara tawa Jimin meninggi seperti diberi tekanan diakhir, ia benar-benar kesal
Mungkin karena Taehyung, tapi mungkin juga didukung cuaca yang panas.
Menurutmu siapa yang tidak mudah kesal karena cuaca yang benar-benar akan membakar habis rambutmu. Tapi Jimin memang sangat mudah kesal. Apapun itu aku tidak bisa menyimpulkannya dengan baik.
"anak baru, kau harus tau beberapa hal penting disekolah ini" Jimin menaruh santai tangannya diatas pundak Taehyung
"aku... Park Jimin... anak pertama da.."
" dari Presidir Park Yong Han" sambung Taehyung yang membuat Jimin tersenyum bangga
"kau tau..."
"meski begitu kau tidak punya hak menaruh tanganmu dipundakku" lanjut Taehyung sembari menyingkirkan tangan Jimin dengan 'kasar'
"Ha?!"
Jimin kembali tertegun melihat apa yang dilakukan Taehyung, ia seperti kehabisan kata-kata.
Ini adalah pertama kali orang-orang melihat Jimin diperlakukan seperti itu. Dan sialnya itu adalah Taehyung. Anak itu bahkan tidak memiliki apa-apa untuk membela diri saat Jimin murka.
Jika mereka hanya berbicara empat mata mungkin Jimin hanya akan segera pergi dan melupakannya, tapi kejadian ini telah menjadi tontonan murid-murid yang berada dilapangan tennis.
Jimin menoleh ke sekelilingnya, wajahnya nyaris merah seperti buah tomat.
"hei kalian..." sebuah suara muncul dari tempat lain
Jimin menoleh ke sumber suara tersebut, diikuti dengan yang lainnya. aku juga ikut menoleh dan mendapati Jungkook yang berada di bangku penonton sedang duduk santai sambil memegang kaleng cola ditangannya.
Begitu sadar semua telah menoleh padanya Jungkook melanjutkan.
"apa kalian tidak ingin memulai pertandingan saja?"
Beberapa diantara kami saling pandang kebingungan. Terlebih Jimin yang semakin mengkerutkan keningnya sejak tadi.
Jungkook bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat Jimin dan Taehyung. Memungut satu bola dan melemparkannya tepat hingga Jimin menangkapnya.
"kenapa kalian tidak tanding saja" katanya kemudian
Jungkook juga mengambil satu raket tennis dan melemparkannya pada Taehyung, dan ia spontan menangkapnya.
"Jungkook-ah, apa kau sedang mempermainkanku?" kata Jimin
Jungkook menggeleng dengan mulut yang sedikit dimanyunkan, kemudian mendekat pada Jimin
"bukankah kau harus memberi anak ini sedikit pelajaran?" bisiknya memprovokasi
Jimin melirik curiga pada Jungkook setelahnya. Ia setuju dengan apa yang diinginkan Jungkook tapi Taehyung tidak tau apa-apa.
"ya! Kau... berdiri disana" perintah Jimin, menunjukkan posisi dimana Taehyung harus berdiri
Saat jimin berjalan menuju posisinya Taehyung masih terdiam ditempatnya, tidak bergerak sama sekali. Aku sendiri seperti meraba-raba kejadian yang terjadi didepan mataku.
Murid yang lain bergerak menjauh dari area lapangan hingga menyisahkan Jimin dan Taehyung disana.
Seingatku Taehyung tidak memiliki bakat apapun dibidang olahraga, bahkan tennis. Aku tidak pernah melihatnya sekalipun bermain tennis.
Ini akan bahaya untuknya jika harus melawan Jimin yang sudah profesional.
"Jimin pemegang medali emas tingkat nasional" seru seseorang samar-samar
Wah luar biasa, habis kau Taehyung
Aku duduk dibagian bawah bangku penonton menyaksikan dengan perasaan khawatir pada Taehyung, aku tidak mengerti kenapa aku justru mengkhawatirkan anak itu padahal aku bahkan tidak dekat dengannya.
Jungkook berjalan mendekat menuju bangku tempatku duduk dengan bangga dan smirk yang ia tampakkan.
Aku melihatnya dengan kesal, sampai ia duduk ditempatnya. Meneguk colanya lalu melihat kearahku.
"wae?" katanya dengan nada pelan
Aku tidak menjawabnya kemudian memalingkan wajah dengan kesal, dan kembali melihat Taehyung dilapangan.
Ia memegang raket tennis dengan canggung, dan berjalan menuju posisinya. Ketika Jimin sudah siap diposisinya, peluit dibunyikan tanda pertandingan telah dimulai.
Jimin bertanggung jawab sebagai yang memukul bola. Beberapa kali bola ia pantulkan, dan....
SEEETT
Begitu melemparkan servicenya yang pertama, kencang dan tepat melewati tempat Taehyung berdiri. Taehyung bahkan tidak bergerak seperinchipun dari tempatnya berdiri.
Ia menoleh sebentar kearah bola tersebut kemudian kembali melihat kearah Jimin. Wajahnya tetap tenang seperti biasa, seolah tidak akan terjadi hal yang buruk padanya.
Bola kedua dilemparkan lagi kepada Jimin, beberapa kali ia pantulkan diatas beton panas kemudian bersiap melakukan service.
Taehyung menunggunya dengan sedikit siaga. Jimin menatap tajam kearah Taehyung didepannya, meski jauh terlihat aku bisa merasakan betapa kompetitifnya seorang Jimin.
Untuk kedua kalinya Jimin melakukan service dan tak mampu ditangkis oleh Taehyung, bahkan ia tidak sempat bergerak sedikitpun dari tempatnya hingga bola itu mendarat.
"UH!!, tangkap bolanya sialan!" seru kesal Jimin bergema, ia nyaris membanting raketnya.
"haha...." suara tawa kecil Jungkook terdengar disampingku
"bukankah itu sangat lucu" katanya kemudian mencoba mengajakku berbicara, aku hanya menoleh bingung ke arahnya lalu kembali melihat lapangan.
Sudah dua kali Jimin melakukan service dan tak satupun dapat Taehyung tangkis.
"yah, dengarkan aku" seru Jungkook lagi, memukul ringan pundakku
"apa?, apa?" aku menoleh kesal
"dia tidak benar-benar ingin bermain, kau lihat?" katanya kemudian
Aku mengkerutkan kening mendengar perkataan Jungkook. "maksudnya?"
"anak itu tidak benar-benar ingin bermain, lihatlah bagaimana Jimin sangat kesal"
"jika dia tidak menangkis bola terakhirnya, itu sama saja meremehkan Jimin karena Jimin akan menang bahkan tanpa perlawanan sekalipun"
Aku kembali melihat kearah lapangan, Taehyung memang tidak berdiri pada posisi yang benar, ia bahkan tidak bergeming sedikitpun saat bola melewati tubuhnya, tatapannya tenang dan datar. Sementara Jimin nyaris terbakar api kekesalan.
Jimin meraih bola terakhir untuk dilakukan service, keringatnya yang bercucuran nyaris membasahi seluruh tempatnya berdiri.
Sekali lagi memantulkan bola dengan keras, dan melakukan pukulan yang kuat. Bola terpental keras jauh melewati net dan nyaris mengenai bahu kiri Taehyung, cukup cepat hingga ia tak sempat untuk menghindar.
Bola mendarat setelahnya dan permainan berakhir. Jimin menang tapi kekesalannya tidak berakhir disitu. Ia menatap tajam kearah Taehyung berdiri, matanya seperti terbakar.
Sementara Taehyung sendiri membalas tanpa banyak arti, kemudian melemparkan raket yang ia pegang dan berjalan meninggalkan lapangan.
"wah, daebaki dah" seru Jungkook bangkit dari duduknya. Sepertinya ia satu-satunya orang yang sangat menikmati pertandingan sementara yang lain dibuat terus menerus menahan napas.
Aku ikut berdiri dari tempatku, dan berusaha mencari keberadaan Taehyung yang kini telah menghilang, aku bahkan tidak sempat melihat kearah mana ia pergi.
***
"aku harap kalian segera menyelesaikan apa yang ku minta tadi, dan Hyena, kau tau apa tugas mu?" wajah ssaem tepat melihat kearahku, aku segera mengangguk begitu paham maksudnya.
Masing-masing diantara kami sedikit kualahan dengan tugas yang beberapa menit lagi harus kukumpulkan, beberapa diantara mereka bahkan tak berhenti menggerutu.
"dan satu lagi, Kim Taehyung hagsaeng", Taehyung mengagkat kepalanya begitu namanya dipanggil
"jangan lupa masuk kekantor ssaem sebelum kau pulang" perintahanya sebelum meninggalkan ruangan.
Aku berdiri dari tempatku dan mulai mengumpul tugas-tugas lainnya.
/di kantor guru/
Aku menaruh tumpukan tugas yang kubawa dari kelas, rapi diatas meja ssaem tadi.
"annyeong haseyo" sapa ku saat bertatapan dengan ssaem Jo Yura, dia adalah guru termuda disekolah kami, usianya sama dengan usia kakakku Seokjin.
Yura ssaem membalas dengan senyum. Saat hendak meninggalkan ruang guru, aku menangkap sedikit percakapan salah satu guru kepada Taehyung.
"apa kau benar-benar serius?" katanya
Aku tidak yakin apa yang ia katakan sebelumnya, tapi sepertinya percakapan mereka sedikit serius. Taehyung berdiri dengan memegang lengannya sopan, sementara lawan bicaranya duduk santai dikursinya sambil bersandar.
"ya, Kim Taehyung, kau tau apa yang sedang kau lakukan?"
"dua minggu membolos, melompat tembok sekolah, dan sekarang membuat keributan di lapangan tennis"
"membuat keributan?" heran ku. Taehyung tidak benar-benar membuat keributan, bukankah hanya Jimin saja yang merasa sangat kesal.
"lihat apa?" suara seseorang tiba-tiba muncul dibelakangku
"wah, kapjagi yah" seruku kaget
"jungk..." Jungkook kali ini benar-benar membuat isi kepalaku hilang begitu saja
"wae?" tanya lebih santai
"kenapa kau selalu muncul tiba-tiba!!, kau mengagetkanku"
"iya, lalu kau sedang lihat apa?" Tanyanya penasaran kemudian menggeser tubuhku dan berusaha melihat lebih jelas dari balik jendela
"bukaan..."
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan Taehyung muncul disana. Wajahnya menyelidiki keberadaan ku dan Jungkook.
"dia mengupingmu?" tunjuk Jungkook padaku tanpa rasa bersalah
"WHAT!"
Daebak, anak ini
Taehyung tidak meneruskannya, ia kemudian beranjak pergi meninggalkan kami dimuka pintu, sampai seorang guru ikut keluar barulah kami saling menghamburkan diri.
terima kasih telah membaca,