"Pagi Lyra." Sapa Steve dengan lembut.
"Pagi juga Steve." Sapa Lyra balik
"Sudah baik kan belum?" Tanya Steve.
"Sudah." Jawab Lyra sambil membenarkan posisi nya menjadi duduk.
"Sebentar lagi sarapan kita akan datang, setelah itu makan yang kenyang dan minum obat ya."
"Iya Steve. Tapi, bagaimana keadaan perusahaan?" Tanya Lyra mendadak.
"Aku sudah tugaskan Vero. Nanti siang aku harus akan menghubungi Vero untuk mengecek keadaan disana."
"Baiklah."
Terdengar suara ketukan dibalik pintu. Steve langsung membuka pintu itu. Dan mendapati seorang pelayan hotel membawakan sarapan.
"Ini Tuan, sarapan Anda. Selamat menikmati." Kata pelayan itu dengan ramah.
"Iya terima kasih."
Steve kemudian menutup pintu, dan menaruh sarapan di atas meja.
"Ayo sarapan." Ajak Steve.
"Iya Steve."
Steve dan Lyra menyantap makanan mereka dengan tenang. Nada dering panggilan di ponsel Lyra berdering. Terlihat nomor yang tidak dikenal menelfon nya.
"Steve sebentar, ada orang yang tidak aku kenal menelepon ku." Kata Lyra dengan bingung.
"Coba angkat saja, siapa tahu itu penting?" Saran Steve.
Lyra lalu menjawab panggilan itu. Terdengar suara pria yang berbicara dengannya. Tapi Lyra tidak tahu itu siapa.
"Lyra, kamu sudah sehat belum?" Tanya pria yang tidak kenal.
"Maaf ini siapa?" Tanya Lyra yang bingung.
"Saya Zico, Lyra." Jawab Zico.
"Kamu dapat darimana nomor saya?" Tanya Lyra yang terkejut.
"Dari pihak perusahaan Steve, apa tidak boleh jika aku menghubungi kamu?" Tanya Zico.
"Bukan begitu-." Steve mengambil ponsel Lyra lalu menjawab panggilan Steve.
"Siapa orang yang sudah memberi nomor Lyra?" Tanya Steve.
"Siapa ya. Hm, si Lexa. Dia memberikan nomor itu padaku." Jawab Zico.
"Cih, jangan pernah hubungi Lyra." Geram Steve.
"Kenapa? Lagian apa yang harusnya menjadi milikku harus aku dapatkan." Jawab Zico sedikit menyebalkan.
"Awas saja."
Steve mematikan telepon itu, lalu memblokir nomor Zico di ponsel Lyra.
"Ingat Lyra, jika ada yang meminta nomor kamu atau pun orang asing menghubungi kamu. Jangan pernah kamu angkat, atau kamu kasih tahu aku saja. Oke." Pinta Steve.
"Iya Steve." Jawab Lyra sambil mengangguk. Dan kembali menyantap makanan nya.
...
"Steve Carmain?! Lihat saja aku akan merebut Lyra darimu. Ingat itu!!" Geram Zico.
Zico melihat ke ponsel nya dan langsung menghubungi Lexa.
"Halo Lexa."
"Halo Zico ada apa, aku lagi kerja. Sebentar aku keluar dulu dari ruangan ini."
"Aku ingin kamu membantuku menjauhkan Lyra dari Steve. Karena aku ingin memiliki Lyra. Tapi Steve selalu menghalangi ku. Bisakah kamu membantu aku?" Tanya Zico.
"Cukup menarik, aku juga sangat menyukai Steve. Tapi semenjak Lyra hadir di kehidupan Steve. Steve tidak pernah lagi dekat denganku. Aku sangat membenci Lyra. Aku akan membantu mu, jika itu dapat membuat Steve kembali padaku." Jelas Lexa.
"Baiklah. Nanti akan aku susun rencana." Kata Zico sambil mematikan telepon.
"Lihat saja, cepat atau lambat. Lyra akan menjadi milikku. Tidak ada boleh yang lain."
...
"Halo Vero, bagaimana keadaan kantor?" Tanya Steve.
"Cukup baik Steve, dan terkendali." Jawab Vero.
"Besok saya akan pulang ke Bandung."
"Baiklah Steve."
"Dan ya, jika semua tugas sudah selesai. Kalian bisa pulang cepat." Kata Steve.
"Iya Steve."
Steve kemudian mematikan telepon nya. Dan melihat kearah Lyra yang sedang mmebereskan barang - barangnya untuk berangkat besok.
"Lyra." Panggil Steve.
"Iya." Jawab Lyra sambil menoleh.
"Bagaimana kita pergi jalan - jalan malam ini." Ajak Steve.
"Hm, boleh. Aku mau." Jawab Lyra dengan senang.
...
Malam pun tiba - tiba. Steve dan Lyra pergi keluar untuk menikmati keindahan Singapura. Steve yang dengan setia menggenggam tangan Lyra dengan erat. Membuat kedua insan tersebut larut dalam suasana yang hangat dan romantis.
"Lyra, kamu mau makan tidak?" Tanya Steve.
"Mau, masa enggak mau." Jawab Lyra.
"Yok, coba jajanan yang disana." Ajak Steve.
"Hayuk."
...
Mereka memakan makanan seperti takoyaki, sambil duduk di taman.
"Taman ini indah ya." Kata Lyra.
"Iya. Kamu tahu dulu kita pernah sedekat ini." Kata Steve sambil menoleh ke arah Lyra.
"Dari mana kamu tahu?" Tanya Lyra.
"Dari masa lalu. Apakah kamu percaya?" Tanya Steve balik.
"Masa lalu? Memangnya ada apa?"
"Dulu kita hidup bersama. Berbagi cerita bersama. Canda tawa bersama. Itu yang aku jalani selama bersama kamu, Lyra."
"Aku tidak percaya apa yang kamu katakan." Kata Lyra yang semakin bingung.
"Kamu ingat mimpi buruk mu. Itu masa lalu kita Lyra. Kita sudah berjanji akan hidup bersama di dunia saat nanti sudah bereinkarnasi." Kata Steve sambil menggenggam tangan Lyra.
"Jika itu benar? Kenapa aku tidak bisa mengingat janji itu?" Tanya Lyra.
"Kamu akan mengingatnya Lyra, pasti. Dan juga kamu akan mengingat siapa diriku Lyra."
"Iya Steve. Jika benar ini takdir, suatu saat janji di masa lalu itu akan terwujud dengan sendirinya Steve." Jawab Lyra sambil menggenggam tangan Steve. Steve tersenyum melihat Lyra berkata seperti itu.
"Lyra, aku akan membantu mengingat sedikit demi sedikit masa lalu itu Lyra. Dan aku janji kamu akan menjadi milikku untuk selamanya. Dan sekarang aku sudah tidak mau bermain - main lagi Lyra. Aku ingin kamu menjadi kekasih ku Lyra. Bukan kekasih pura - pura lagi. Karena perasaan ku selama ini adalah nyata Lyra."
"Steve, aku sungguh berterima kasih atas bantuan mu selama ini. Segala kesulitan yang aku dapatkan kamu selalu membantuku. Dan juga, perasaan ku selama ini juga terasa nyata Steve. Aku menyayangimu." Kata Lyra sambil memeluk Steve dengan erat.
Steve membalas pelukan Lyra dengan erat. Kebahagiaan sedang menghiasi mereka saat ini.
"Aku harap ini bukanlah mimpi Lyra. Aku ingin kamu selamanya selalu di dekat ku. Karena di masa lalu, aku gagal melindungi dan menjaga mu Lyra. Maafkan aku Lyra." Sesal Steve.
"Iya Steve, tidak apa - apa. Maaf jika sudah banyak menyusahkan mu Steve." Lirih Lyra.
Mereka berdua melepaskan pelukan, lalu bertatapan dengan ekspresi yang bahagia. Sebuah senyum yang terukir di bibir masing - masing. Steve pun berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Ayo, kita pulang Lyra. Ini sudah malam."
"Iya." Jawab Lyra sambil memegang tangan Steve yang terulur.
...
"Perasaan yang nyata adanya. Sungguh sangat hangat." Guman Steve.
"Jika yang kamu katakan itu benar, tolong buat aku mengingat nya bersama perasaan manis ini." Guman Lyra.
Sesampainya mereka di kamar, Steve dan Lyra menyikat gigi masing - masing dan pergi tidur. Dan berharap semua yang terjadi atau pun sudah terucap menjadi nyata.
"Hangat sangat hangat." Guman mereka berdua.
...
"Ayo bangun Steve kita akan tertinggal pesawat jika tidak cepat." Teriak Lyra yang sudah terburu.
"Iya Lyra. Sebentar." Kata Steve yang perlahan membuka matanya.
Steve segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Lyra sedang mengeringkan rambut dengan handuknya. Tidak lupa Lyra membuatkan teh hangat yang tersedia di kamar hotel. Terdengar ketukan pintu, Lyra dengan segera membuka pintu.
"Ini Nona sarapan Anda. Selamat menikmati." Kata pelayan hotel itu.
"Terima kasih." Kata Lyra.
"Pelayan itu fasih juga berbahasa Indonesia." Guman Lyra.
Lyra pun memakan sarapannya. Dan melihat Steve dengan rambut basah keluar dari kamar mandi.
"Cepetan dimakan. Nanti telat." Kata Lyra.
"Iya bawel." Kata Steve sambil mencubit pipi Lyra.
Lyra yang tersipu malu hanya bisa menahan senyum nya dengan menunduk.
...
Akhirnya mereka sampai di bandara. Untung saja tidak terlambat. Pesawat segera naik dan menuju Bandung.
"Aku akan merindukan kenangan manis kita disini Steve." Kata Lyra sambil menatap luar jendela.
"Iya Lyra. Nanti kita akan kembali ke Singapura." Jawab Steve.
"Baiklah Steve."
Mereka berdua menikmati waktu dan menjalani kehidupan bersama - sama layaknya sepasang kekasih sungguhan dan bukan pura - pura lagi.