Zico kemudian merebahkan dirinya lagi di samping Lyra, Steve yang sudah sampai di depan pintu kamar nomor 11. Dengan cepat mengetuk pintu tersebut.
"Lyra... Lyra apakah kamu di dalam?" Tanya Steve.
Zico yang mendengar suara itu pun langsung kaget, begitu pula Lyra. Yang mulai sadar dari pingsan nya. Dengan membuka mata nya perlahan Lyra melihat ia sudah di tempat lain. Dan juga bersama orang yang sepertinya tidak asing. Zico yang melihat Lyra langsung menindih Lyra. Lyra memberontak dengan sekuat tenaga nya. Steve yang tidak mendengar suara dari balik pintu langsung mendobrak pintu kamar tersebut. Lyra terkejut dengan pintu yang terbuka secara tiba - tiba dan melihat Steve berdiri di situ.
Steve sontak kaget dengan apa yang dilakukan Lyra dan Zico. Steve tidak menyangka bahwa ada Zico di tempat ini. Steve langsung menarik dan menjauh kan Zico dari Lyra. Lyra langsung meringkuk memeluk tubuhnya. Steve memukul Zico, Lyra yang tidak tega langsung menjauh Zico dan Steve. Steve yang melihat apa yang dilakukan Lyra pun. Langsung marah kepada Lyra.
"Selama ini aku benar - benar mempercayai mu. Tapi kenapa kamu menyakiti ku Lyra. Kenapa?!" Teriak Steve mencengkram bahu Lyra.
"Dengarkan aku Steve. Aku tidak melakukan apa pun Steve. Aku hanya pusing saat keluar dari kamar kecil. Namun semuanya langsung gelap. Dan tidak tahu kenapa aku bisa ada disini." Jawab Lyra dengan mengatakan yang sejujurnya.
"Dasar pembohong, kamu penipu. Kamu pasti sudah menggoda Zico kan. Dan kamu Zico kenapa mendekati kekasihku?" Teriak Steve.
"Ku mohon percayalah kepadaku. Itu tidak benar." Kata Lyra sambil memeluk Steve. Steve langsung mendorong Lyra sampai terjatuh.
"Dia yang menggoda ku Steve." Jawab Zico dengan wajah tidak bersalah.
"Cih, kalian berdua. Dengar Lyra baik - baik. Mulai hari ini kamu tidak ada hubungan apa pun lagi denganku." Steve melangkah pergi meninggalkan Lyra dan Zico di dalam kamar.
Sebuah perasaan menyakitkan seperti tertancap ribuan jarum di hati Lyra membuatnya menitikkan air mata secara perlahan dan tidak percaya dengan apa yang di katakan Steve tadi.
"Apa yang kamu lakukan hah?!" Teriak Lyra pada Zico.
"Aku hanya ingin memiliki mu. Tapi Steve tidak mau berbagi." Jawab Zico senyum licik.
Tiba - tiba Lexa datang, dan bertepuk tangan. Lyra pun menyadari bahwa mereka berdua berkerja sama.
"Bagaimana? Apakah kamu menikmati permainan tadi?" Kata Lexa lalu di susul tertawa jahat bersamaan dengan Zico.
Lyra yang menundukkan kepalanya hanya bisa menitikkan air mata dan meremas gaunnya. Lyra merapikan kembali gaunnya. Dengan perlahan Lyra berdiri keluar dari kamar itu. Saat Lyra hendak keluar, Lexa menyandung kaki Lyra. Hingga Lyra terjatuh.
"Rasakan, inilah akibatnya jika kamu mendekati Steve." Kata Lexa dengan menginjak pergelangan kaki kanan Lyra hingga terkilir.
Lyra hanya diam, dan kembali bangkit menyusul Steve dengan tertatih - tatih untuk menjelaskan semuanya.
...
"Aku tidak menyangka kenapa Lyra dan Zico berhubungan di belakang ku." Kata Steve di dalam mobil.
Steve merasa kecewa sekaligus patah hati dengan apa yang dilakukan oleh Lyra dan Zico. Steve pun melihat Lyra yang sedang berjalan tertatih - tatih menuju mobil Steve. Steve yang melihat itu hanya kesal. Steve pun membuka kaca mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan!! Sana jalan kaki. Mobil ku bukan taksi!!" Teriak Steve marah.
"T - tapi Steve, ijinkan aku menumpang sekali saja. Ini sudah malam Steve." Kata Lyra dengan lirih.
Steve kemudian menutup kembali jendela mobilnya dan menghidupkan mobilnya. Lalu meninggalkan Lyra yang masih disana. Lyra menatap mobil Steve pergi, air matanya mengalir lagi. Lyra memutuskan untuk jalan kaki ke rumah. Ia juga tidak membawa dompet atau uang sedikit pun. Karena dompet nya tertinggal di rumah Steve.
"Apa yang harus aku lakukan?" Kata Lyra sambil menatap kaki nya yang terkilir.
Lyra berjalan tertatih - tatih. Udara dingin juga mulai menyelimuti gelap dan ramainya jalan di malam hari. Lyra merasa ketakutan akan orang jahat. Sepanjang jalan Lyra hanya menangis teringat kata - kata yang diucapkan Steve padanya.
"Bukankah Steve berjanji akan menjagaku." Lirih Lyra mengingat perkataan Steve.
Lyra merasa ia adalah gadis yang paling sial di dunia ini. Lyra merasa dirinya tidak layak mendapatkan cinta dari siapa pun.
"Aku hanyalah gadis sial. Tidak ada yang mau mencintai ku." Lirih Lyra lagi.
Lyra memutuskan pergi ke rumah Steve untuk mengambil tas nya yang tertinggal. Lyra terus berjalan, nyeri di pergelangan kakinya mulai semakin sakit.
...
Steve yang sudah sampai dirumah langsung masuk ke dalam rumahnya menuju kamar. Ibu Steve yang tampak melihat ekspresi yang berbeda dari anaknya, merasa sesuatu yang tidak beres. Ibunya memutuskan untuk menanyakan apa yang terjadi.
"Steve, dimana Lyra?" Tanya Ibunya. Steve masih diam dan tidak mau menjawab.
"Steve... Ada apa?" Kata Ibu nya sambil memegang bahu.
"Lyra sudah mempermainkan ku, Bu. Ia berhubungan dengan Zico didepan mataku. Dia bilang ia pingsan dan tidak tahu sejak kapan dirinya terbaring di kamar bersama Zico." Jelas Steve.
"Dengarkan Ibu, nak. Mungkin saja Lyra benar. Lyra itu anak yang jujur, nak. Ia tidak mungkin melakukan itu. Dia gadis yang baik Steve." Jawab Ibunya dengan lembut. Steve hanya menghela napas dengan kasar mendengar ibunya menjelaskan hal itu.
"Sekarang dimana Lyra, nak?" Tanya Ibunya khawatir.
"Di jalan, aku meninggalkan nya. Sudah aku putuskan juga. Aku sekarang tidak ada hubungan apa pun dengannya." Jawab Steve dengan dingin.
"Nak, tidak baik begitu. Kamu harus mendengarkan nya dulu. Jangan asal memikirkan hal yang tidak - tidak. Sekarang kamu cari Lyra. Kasihan Lyra nak, dan juga ini sudah larut malam. Sebentar lagi juga akan turun hujan, nak." Kata Ibunya yang semakin khawatir.
Steve semakin tidak peduli setelah mendengarkan kata Ibunya. Ibunya berharap Lyra baik - baik saja. Tiba - tiba terdengar sebuah bel dari depan rumah. Ibu Steve turun untuk membukakan gerbang rumah.
...
"Ah, kepala ku sangat pusing. Untung saja aku sampai disini." Lirih Lyra sambil menekan bel rumah Steve.
Tampak Ibu Steve yang keluar membuka pintu untuk dirinya.
"Ibu, Lyra mau ambil tas Lyra, Bu." Kata Lyra dengan lembut. Melihat penampilan Lyra yang sudah kacau, ditambah lagi dengan mata Lyra yng sudah sembab. Membuat hati nurani nya tergerak.
"Masuk lah Lyra. Menginap lah untuk malam ini. Ini sudah larut malam, nak." Kata Ibu Steve sambil memeluk Lyra dengan khawatir.
"Tapi Bu ... Itu akan sangat menyusahkan Ibu." Kata Lyra.
"Tidak apa nak." Jawab Ibu Steve, sambil membawa Lyra masuk ke dalam.
Di dalam rumah, Steve sedang duduk di kursi dengan angkuh dan tidak memperdulikan Lyra.
"Duduklah nak, sebentar Ibu ambilkan tasnya." Kata Ibu Steve sambil masuk ke dalam.
"Ada apa kamu kemari." Tanya Steve.
"Aku..." Belum sempat Lyra menjawab, Steve sudah menjawabnya duluan.
"Mau minta maaf? Itu tidak ada gunanya bodoh." Bentak Steve.
Lyra hanya menundukkan kepalanya mendengar perkataan dan perubahan sikap Steve. Ibu Steve datang membawa tas Lyra.
"Ini nak." Kata Ibu Steve sambil memberikan tas itu kepada Lyra.
"Terima kasih, Bu." Lyra segera menghubungi Ibu panti.
"Ibu, Lyra menginap di rumah Steve. Lyra baru pulang Ibu." Kata Lyra.
"Ah, baiklah. Steve memperlakukan Lyra dengan baik kok, Bu. Dadah." Lyra membohongi Ibu panti nya dan menutup telepon nya. Karena Lyra tidak mau Ibu nya khawatir. Dengan terpaksa ia membohongi nya.
"Ibu, Lyra tidur dimana?" Tanya Lyra.
"Di kamar sebelah Steve ya." Steve dengan segera masuk ke kamar nya dan menutup pintu.
"Baiklah Ibu." Saat Lyra berdiri, ia kehilangan keseimbangan nya dan terjatuh ke lantai.
"Kamu tidak apa - apa Lyra?" Tanya Ibu Steve.
"Tidak Bu." Jawab Lyra.
Ibu Steve melihat kaki Lyra yang membiru keunguan.
"Kaki kamu kenapa nak?" Tanya Ibunya khawatir.
"Tidak apa kok, Bu." Jawab Lyra sambil menundukkan kepalanya lagi.