Chereads / Reincarnation From the Past to Meet You / Chapter 23 - Mulai Terungkap tapi Kenapa Ada Kejanggalan

Chapter 23 - Mulai Terungkap tapi Kenapa Ada Kejanggalan

Steve terkejut melihat rekaman CCTV itu, tapi kenapa dirinya begitu bersikeras tidak mau mendengar penjelasan Lyra. Steve langsung menundukkan kepalanya. Ia merasa kecewa dengan dirinya yang tidak mau mendengarkan Lyra.

"Steve..." Panggil Lyra.

Steve langsung berdiri dan memeluk Lyra dengan perasaan bersalah.

"Maafkan aku Lyra, aku dibutakan oleh kecemburuanku yang besar terhadap kamu. Sehingga aku tidak menerima penjelasan apa pun denganmu. Jika aku dari awal mau mendengar penjelasan mu, pasti ini tidak akan terjadi." Jelas Steve.

Air mata Lyra pun mengalir perlahan, merasa kehangatan yang ia rindukan setiap hari akhirnya terbalaskan. Lyra membalas pelukan Steve dengan erat. Keduanya sekarang tidak mampu berkata - kata apa pun tentang masalah ini. Steve kemudian melepaskan pelukannya, dan menatap mata Lyra dengan intens.

"Aku harap kamu bisa memberikanku kesempatan yang kedua untuk mengisi hari - hari mu. Mau kah kamu kembali kepadaku?" Tanya Steve yang menatapnya penuh harap.

"Iya Steve, aku mau kembali memulai lembaran baru lagi." Kata Lyra kembali memeluk Steve sekilas dan melepaskannya.

"Ada satu hal yang perlu kita cari tahu dan harus kita kerjakan." Kata Steve dengan serius yang kembali duduk ke kursinya.

"Apa itu?" Tanya Lyra.

"Kita harus cari tahu siapa yang mengupload video ku dengan Lexa di bar." Kata Steve dengan melirik kearah Lyra.

"Sepertinya kita dapat mencari orang itu." Jawab Lyra sambil berpikir.

"Dimana kita harus mencarinya?" Tanya Steve penasaran.

"Nanti pulang kerja, bagaimana jika kita pergi ke tempat reuni itu lagi. Aku akan meminta bantuan Tara lagi untuk melihat rekaman CCTV di tempat itu, siapa tahu kita dapat menemukan orangnya." Jelas Lyra.

"Tara? Siapa Tara?" Tanya Steve.

"Dia adalah kakak ku, tapi bukan kakak kandung. Sewaktu kami kecil, dia tinggal dipanti asuhan bersamaku. Umur kami berdua terpaut hanya 1 tahun, dan sekarang ia menjalankan bisnis hotel Ayahnya."

"Baiklah, kita akan pergi kesana hari ini. Setelah bukti ini terkumpul, aku akan mengklarifikasi tentang hal ini, bahwa ini tidak lah benar." Kata Steve dengan semangat.

Mereka berdua hari ini mulai berkerja bersama seperti biasa, Steve yang sekarang tidak salah paham lagi dan begitu pula dengan Lyra yang kembali memulai hubungan lagi.

...

"Apa yang harus aku lakukan." Guman Zico sambil bertopang dagu diatas meja kerjanya.

Zico mulai panik dengan rencana yang sedikit lagi akan gagal, dan takut kehilangan wanita yang tidak mencintai nya yaitu Lyra. Entah apa yang membuat Zico bersikeras tetap mencintai Lyra. Padahal Lyra sama sekali tidak tertarik dengan Zico. Zico hampir frustasi dengan rencananya. Zuco kemudian mengambil ponsel nya dan menelepon Lexa.

"Halo, apa yang harus dilakukan? Sebentar lagi aku akan kehilangan Lyra." Kata Zico dengan tegas.

"Kenapa kamu marah - marah, apa tidak ada perempuan lain didunia ini selain Lyra." Jawab Lexa dengan kesal.

"Kamu jangan bicara begitu, kamu sendiri kenapa mengincar Steve terus. Bukankah masih banyak laki - laki lain di dunia ini." Jawab Zico membalas perkataan Lexa.

"Enak saja, karena ku mencintainya."

"Terserah, jadi apa yang harus dilakukan?" Tanya Zico lagi.

"Tidak ada, hanya menunggu klarifikasi nya. Tapikan tentang foto yang kamu posting di akun palsu nama Lyra itu kan belum ketahuan, kamu masih bisa membujuk Lyra." Saran Lexa.

"Kamu pikir membujuk Lyra itu mudah?" Tanya Zico yang sedikit geram.

"Sudahlah, aku mau melanjutkan pekerjaan ku. Memangnya kamu tidak punya pekerjaan? Sana kerjakan." Lexa pun mematikan telepon dari Zico.

Zico yang tampak kesal dan bingung bagaimana caranya untuk merayu Lyra akhirnya memutuskan untuk menelpon Lyra. Untuk mengajak pergi makan siang.

...

Telepon Lyra pun berdering, terlihatlah nomor tidak diketahui lagi - lagi menelepon Lyra. Siapa lagi kalau bukan Zico. Lyra sudah muak berkali - kali dengan tingkah laku Zico yang memang tidak sadar diri. Lyra pun mengangkat telepon tersebut.

"Ya, halo. Aku sibuk." Lyra mematikan telepon itu.

Steve yang melihat itu merasa ingin bertanya tentang siapa yang menelpon Lyra tadi. Dan kenapa Lyra menjawab dengan singkat. Seakan - akan orang ini memiliki utang pada Lyra.

"Siapa yang menelepon tadi?" Tanya Steve penasaran.

"Zico." Jawab Lyra dengan cepat.

"Kenapa ia menelpon?" Tanya Steve lagi.

"Aku tidak tahu Steve." Jawab Lyra.

"Baiklah."

Steve kemudian sibuk lagi dengan pekerjaan nya, Lyra yang tampak memikirkan sesuatu kemudian menanyakan hal itu pada Steve.

"Steve, apa benar aku pernah hidup?" Tanya Lyra.

"Pernah, memang nya kenapa? Apa kamu mulai mengingatnya?" Tanya Steve lalu menoleh kearah Lyra dengan mata yang berbinar - binar.

"Tidak, hanya saja aku ingin berusaha mencoba mengingat masa lalu itu." Jawab Lyra dengan tersenyum.

"Kamu ingin sungguh - sungguh mengingatnya, ya. Baiklah setelah masalah ini selesai, aku akan membantumu mengingat semua itu. Dan juga aku takut nanti kamu tidak sadarkan diri setelah mengingat sekilas tentang hal itu." Jelas Steve dengan semangat.

"Tidak apa Steve, aku hanya ingin mengetahui siapa aku di masa lalu." Jawab Lyra.

...

Waktu kerja pun telah selesai, banyak karyawan pulang menaiki kendaraannya masing - masing. Steve dan Lyra menunggu semua karyawan pulang. Agar saat mereka pergi ke tempat hotel itu, tidak ada yang melihat mereka. Jika ada yang melihat mereka, pasti nanti akan berita terbaru lagi.

Akhirnya perusahaan pun sepi, mereka berdua bergegas menuju parkiran. Steve membukakan pintu mobilnya untuk Lyra dan Steve kemudian masuk ke dalam nya. Mereka pun melaju ke tempat tersebut, dan berharap dapat menemukan bukti lagi.

Di sepanjang perjalan, Lyra hanya asik memakan roti isinya yang masih tersisa di kotak makan siangnya. Lyra membagikan roti itu pada Steve. Steve yang disuapi roti oleh Lyra merasa malu dan senang. Perasaan campur aduk mulai menyelimuti hatinya.

Tidak lama kemudian mereka sampai ke hotel tersebut. Steve memakirkan mobilnya, dan membukakan pintu untuk Lyra. Mereka berdua bergegas menuju satpam.

"Pak, saya Lyra. Teman kak Tara. Kak Taranya ada tidak pak?" Tanya Lyra.

"Ada nak, mari bapak antarkan kalian berdua keruangnya."

Mereka berdua pun mengikuti pak Satpam tersebut masuk ke dalam. Di dalam ruangan tampak Tara yang sedang sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan. Lyra pun membuka pintu ruangan tersebut.

"Tara..." Panggil Lyra dengan ramah.

"Lyra..." Tara pun beranjak dari tempat duduknya. Dan menghampiri Lyra.

"Ada apa kamu kemari, ada yang bisa aku bantu?" Tanya Tara.

"Ada Tara, bisa kah aku melihat rekaman CCTV lagi. Khusus di ruang Bar." Tanya Lyra.

"Bisa. Dan ini siapa?" Tanya Tara melihat kearah Steve.

"Dia Steve, kekasih ku." Jawab Lyra.

"Ah, ini yang kamu ceritakan. Baguslah jika kamu sudah berbaikkan lagi. Senang melihatnya." Kata Tara dengan senang.

"Iya, terima kasih juga ya. Karena kamu sudah mau menolong aku. Kalau tidak ada kamu, pasti tidak akan seperti hari ini." Kata Lyra dengan senyum.

"Ah, mari ikut aku." Tara mengajak Steve dan Lyra keruang rekaman CCTV.

"Ini, bisa kamu cek. Satu persatu." Kata Tara dengan ramah.

"Terima kasih."

Steve dan Lyra mulai memutar rekaman itu dan dibantu oleh Tara. Mereka bertiga mencari siapa orang yang merekam Steve dan Lexa di bar. Satu jam telah berlalu, di video itu ada hal yang mencurigakan. Saat mereka zoom lebih dengan ternyata memang benar ada seseorang yang merekam kejadian itu dan lalu memposting nya di media sosial. Steve serasa mengenali orang tersebut dan ternyata itu adalah Siska, sahabat dekat Lexa sendiri yang merekam nya.

Tapi, kenapa Lexa menyuruh Siska merekamnya. Dari bentuk ponselnya seperti ponsel Lexa.

"Aku mengenali orang yang merekam tersebut, dia adalah Siska, sahabat dekat Lexa. Apa jangan - jangan Lexa menyuruh Siska untuk merekamnya, dari ponselnya terlihat seperti ponsel milik Lexa. Aku harus menyelidiki hal ini lebih lanjut." Jelas Steve.

"Iya, sepertinya begitu." Kata Lyra dengan yakin.

"Tapi, kenapa Siska membantu merekam. Apakah Siska juga terlibat dalam kerja sama ini?" Tanya Tara yang bingung.

"Entahlah, tapi ini harus di cari tahu. Dan sekarang kita sudah menemukan jawabannya. Tapi masih ada kejanggalan yang harus di pecahkan." Kata Steve.

"Tara, bisakah aku merekam ini." Tanya Lyra dengan antusias.

"Bisa Lyra, itu bisa menjadi barang bukti untuk klarifikasi." Kata Tara.

"Terima kasih banyak Tara."

"Hal ini, aku harus tanya pada Lexa, besok." Kata Steve.

Lyra hanya mengangguk mengiyakan perkataan Steve untuk segera memecahkan masalah ini.