Chereads / Reincarnation From the Past to Meet You / Chapter 14 - Kecemburuan Steve

Chapter 14 - Kecemburuan Steve

Acara rapat pertemuan pun berakhir. Zico yang beranjak dari tempat duduknya langsung menghampiri Lyra yang duduk disebelah Steve. Steve yang melihat hal tersebut sangat ingin memukul Zico.

"Lyra, bagaimana kita makan malam bersama di restoran tidak jauh dari sini? Apakah kamu mau? Jika mau ayo pergi bersama." Ajak Zico.

"Aku..." Belum sempat Lyra menyelesaikan kata - katanya, Steve dengan cepat menjawab ajakan dari Zico.

"Maaf, tidak bisa. Kami harus kembali ke hotel, dan juga besok kami akan kembali ke tempat kami dan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Jawab Steve sambil menggenggam tangan Lyra.

"Hei, aku tanya Lyra. Bukan kamu, Steve." Jawab Zico tidak suka.

"Maaf aku tidak bisa Zico. Steve benar, kami harus pulang besok." Jawab Lyra.

Lyra mengambil barang - barang nya, dan mengajak Steve pergi keluar untuk menjauhi Zico.

"Sepertinya Steve tidak menyukai Zico, tapi kenapa?" Guman Lyra.

Zico yang memperhatikan dari jauh, mengepalkan tangannya.

"Awas saja Steve aku akan merebut Lyra darimu." Guman Zico.

...

Sesampainya diluar gedung, Steve tampak tidak senang sedari tadi. Lyra mencoba ingin mengajaknya berbicara, tapi takut Steve akan marah. Steve tampak memesan taksi online. Dan taksi itu tidak lama kemudian pun datang.

Steve dan Lyra masuk ke dalam mobil, hanya suasana sunyi yang menghiasi dalam mobil itu. Lyra yang sedari tadi diam dan Steve yang tampak sedang menahan emosi hanya mengepalkan tangannya sedari tadi.

Sesampainya mereka di hotel, Steve meninggalkan Lyra yang sedang membayar taksi online tersebut. Lyra yang melihat hal itu hanya bingung, apa yang terjadi?

"Steve kenapa, apa aku melakukan kesalahan?"

Lyra berjalan menyusul Steve, Lyra membuka pintu kamar. Dan melihat Steve sedang duduk membuka laptopnya. Lyra menghela napas dengan pelan. Dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Saat di kamar mandi, Lyra merasa tidak enak badan. Dan merasa bahwa suhu tubuhnya sedikit panas.

"Seperti nya aku tidak enak badan. Dan aku tidak membawa obat penurun panas." Guman Lyra.

Lyra bergegas keluar dari kamar mandi dan melihat Steve pergi keluar dari kamar hotel. Lyra berjalan menuju tempat tidur, dan merebahkan tubuhnya ditempat tidur.

"Sepertinya aku harus beristirahat." Pikir Lyra.

Lyra kemudian memejamkan matanya, rasa kantuk yang datang membuat Lyra terlelap. Sudah dua jam Lyra tidur. Lyra membuka matanya, karena merasa tubuhnya sangat panas. Lyra mengambil smartphonenya lalu menghubungi Steve untuk meminta Steve membelikan obat penurun panas.

Tapi panggilan itu tidak dijawab oleh Steve. Lyra sudah mencoba menghubungi nya berkali - kali tapi masih saja tidak ada tanggapan. Lyra mengirimkan pesan singkat untuk Steve, namun tidak kunjung dibalas olehnya. Lyra semakin khawatir dengan Steve, dan berpikir Steve sedang dimana?

...

Hari ini mood ku benar - benar hancur saat melihat Zico berkenalan dengan Lyra. Zico adalah saingan sewaktu dikuliahannya dulu. Steve sangat membenci Zico karena Zico pernah mempermalukannya bahkan membully nya. Walaupun begitu, Zico sangatlah pintar.

Zico mempermalukan Steve menjadi mahasiswa baru di universitas nya. Zico yang melihat Steve sangat lemah, Zico membully Steve dengan cara memecahkan telur ayam di atas kepalanya lalu menyiramnya dengan seember air es. Tentu saja membuat Steve marah, pasalnya ia dipermalukan didepan mahasiswa lainnya, serta Zico merendahkan Steve didepan mahasiswa.

Melihat hal itu Steve segera memukuli Zico, karena Steve sangat marah dengannya. Sewaktu dikuliahannya dulu Steve menjadi kapten tim basket, tapi Zico tidak menyukai Steve karena menurut Zico dirinya yang pantas menjadi kapten tim basket itu.

Dan sampai sekarang, Steve sangat membenci Zico. Baginya Zico selalu mengacau segalanya. Steve sangat susah mengendalikan emosinya. Yang bisa dibilang emosinya masih labil. Steve berniat pergi ke bar untuk merendahkan emosinya.

Nada dering panggilan tidak terjawab pun Steve abaikan, mungkin panggilan dari Lyra tidaklah penting. Steve meminum banyak alkohol. Tanpa ia sadari, Steve sudah 4 jam di bar. Dan melihat di jam tangannya sudah pukul sembilan malam.

"Ah, iya Lyra belum makan malam."

Steve kemudian menghidupkan smartphone nya. Tapi smartphone nya mati karena lupa di cas. Steve pun bergegas pulang karena teringat Lyra. Steve juga membelikan makanan untuk Lyra. Dan juga merasa bersalah karena sudah menghindari Lyra.

"Semoga saja Lyra tidak apa - apa." Guman Steve.

Steve hanya berjalan kaki, karena jarak bar ke hotel tidak terlalu jauh. Cukup jalan kaki saja sudah sampai. Saat Steve masuk ke kamarnya lalu meletakkan makanan di atas meja, ia tidak melihat Lyra di dalam. Steve mulai panik.

"Lyra..." Panggil Steve.

Steve pun memeriksa di kamar mandi, dan melihat pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Steve dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar mandi hotel tersebut. Dan melihat Lyra tergeletak tidak sadarkan diri di lantai kamar mandi.

Steve segera menghampiri Lyra, dan melihat Lyra sedang memegang smartphone ditangan kanan nya. Suhu badan Lyra sangat panas saat Steve menyentuh pipi Lyra. Steve segera menggendong Lyra ke tempat tidur. Lalu memanggil staf hotel untuk mendatangkan dokter, tidak lama kemudian dokter itu datang. Dokter itu memeriksa keadaan Lyra.

...

"Seperti nya Nona Lyra deman tinggi. Ini resep obatnya, obat ini bisa diminum ketika sudah makan, jika belum jangan diberi obat. Terima kasih."

Dokter itu meninggalkan mereka berdua. Dan Lyra yang sudah sadarkan diri. Steve merasa bersalah karena menghiraukan panggilan telepon dari Lyra. Steve segera memeluk Lyra, Lyra yang menangis meremas dengan baju Steve.

"Steve, kamu kemana saja." Lirih Lyra dengan sedih dan khawatir.

"Maafkan aku Lyra, aku pergi ke bar untuk menenangkan emosiku Lyra. Maafkan aku Lyra aku menyesal tidak menjawab telepon darimu. Dan meninggalkan mu berjam - jam di sini." Kata Steve dengan menyesal.

"Tidak apa Steve, aku baik - baik saja." Jawab Lyra dengan sabar.

"Sebentar ya, aku mau pergi ke apotek membeli obat. Sebentar ya."

Lyra mengangguk - angguk. Steve segera melepaskan pelukannya dari Lyra, lalu mengambil jaketnya dan pergi keluar. Steve memesan taksi online untuk sampai di apotek. Sesampainya di apotek, Steve membeli obat yang dianjurkan dokter. Setelah itu Steve bergegas pulang.

...

"Ini obatnya Lyra." Kata Steve sambil menyerahkan obat untuk Lyra.

"Ah iya, ini aku belikan makanan. Maafkan aku gara - gara aku kamu telat makan." Sesal Steve.

"Tidak apa - apa Steve. Aku tahu kamu butuh waktu untuk menenangkan diri." Senyum Lyra.

"Ayo makan, setelah itu kamu istirahat."

"Iya."

Steve dan Lyra makan bersama, sambil makan. Steve juga menyuapi Lyra. Lyra yang makan dengan lahap sekarang mulai mengerti tentang apa yang sedang terjadi pada Steve, Steve memiliki emosi yang cukup labil menurut Lyra.

"Ah iya, kenapa kamu tidak suka Zico." Tanya Lyra tiba - tiba.

"Karena aku dan dirinya pernah satu kuliahan, dia tidak menyukai ku. Bagi aku, dia membawa masalah untuk ku." Kata Steve sedikit kesal.

"Iya - iya. Aku ngerti." Jawab Lyra.

"Ah iya, besok kita tidak jadi pulang. Aku tunda hari jumat kita pulang ke tanah air." Kata Steve.

"Kenapa?" Tanya Lyra kaget.

"Karena kamu sedang sakit Lyra, kamu harus sembuh dulu baru boleh pulang ya, nanti aku akan hubungi orang Ibumu dan Ibuku juga. Agar mereka tidak khawatir." Jelas Steve.

"Baiklah, terima kasih Steve. Kamu sudah memperhatikan ku." Kata Lyra dengan mata berkaca - kaca.

"Iya Lyra, sama - sama. Satu hal lagi, kamu jangan dekat dengan pria mana pun. Kamu adalah milik ku. Tidak boleh orang lain memiliki mu." Kata Steve sambil menatap mata Lyra.

Lyra tersenyum lalu mengangguk. Begitu pula dengan Steve. Setelah mereka makan, Lyra meminum obat, lalu beristirahat. Steve yang memperhatikan Lyra yang sedang menutup matanya merasa tenang. Kemudian Steve berjalan menuju sofa dan berbaring.

"Maafkan aku Lyra, aku gagal menjaga mu hari ini. Tapi akan aku pastikan, kamu akan menjaga mu lebih baik lagi, Lyra."