Chereads / PICK LOVE [INDONESIA] / Chapter 11 - MELAKUKAN 'SESUATU' DI PUSAT PERBELANJAAN

Chapter 11 - MELAKUKAN 'SESUATU' DI PUSAT PERBELANJAAN

"Mau yang mana?" tanya Iqbal mengarahkan kedua boneka ditangannya. "Pilih satu lo jadi pacar gue, enggak pilih gue jadi pacar lo, Salsha tertawa mendengarnya.

"Humor lo aneh," umpat Salsha menghentikan Iqbal untuk mengambil boneka itu lagi. "Gue serius, lo ambil aja. Gue yang bayarin kok," Salsha memutar bola matanya malas.

"Gue enggak suka boneka," jawab Salsha lagi, Iqbal sekarang menertawakannya. "Ternyata ada juga cewek enggak suka boneka," ucap Iqbal menaruh kedua boneka dari tangannya.

"Ada, gue contohnya. Gue enggak suka barang berbau-bau cewek, norak!" Iqbal sukses tertawa keras sekarang. "Apa lo pikir setelah lo enggak suka barang-barang berbau cewek, lo bisa jadi cowok?" Salsha memukul kepala Iqbal.

"Halusinasi lo terlalu jauh, ya enggak lah," ucap Salsha sedikit kesal. "Apa untungnya suka barang-barang cowok? Koleksi cowok juga itu-itu aja, ngebosenin," Salsha mengangkat bahunya tidak tahu.

"Menurut gue, barang-barang yang bisa disimpan sama kebanyakan cowok lebih bermanfaat aja," Iqbal menganggukan kepalanya setuju. "Gue juga tahu boneka enggak bisa dibuat apa-apa kecuali dipeluk. Boneka enggak bisa meluk lo selain lo yang peluk dia," Salsha menganggukan kepalanya setuju.

"Seenggaknya, benoka lebih bisa berguna buat pajangan daripada cowok beliin bunga. Gue merasaa aneh aja kalau cowok beliin cewek bunga, dua tiga hari pasti udah layu, dan sayang duitnya," keluh Salsha dengan serius.

"Bukannya wanginya enak?" Salsha menganggukan kepalanya setuju. "Kadang beli bunga cuma buat dicium juga rugi, kalau aja ada bunga yang satu kali bela enggak bisa layu selamanya mungkin gue lebih suka yang semacam itu," Iqbal menggelengkan kepalanya lucu.

"Isi kepala lo ada apanya si? Kok bisa lo sampai kepikiran kesana?" tanya Iqbal penasaran. "Entah lah,"

"Ayo makan aja, gue enggak suka juga jalan-jalan cuma buat beli barang," Iqbal menyetujuinya sekarang, tangannya dia relakan ditarik Salsha ke toko makanan sekarang.

°°°

"Kenapa?" tanya Bastian bingung saat Aldi masuk ke kamarnya masih diam. "Gue enggak suka sama Tania," ucap Aldi tegas, Bastian melihat Aldi dengan serius.

"Sampai mulut lo berbusa bilang lo enggak suka sama Tania, orang-orang enggak akan bisa percaya gitu aja," Bastian terkekeh sebentar. "Tindakan lo membuktikan semuanya, Al,"

Aldi menghela nafasnya pelan. "Gue sayang sama Salsha, gue cinta sama dia, gue masih semuanya. Mungkin, waktunya aja yang enggak pas buat gue menyatakan perasaan gue ke dia," Bastian tertawa sumbang, dia mendekat pada Aldi.

"Berapa tahun gue pergi dari kehidupan kalian berdua?" tanya Bastian yang membuat Aldi diam tidak menjawab. "Hampir empat tahun, dan lo bilang waktunya aja yang enggak pas?"

"Otak lo dimana?" Bastian memukul kepala Aldi dengan kesal, bagaimana bisa Aldi memberi penilainya sendiri sangat positif? Sudah seharusnya juga Aldi mulai berpikir jauh.

"Gue bingung ngajak dia pacaran gimana," ucap Aldi yang akhirnya angjat bicara. "Dulu lo hampir aja nembak cewek yang gue suka sebelum gue suka sama Salsha, setelah gue milih move on aja, lo juga suka sama Salsha. Gue udah ngalah lagi sama lo, terus lo sekarang bilang enggak tahu caranya ngajak pacaran? Lo bego atau gimana, lo udah buat satu cewek nyaman dan lo buat cewek satunya lagi nyaman tapi lo enggak bisa ajak mereka buat serius?"

Bastian memukul-ukul halus puncak kepala Aldi. "Gue yakin banget, saat Salsha udah mulai suka sama lo. Lo justru lebih perhatian sama cewek yang lain. Yang gue yakin lagi, kalau Salsha nunggu lo jujur ke dia, lo malah sibuk sama cewek lain, satu cowok lain datengin dia dan bilang ke Salsha kalau dia bisa bertahan buat nunggu lo sampai sejauh ini. Anehnya lagi Salsha juga tahu kalau cowok itu suka sama dia,"

Aldi menggelengkan kepalanya malas berpikir. "Jangan sok tahu," Bastian terkekeh. "Jangan egois Al, lo enggak akan bisa hidup sama dua cewek sekaligus. Walaupun diantara kalian bertiga deket dengan embel-embel sahabat, gue enggak yakin. Lo harusnya sadar Al, cewek-cowok-cewek sahabatan itu enggak mungkin enggak ada apa-apa,"

"Bas, stop salahin gue," protes Aldi kesal pada Bastian. "Gue ngomong gini karena gue enggak mau lo kehilangan cewek yang benar-benar suka sama lo. Mungkin gue punya masalalu buruk, seenggaknya gue mau lo enggak sia-siain cewek yang lo suka karena terlalu lama berpikir dan ngulur waktu,"

°°°

Salsha duduk di kursi pusat perbelanjaan dengan masih menahan tawanya. Mereka berdua memutuskan menonton film horor, dan yang membuatnya lucu bukan karena filmnya.

Saat itu ada ibu hamil duduk disebelah Iqbal, dan anehnya saat dimana film sedang di puncak-puncaknya ibu hamil itu terus menarik rambut Iqbal karena merasa takut. Entah ada masalah apa dengan Iqbal, ibu-ibu itu menjadi biasa saja setelah film itu selesai.

Salsha menertawakan Iqbal karena baju, rambut dan tangannya ada banyak cakaran dari ibu-ibu tadi. "Sumpah kalau aja tadi enggak ada banyak orang, aish," Iqbal mengumpat kasar, dia benar-benar tidak bisa berbicara buruk lagi sekarang. "Sialan, rambut sama baju gue jadi berantakan semua," kesal Iqbal saat Salsha masih memegang perutnya tertawa puas.

"Sumpah, Bal. Gue baru pertama kali lihat film horor malah ketawa mulu sampai harus bolak-balik kamar mandi gini. Astaga, muka lo," Salsha masih tidak bisa berhenti tertawa sampai sekarang.

"Muka lo kasian banget," Salsha kembali menahan tawanya karena Iqbal tidak dalam keadaan senang. "Mau sampai kapan lo ketawa mulu? Gue mau makan, kalau udah selesai lo telfon gue aja," Iqbal berjalan menjauh setelah melihat arlojinya, Salsha menghentikan tawanya langsung berdiri segera menyusul Iqbal yang akan memasuki lift.

"Iqbal, tungguin," teriak Salsha saat Iqbal akan menutup pintu liftnya. Mungkin sekarang Iqbal kesal, apa Salsha keterlaluan?

Salsha berlari cepar menyusul Iqbal dengan kecepatan penuh, karena Iqbal tidak ingin mendengarnya. Saat bunyi 'ting' Salsha berhasil masuk dan menabrak Iqbal diwaktu bersamaan.

Salsha menindihi Iqbal dengan Iqbal yang masih fokus melihat Salsha dengan jarak paling dekat, Iqbal tersenyum miring sedikit menggoda Salsha. "Lo nyaman posisi ini? Woman on top?" tanya Iqbal membuat Salsha sedikit marah.

Bunyi 'ting' pembukaan pintu lift membuat keduanya diam mematung. Sepasang mata menatap marah mereka berdua, dan tiba-tiba terdengar suara yang membuat Iqbal merinding. "Ikut Ayah, Iqbal!"

Dengan cepat, Iqbal mendorong Salsha kearah samping membuat Salsha meringis pelan karena jatuh. "A-ayah," ucap Iqbal tertangkap bahas dengan gugup.

"Saya harap, kalian berdua memiliki alasan yang membuat saya percaya," Salsha meringis dan menepuk keningnya merasa kesal.

"Ayah, tadi Iqbal," Iqbal angkat bicara untuk memberikan alasan yang sebenarnya terjadi padanya. Iqbal menunduk diam saat Ayahnya menatapnya tajam.

Ayah Iqbal masuk dengan menekan lantai atas, 'delapanbelas,. Melihat itu Iqbal mulai mundur karena takut. Salsha yang masih bingung mendapat genggaman tangan oleh Iqbal dengan tersenyum tipis. 'Bukankah, lantai delapanbelas adalah ruang cctv?'

"A-ayah," gumam Iqbal ingin memberikan keluhan. "Lantai delapanbelas, panggil orang tua perempuan itu, ayah akan berbicara," ucap Ayah Iqbal dengan tegas. Salsha yang mendengar ucapan itu ikut berkeringat dingin, apa dia akan dihukum gantung juga? "Tapi, kita enggak melakuk--"

"Diam, jangan buat Ayah semakin marah dengan perlakukan kamu!" Ayahnya kembali memotong ucaoan Iqbal. "Om, maaf sedikit menyela,"

"Kamu juga sama, diam jangan ikut menyangkal. Mulut bisa berbohong, tapi bukti tidak bisa dihilangkan. Jujur, saya kecewa dengan anak saya. Dan, jangan memancing keributan dengan membuat saya semakin marah karena kalian akan melakukan pelecehan di pusat perbelanjaan milik saya sendiri,"