'Berangkat bareng gue, jangan hindari gue!'
Salsha tidak perduli dengan pesan yang Iqbal kirimkan padanya, dia berjalan keluar dari kamarnya untuk berangkat lebih pagi lagi. "Pak, Salsha berangkat sekarang aja," Supir itu mengangguk patuh dan masuk mobil untuk mengantarkan anak majikannya.
"Non nanti mau dijemput apa enggak? Ibu bilang saya harus antar jemput Non mulai sekarang, ibu yang minta," Salsha memutar bola matanya malas.
"Bapak enggak usah jemput Salsha, kayaknya Salsha juga pulang sama Iqbal, bapak enggak perlu khawatir, nanti Salsha yang tanggung jawab," Supir itu menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Ibu yang minta buat hari ini saya harus antar dan jemput Non Salsha," Salsha menghela nafasnya pelan. Salsha tahu perasaan tidak enak Supirnya ini.
Selain dulu Aldi sering mengantar jemputnya juga, sekarang Iqbal yang melakukannya juga untuk Salsha. Pekerjaan Supir di rumahnya benar-benar tidak ada, selain hanya membelikan makanan dan bergantian jaga dengan Satpam depan rumah.
Selain itu, Pak Supir juga menjaga ruang CCTV. Semuanya sudah dilakukan sebenarnya, tapi selain keamanan Salsha yang harus dilakukan mama cukup tegas dan menyeramkan bagi mereka.
"Kalau bapak masih nekat jemput jangan salahin Salsha kalau Salsha udah enggak ada disana," ucap Salsha berjalan keluar dari mobilnya. Supir itu hanya menghela nafasnya pasrah.
Salsha berjalan malas di koridor, dia masih terus mengomeli Iqbal. "Gue, aish. Sebel banget gue sama Iqbal," Salsha menghela nafasnya kesal.
Ada seseorang yang memperhatikan Salsha dari dinding kejauhan, dia tersenyum tipis dibalik wajahnya yang memakai masker. "Salsha-Iqbal-Aldi, kenapa mereka lucu," komentarnya dengan sedikit terkekeh.
Cowok tadi berjalan berlawanan arah sengaja menabrak Salsha. Salsha yang masih memaki-maki Iqbal terkejut dan jatuh, untung saja bekal ditangannya masih aman.
Rasa-rasanya akan sangat miris jika melihat masakannya jatuh berserakan sedangkan dia baru saja belajar memasak dengan modal nekatnya bangun pagi-pagi sekali. "I'm sorry," ucap cowok tadi dibalas anggukan kepala dari Salsha. "I'm finne, no problem," jawab Salsha masih memeluk bekalnya.
"Lo enggak apa-apa?" tanya cowok yadi memastikan Salsha lagi untuk yang kedua kalinya. "Gue enggak apa-apa, maaf gue enggak lihat jalan tadi,' ucap Salsha masih terkejut. Cowok tadi mengangguk, dia tersenyum dibalik maskernya.
Salsha berjalan menjauh dari cowok tadi tergesa-gesa saat melihat Iqbal sudah datang dari gerbang utama. "Gue duluan," pamit Salsha sedikit berlari, cowok tadi tersenyum.
"Lo masih sama Sal, lugu banget. Lo tenang aja, gue akan cari cowok mana yang baik sama lo, kalau enggak ada diantara Iqbal sama Aldi, gue yang akan maju,"
Bastian masih berdiri ditempatnya, dia melihat satu cowok yang berlari kencang mengejar Salsha, Bastian juga masih bisa melihat Salsha yang ikut lari menghindarinya.
"Gue mau tahu seberapa keras mereka berdua perjuangin Salsha, gue mau lihat siapa yang bisa buat Salsha jatuh ke dia,"
°°°
"Gue ke rumah lo, lo udah berangkat," ucap Iqbal yang berjalan mendekat pada Salsha karena lelah mengejarnya. Salsha memindahkan tempat duduknya ke kursi paling belakang. Salsha mengangkat bahunya tidak tahu, Salsha fokus pada bekal yang dibawanya.
"Gue ada salah apa sama lo? Semenjak kemarin lusa lo diam aja," Salsha menutup tempat makannya kasar, dia minum sebentar dan menatap Iqbal serius.
"Kenapa si cowok itu harus dijelasin dulu baru ngerti kesalahannya?" tanya Salsha dengan wajah kesal, Iqbal menghela nafasnya sabar. "Gue sebagai cowok juga enggak tahu mau cewek itu apa, gue enggak bisa tahu salah gue dimana karena cewek emang enggak mau terus terang," Salsha berdecit kesal.
"Kenapa lo jawab pertanyaan ayah lo kalau gue sama lo pacaran? Dan kenapa lo bilang ke mama gue kalau gue sama lo pacaran, kenapa?" Iqbal menganggukan kepalanya paham sekarang. "Ooo, soal itu,"
"Kenapa? Apa gue salah? Gue jujur ke ayah kalau gue suka sama seseorang, dan gue juga minta izin sama mama lo kalau gue suka sama anaknya," Salsha memukul kepala Iqbal keras karena kesal.
"Lo mikir enggak si pas mau ngomong gitu? Gue diomelin mama dua hari berturut-turut, dan lo juga enggak sadar kalau lo bilang gitu, gue semakin dikekang disini," jelas Salsha pada Iqbal, namun Iqbal justru tertawa.
"Mama lo ngasih lampu hijau ke gue," ucap sombong Iqbal sekarang. "Gue bukan Rumah Sakit yang harus dijaga 24 jam," Iqbal tertawa, dia juga masih ingat saat Salsha protes tapi dibuat diam dengan ucapan papanya. "Papa lo yang nyuruh gue buat jagain lo 24 jam, dan kenapa lo marahnya sama gue?"
°°°
"What?" tanya Salsha pada dirinya sendiri saat melihat Bastian, sahabatnya ada di sekolah yang sama? Sejak kapan?
"Lo pulang enggak ngabarin gue," ucap Salsha tiba-tiba sedikit manja pada Bastian. "Lo sibuk sama cowok lo, makanya gue enggak kabarin," Salsha berjalan meninggalkan Iqbal dan Rio untuk memeluk Bastian.
"Dia cowok lo kan?" tanya Bastian menujuk pada Iqbal, Iqbal membuang wajahnya malu. "Bukan, kak Rio pacar gue," jawab Salsha memberitahu Bastian dengan menujuk sebelahnya. "Pacar lo yang satunya tapi lo pegangan tangan sama cowok yang disebelahnya?" Salsha menganggukkan kepalanya polos.
"Kenapa? Gue nyaman sama Iqbal," Bastian tertawa mendengarnya. "Ralat, kak Rio cuma pacar pura-pura gue sebenarnya. Gue juga nyaman kok sama kak Rio, tapi Iqbal lebih-lebih nyaman dari kak Rio," Bastian menggaruk lehernya sedikit tidak enak mendengarnya. "Lo nyaman sama sahabat lo sendiri dari pacar lo?" komentar Bastian yang mendapatkan pukulan dikepalanya.
"Gue suka cowok yang mengungkapkan perasaan dia lebih dulu, dan setelah itu dia jadi teman deket gue. Iqbal lakukan itu, dan gue respon baik Iqbal. Gue enggak suka sebaliknya," ucap Salsha yang berjalan meninggalkan Bastian yang sedang tersenyum puas. Bastian mengambil handphonenya di sakunya, dan kembali menempelkan pada telinganya.
"Lo dengar? Salsha mulai nyaman sama Iqbal, dan lo bisa kalah jauh kalau cuma bingung milih cinta lo yang mana. Waktu lo akan habis, dan lo menyesal lihat Salsha sama Iqbal bareng. Good, itu yang lo mau kan?" tanya Bastian pada Aldi.
Bastian melirik Aldi sedang duduk dibangku agak jauh darinya, Aldi menunduk kepalanya. Kedatangan Bastian membuatnya harus kembali pada Salsha, dan itu akan Aldi lakukan mulai sekarang.
"Lo buang waktu cuma dengan merenung dan berpikir, nurutin nafsu enggak ada yang tahu. Lo enggak tahu kalau lo akan nyesel buat hari dan lo juga bisa aja besok kalah karena enggak berjuang sekarang,"
"Gue tahu," jawab Aldi yang membuat Bastian tersenyum, ini yang dia harapkan sebenarnya. "Kapan lo mau mulai deketin Salsha?" Aldi mengendikan bahu. "Entah, besok mungkin," hawab Aldi berlalu setelah mematikan sambungan ponselnya.
Bastian masih melirik Aldi, dan saat dia mengikutinya Bastian kembali diam. Aldi mengajak Tania ke kantin bersama dan merangkul pinggang Tania cukup dekat.
"Aldi bego!"