Luo Yechen adalah orang sehat dengan pikiran yang sederhana. Dia sendiri menyukai emas, jadi dia menganggap orang lain juga menyukai emas. Maka dia pun sengaja menyuruh orang untuk membuat patung Buddha dari emas untuk diberikan kepada Permaisuri Qin.
Hasilnya, Permaisuri Qin tidak memujinya dengan sepatah kata pun dan menyuruhnya pergi dengan tergesa-gesa.
Dalam hatinya Luo Yechen sangat tidak terima. Tetapi dia tidak berani menunjukkannya dan hanya bisa duduk kembali ke tempatnya sambil menahan kekesalannya.
Selanjutnya pangeran lainnya maju satu per satu untuk mengucapkan selamat dan memberikan hadiah.
Sebagai seorang selir biasa pangeran, Xiao Xixi tidak memenuhi syarat untuk mempersembahkan hadiah dalam acara semacam ini. Hadiah ulang tahun yang dibawanya sudah diserahkan kepada ibu pengurus di samping Permaisuri Qin. Saat ini hadiahnya itu pasti sudah bercampur dengan hadiah dari orang lain.
Duduk berlutut dalam waktu yang lama membuat Xiao Xixi merasa betisnya agak mati rasa.
Diam-diam dia mengulurkan tangan dan mengusap betisnya.
Dia merasa gerakannya itu dilakukan dengan sangat tersembunyi, tetapi Luo Qinghan tetap memperhatikannya.
Luo Qinghan pun menoleh dan menatapnya lalu bertanya, "Lelah?"
Xiao Xixi mengangguk, wajahnya memelas.
Dia mengira Luo Qinghan akan menghiburnya, tetapi ternyata sang pangeran hanya mengucapkan dua kata.
"Biasakan saja."
Xiao Xixi, "…"
Seandainya kamu bukan putra mahkota, dengan sifat seperti itu kamu pasti akan sendirian seumur hidup!
Setelah dengan susah payah menunggu acara pemberian hadiah sampai selesai, akhirnya hidangan sudah bisa disajikan.
Ketika hidangan-hidangan yang lezat dibawa dan disajikan di depan Xiao Xixi, pinggang dan kakinya pun langsung tidak sakit lagi!
Dia mengangkat sumpit dan mengambil sepotong daging ayam. Saat dia hendak memasukkannya ke mulutnya, dia mendapati Luo Qinghan sedang menatapnya.
Wajahnya masih tetap begitu tampan, pembawaannya juga masih begitu dingin.
Xiao Xixi seketika mengerti.
Di meja makan, bos harus makan dulu. Itu adalah aturannya!
Xiao Xixi pun berinisiatif meletakkan daging ayam itu di mangkuk Luo Qinghan sambil tersenyum menjilat.
"Anda makan dulu."
Kakek Chang di samping yang melihatnya ingin berkata bahwa Yang Mulia Pangeran tidak suka makan daging ayam.
Tetapi sebelum dia mengatakannya, dilihatnya Yang Mulia Pangeran menyumpit daging ayam itu lalu memasukannya ke dalam mulutnya.
Kakek Chang, "…"
Sudahlah, asal Anda senang saja.
Xiao Xixi bertanya dengan penuh harap, "Enak?"
Luo Qinghan sebenarnya tidak suka makan daging ayam, namun di hadapan wanita dengan sorot mata jernih yang penuh penantian itu, tiba-tiba dia merasa daging ayam di dalam mulutnya rasanya tidak begitu buruk lagi.
Dia pun menjawab singkat, "Lumayan."
"Masih mau?"
"Iya."
Demi membuat bos makan dengan gembira, maka Xiao Xixi pun bekerja keras tanpa mengeluh sebagai pesuruhnya. Dia mengambilkan lauk dan sup untuknya serta melayaninya dengan baik.
Melihat pemandangan itu, Bao Qin begitu senangnya sampai hampir meneteskan air mata.
Nonanya yang konyol akhirnya bisa bersikap dewasa dan tahu kalau dia harus menyenangkan pangeran.
Setelah tiga putaran anggur, ibu suri, kaisar, dan permaisuri pun meninggalkan acara satu demi satu.
Tanpa adanya petinggi yang duduk mengawasi, suasana pun langsung berubah menjadi jauh lebih santai dan natural.
Pangeran tertua Luo Yechen berjalan ke depan Luo Qinghan dengan kendi anggur di satu tangan dan gelas anggur di tangan lainnya.
Kelihatannya Luo Yechen sudah minum cukup banyak. Pipinya memerah, seluruh tubuhnya berbau anggur, bicaranya juga agak tidak jelas.
"Adik Ketiga, mari, kita bersaudara minum segelas!"
Setelah itu tanpa peduli apakah lawan bicaranya bersedia atau tidak, dia pun menuangkan segelas penuh anggur untuknya.
Luo Qinghan tidak suka minum anggur.
Wajahnya dingin dan datar, tanpa ekspresi.
"Kakak, kamu mabuk."
"Aku tidak mabuk, cepat minum!" Temperamen Luo Yechen memang kurang baik. Saat ini di bawah pengaruh alkohol, dia pun menjadi semakin tidak sabaran.
Melihat Luo Qinghan tidak bergerak, dia pun menegur dengan marah, "Aku adalah kakakmu. Aku memintamu minum anggur, apa kamu tidak mau? Atau, apakah kamu merasa dirimu telah menjadi putra mahkota, jadi kamu bisa tidak mengakui aku sebagai kakakmu lagi?"
Volume suaranya tidak kecil sehingga menarik perhatian pangeran lainnya.
Namun tidak ada seorang pun yang datang untuk membujuknya.
Semua orang sedang menonton drama.
...