Dulu saat Xiao Xixi memperingatkan Luo Qinghan agar waspada dijebak orang, Luo Qinghan tidak mempercayainya.
Walaupun kemudian fakta membuktikan bahwa yang dikatakannya itu benar, namun Luo Qinghan tetap tidak bisa mempercayainya.
Dia masih mengawasinya.
Kewaspadaannya terlalu tinggi.
Xiao Xixi tahu, hanya mengandalkan kata-kata saja tidak akan bisa menggerakkannya. Maka dia pun hanya bisa membuktikan kepadanya dengan tindakan nyata…
Bahwa dia bisa dipercaya.
Meminum racun adalah langkah yang beresiko, tetapi resiko yang besar juga diiringi dengan imbalan yang besar.
Xiao Xixi yakin, setelah melalui peristiwa ini, kepercayaan Luo Qinghan kepadanya semestinya juga bisa naik satu tingkat.
Bao Qin memang tidak mengerti.
Hanya dengan sebuah kalimat saja sudah bisa menyelesaikan masalah, untuk apa harus repot sampai seperti ini?
Kruyuk…
Bao Qin bertanya, "Suara apa itu?"
Xiao Xixi membelai perutnya yang kecil dan berkata dengan memelas, "Perutku sedang memanggilmu, dia ingin mengatakan kepadamu bahwa dia sudah lapar."
Semua yang dia makan kemarin telah dimuntahkan, saat ini dia sangat lapar.
"Anda beristirahatlah baik-baik. Hamba akan menyiapkan sarapan untuk Anda."
Bao Qin pun berjalan keluar.
Ketika dia berjalan sampai ke pintu, dilihatnya dua orang yang sedang berdiri di depan pintu. Dia pun sangat terkejut dan cepat-cepat berlutut memberi hormat.
"Hamba memberi salam kepada Yang Mulia Pangeran."
Kapan pangeran datang? Mengapa tidak ada suara sedikit pun?
Luo Qinghan berkata datar, "Pergilah melakukan pekerjaanmu."
Bao Qin pun menyelinap pergi sambil menempel ke dinding.
Awalnya Xiao Xixi hendak memejamkan matanya sejenak. Namun begitu mendengar suara di depan pintu, dia pun langsung membuka selimut dan hendak turun untuk memberi hormat.
Luo Qinghan menghentikan gerakannya.
"Kamu masih sakit, aku mengizinkanmu untuk tidak memberi hormat."
Xiao Xixi merasa lega dan senang, dia lalu berkata sambil tersenyum, "Terima kasih banyak, Yang Mulia."
Kemudian dia berbaring kembali dengan tenang.
Dia tidak tahu berapa lama Luo Qinghan berdiri di luar tadi, juga berapa banyak yang telah didengarnya.
Tetapi kalaupun dia mendengar semuanya juga tidak apa-apa.
Luo Qinghan berjalan ke samping tempat tidur dan menunduk menatapnya.
Xiao Xixi mengedipkan matanya yang indah, "Mengapa Yang Mulia menatapku seperti itu?"
Luo Qinghan tidak berbicara. Matanya menatap Xiao Xixi dalam-dalam seakan-akan dia ingin memandang menembus cangkangnya dan melihat dengan jelas ke dalam hatinya.
Setelah cukup lama barulah dia perlahan-lahan berbicara.
"Kelak jangan melakukan hal seperti itu lagi. Aku tidak membutuhkan perlindungan dari siapa pun."
Cahaya di mata Xiao Xixi meredup, "Oh."
Dia telah berbuat sampai seperti ini, tapi ternyata Luo Qinghan masih tidak mau mempercayainya.
Sungguh mengecewakan.
Melihat wajahnya yang kecewa, Luo Qinghan mengangkat tangan kanannya lalu meletakkannya dengan lembut ke atas kepalanya dan membelainya.
Xiao Xixi tertegun.
Kepalanya bukan tidak pernah dibelai orang. Dulu di Sekte Xuan, guru dan saudara-saudara seperguruannya sangat suka membelai kepalanya. Tetapi ini pertama kalinya Luo Qinghan membelai kepalanya.
Tindakan yang membawa sedikit sentuhan keakraban itu sepertinya membuat jarak di antara mereka berdua seketika menjadi jauh lebih dekat.
Hati Xiao Xixi tergerak.
Dia mendongak, sepasang matanya kembali bersinar, dan dia memanggil dengan penuh harap.
"Yang Mulia."
Luo Qinghan berkata, "Kalau kelak menemui hal semacam ini lagi, kamu boleh langsung mengatakannya kepadaku. Aku akan mempercayaimu."
Xiao Xixi merasa seperti kepalanya telah dipukul lima juta kali, hatinya sangat bergairah.
Dia mengangguk dengan penuh semangat, "Baik!"
Dia terdiam sejenak lalu menambahkan lagi.
"Kelak tidak peduli apa pun yang terjadi, aku akan mengatakannya kepada Anda."
Ujung jari Luo Qinghan bergerak melintasi kening, alis, pipi, dan akhirnya berhenti di dagunya.
Dia mengangkat dagu Xiao Xixi.
Xiao Xixi tidak menghindar, sepasang matanya berbinar memandang Luo Qinghan.
Luo Qinghan menatap kedua matanya.
Sepasang mata ini terlalu jernih, tidak terlihat sedikit pun kekeruhan.
Orang yang hidup di istana dalam waktu yang lama tidak mungkin mempunyai mata seperti ini.
Dia adalah eksistensi yang unik di dalam istana ini.