"Jangan mempersulit ku jika kau tidak mau mendapat masalah" Rey menahan tangan Bella saat gadis itu ingin lari setelah turun dari mobilnya.
Rey membawa Bella ke salah satu apartemennya,pria itu memeluk pinggang Bella agar gadis itu tetap disampingnya.
"Setidaknya beri aku alasan kenapa kau membawaku ke tempat ini?" Bella sibuk menepis tangan Rey yang melingkar erat di pinggangnya.
"Ada yang ingin aku bicarakan" Pria itu membawa Bella masuk ke dalam lift.
"Aku sudah meminta maaf bekali-kali, apa lagi yang ingin kau bicarakan" Kesabaran Bella benar-benar terkuras habis. "Dan kenapa kau harus melingkarkan tangan mu di pinggang ku!? "
"Aku tidak mau kau kabur"
"Aku tidak akan kabur, jadi lepaskan tanganmu sekarang" Bella masih berusaha menyingkirkan tangan Rey dari pinggangnya.
Rey sama sekali tak menanggapi ucapan gadis di sampingnya itu,kaki pria itu melangkah ke luar lift saat pintu lift terbuka sempurna. Bella yang masih di landa rasa panik saat menyadari kini Rey membawanya menuju salah satu pintu apartment.
"Buang pikiran kotor mu, aku tidak akan melakukan apapun padamu" Ucap Rey seolah membantah isi pikiran Bella.
"Masuklah"
Bella masih diam di tempatnya saat Rey membuka pintu untuknya. "Masuk,Arabella!" Dengan sekali tarikan,Rey berhasil membawa Bella masuk kedalam apartmentnya.
Kini Rey dan Bella duduk di sebuh sofa yang berada di ruang tengah apartment Rey. "Aku ingin menawarkan kerjasama" Ucap Rey, pria itu terlihat begitu serius dengan kalimatnya.
"Kerjasama?" Bella mengerutkan dahinya bingung.
Kepala Rey mengangguk. "Kerjasama yang menguntungkan kita berdua"
"Ada apa dengan mu?Kenapa kau tiba-tiba menawarkan kerjasama dengan ku? Kita tidak saling mengenal" Bella memundurkan posisi duduknya memberi jarak antara dirinya dan Rey.
"Siapa bilang aku tidak mengenalmu? Kau gadis ceroboh yang menumpahkan lemon tea pada jas ku kemarin siang" Rey beranjak dari duduknya,pria itu kini melepas jas hitamnya.
"Pria gila! kau tidak mengenalku,jadi sekarang biarkan aku pergi! Waktu ku terlalu banyak terbuang percuma karena mu" Bella beranjak dari duduknya,namun dengan sigap Rey segara menarik Bella hingga gadis itu kembali duduk di sofa.
"Arabella Divanaya,dua puluh tiga tahun, pendidikan terakhirmu hanya sampai di sekolah menengah atas karena diawal kuliah kau memutuskan untuk berhenti" Rey melipat kedua tangannya didepan dada dengan pandangan fokus ke wajah terkejut Bella.
"Kau gadis yatim-piatu sejak tiga tahun yang lalu, ayahmu dulu seorang supir pabrik dan ibu mu sudah lama meninggal saat kau berumur lima tahun, apa masih ada yang belum aku sebutkan tentang dirimu?" Tanya Rey santai.
"B-bagaimana ka~~"
Rey mengibas pelan tangannya di udara. "Kau tidak perlu tau tentang itu, aku bisa mengetahui apapun yang ingin aku ketahui"
Bella terdiam dalam keterkejutannya, begitu banyak pertanyaan timbul di kepalanya tentang bagaimana bisa Rey bisa begitu tau tentang kehidupannya, bahkan Bella sendiri hanya tau nama pria itu.
"Aku sudah terlalu banyak membuang waktu, sekarang aku ingin kau menjadi tunangan ku"
Bella hampir lupa cara bernafas saat mendengar kata-kata terakhir yang keluar dari bibir pria yang duduk di hadapannya itu, entah berapa kali Rey berhasil membuat Bella terkejut hari ini.
"Apa kau gila!? Jangan main-main dengan ku" Bella beranjak dari duduknya , gadis itu sedikit linglung karena keterkejutan dan perasaan bingungnya kini bercampur menjadi satu membuat kepalanya tiba-tiba terasa pusing.
"Aku tidak mau berurusan lagi denganmu, aku tidak peduli jika kau mengetahui kehidupanku, sungguh aku benar-benar tidak ingin memiliki urusan denganmu! persetan dengan kesepakatan gila mu itu!"
Bella melangkah lebar menuju pintu apartment Rey, gadis itu benar-benar sudah muak. Namun, saat Bella berhasil membuka pintu apartment gadis itu dihadapkan dengan banyaknya sorotan kamera.
Tubuh Bella tiiba-tiba lemas,gadis itu sudah lelah terkejut hari ini. Saat tubuh gadis itu hampir terjatuh ,satu tangan dengan sigap menahan pingganyanga.
"Kau baik-baik saja?" Bella dengan jelas mendengar suara Rey, dengan pelan Bella menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan pria yang kini memeluk erat pinggangnya.
Sejak tadi sorot kamera terarah ke arah mereka berdua, mengabadikan kedekatan Rey dan Bella yang begitu intens.
"Apa yang kalian lakukan disini!?" Bentak Rey ke arah para wartawan yang hampir memasuki apartmentnya.
"Siapa gadis di sampingmu ini? Apa kalian memiliki hubungan? Lalu bagaimana dengan rumor perselingkuhan mu dengan Senna?"
Para wartawan berlomba-lomba melempar pertanyaan pada Rey, sedangkan pria itu kni sibuk menghubungi pihak apartment.
"Kalian telah menganggu prifasi saya, jangan buat saya menuntut perusahaan kalian karena tindakan kalian ini!" Teriak Rey marah.
Bella sejak tadi hanya diam, gadis itu menunduk dengan tubuh lemas. Bella terlalu lelah mendapat kejutan tak terduga hari ini, kepalanya benar-benar ingin pecah detik itu juga karena keributan yang berasal dari para wartawan.
"Apa kau pingsan?" Rey menepuk pelan pipi Bella, pria itu mengangat tubuh Bella kedalam gendongnnya saat aparat kemaan apartment datang untuk mengamankan para wartawan.
Rey menidurkan Bella di atas sofa.
"Minum ini" tangan pria itu mengulurkan botol air mineral yang ada di atas meja pada Bella.
Bella menggeleng,gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk. "Apa yang terjadi? Siapa mereka?"
"Mereka wartawan yang sering mengikuti ku" Sahut Rey. "Mereka melihatku bersamamu dan nekat mengikuti kita"
"Apa ini akan menimbulkan masalah?"
Rey menggeleng ragu. "Aku tidak tau mereka akan membuat romor apa lagi besok setelah berhasil mengambil banyak foto kita berdua"
Bella mengacak kasar rambutnya. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kau jangan diam saja, aku tidak mau terlibat masalah apapun! aku ingin hidup tenang" Bella mengguncang lengan Rey panik.