Chereads / ALIVE / Chapter 6 - Something wrong

Chapter 6 - Something wrong

Bella meregangkan otot tubuhnya, gadis itu baru saja terbangun dari tidurnya. "Kenapa aku bisa tidur?" Gumamnya.

Gadis itu beranjak dari Sofa, berjalan ke arah dapur apartment dengan mata yang fokus pada ponsel di tangannya.

"Jam delapan malam, astaga! Perut ku kosong sejak pagi" Ucapnya setelah melihat jam di ponselnya.

Tangan Bella bergerak mengelus pelan perut ratanya. "Kosong!?" Gadis itu mendesah pasrah saat lemari pendingin yang dibukanya sama sekali tidak berisi makanan ataupun minuman.

Bella memutuskan untuk keluar mencari makanan, perutnya sudah terasa sangat perih di tambah tenggorokannya yang kering. Gadis itu sedikit merapikan tatanan rambutnya sebelum keluar apartment.

Saat membuka pintu apartment kepala Bella menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang mencurigakan, setelah merasa aman gadis itu menutup pintu apartment dan melanjutkan langkahnya menuju lift.

Setelah keluar dari lift dan sampai di lobbi apartment, langkah Bella terhenti saat ada dua pria tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Nona mau kemana?"

"Kalian siapa?" Bella menatap waspada dua pria didepannya.

"Kami diperintahkan Tuan Rey untuk menjaga anda" Sahut salah satu pria.

Bella mengangguk pelan, gadis itu mengulurkan tangannya disertai senyum lebar di wajahnya. " Arabella"

Dua pria tadi hanya membungkuk hormat tanpa membalas uluran tangan Bella.

"Jangan seperti itu! Aku bukan atasan kalian, jadi jangan formal dengan ku" Decak Bella Kesal.

"Yasudah kalau tidak mau bersalaman dengan ku" Bella kembali menarik tangannya yang terulur. "Nama kalian siapa?"

"Saya Ricky"

"Saya Leo"

Sahut kedua pria itu masih dengan gaya bicara yang formal.

"Aku mau membeli makanan, jadi kalian bisa minggir sekarang"

"Biarkan saya yang menyiapkan makan anda" Ucap pria berkaca mata yang bernama Leo.

"Aku juga harus mengambil pakaian ganti ke rumah ku, kau tidak akan bisa menyiapkan itu juga kan? Jadi lebih baik kalian mengantar ku saja"

"Baiklah, sebelumnya anda pakai ini dulu" Ricky memberikan kotak kaca ke arah Bella.

Bella menerima kota kaca itu, gadis itu mengikuti langkah dua pria di depannya. Disela langkahnya Bella membuka ikatan rambutnya lalu memasang kaca mata hitam yang tadi Ricky berikan padanya.

"Apa di depan ada wartawan?" Tanya Bella dengan nada berbisik.

Leo mengangguk tanpa menoleh. "Sejak siang tadi mereka tidak beranjak dari tempatnya"

"Jaga sedikit jarak dengan kami, jika anda bersembunyi di belakang punggung kami mereka akan curiga" Ucap Ricky yang langsung di ikuti oleh Bella.

Bola mata Bella membulat sempurna di balik lensa hitam yang dipakainya, kini terlihat dengan jelas banyaknya orang dengan kamera di tangan masing-masing tengah berdiri ataupun duduk di depan gedung apartment.

Dengan cepat Leo membuka pintu mobil yang telah disiapkan sejak tadi untuk Bella. Gadis itu menghela nafas lega saat berhasil masuk kedalam kursi penumpang belakang.

Tidak Lama Leo masuk di kursi pengemudi diikuti Ricky yang masuk di kursi penumpang depan.

"Antarkan aku ke supermarket dulu" Ucap Bella yang di jawab anggukan oleh Leo.

Beberapa belas menit berlalu mobil yang mobil yang ditempatinya sampai di depan supermarket yang cukup besar.

"Kau ikut juga?" Heran Bella saat Ricky ikut membuka pintu mobil.

"Saya tidak bisa membiarkan anda sendiri"

Bella tertawa kecil. "Kau romantis juga" Canda Bella yang tak di tanggapi oleh Ricky.

Mereka keluar dari mobil meninggalkan Leo sendiri. Bella melangkah lebar di ikuti oleh Ricky di belakangnya.

"Ricky, jangan terlalu kaku dan formal dengan ku" Ucap Bella. " Aku tidak nyaman dengan suasana hening dan mencengkam seperti di mobil tadi"

"Tugas kami menjaga keamanan dan kenyamanan anda saja ,Nona"

Bella menghentikan langkahnya lalu berbalik. " Kenyamanan kan? Karena itu aku meminta mu dan Leo untuk tidak bersikap formal dan kaku, anggap aku teman atau adik kalian ya? Aku bukan atasan kalian, kita mungkin akan sering bertemu karena itu aku mau kita lebih dekat sebagai teman baru"

Ricky terdiam menatap gadis di depannya. "Bukannya anda lapar? sebaiknya anda segera membeli makanan" Ucap pria itu mengalihkan topik.

Bella mendengus kesal, melanjutkan langkahnya meninggalkan Ricky. Sesampainya di dalam supermarket, Bella mengambil satu kerajaan belanjaan.

Mulai mengambil beberapa botol air mineral, bahan-bahan masakan dan juga bumbu dapur,keperluan untuk mandi dan terakhir gadis itu melangkah menuju boks es cream mengambil beberapa es cream kesukaannya.

Bella melirik kesal ke arah Ricky yang terus mengikuti gerakannya. Pria dengan tubuh tinggi dan postur tubuh tegap itu mencuri perhatian pengunjung.

Tubuh yang di balut baju polo hitam dengan jins biru, Ricky tidak berpenampilan mencolok tapi ketampanan dan aura dinginnya membuat banyak orang tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari pria itu.

"Jaga jarak " Ketus Bella.

Gadis itu melangkah cepat menuju kasir, beruntung Bella tidak menunggu terlalu lama untuk mendapat giliran. Saat akan mengambil kantong belanjaannya gerakan Bella terhenti saat Ricky mendahuluinya.

Tindakan pria itu menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di dekat mereka, Bella melempar tatapan galak pada Ricky yang hanya memasang ekspresi datar.

Bella keluar dari Supermarket. " Aku bisa membawanya sendiri" Bella merebut kantong belanjaannya lalu masuk kedalam mobil.

Setelah Ricky masuk kedalam mobil, Kini Leo mulai menjalankan mobil setelah bela menyebutkan alamat rumahnya.

Di tengah perjalanan Bella mengambil tiga es cream dan minuman yang di belinya.

"Untuk kalian" Bella menyerahkan Dua es crema dan dua botol air mineral ke arah depan.

"Tidak ada penolakan!" Ucap Bella saat Dua pria di depannya ingin menolak.

"Terimakasih, Nona" Ucap Leo dan Ricky bersamaan.

"Nama ku Bella! Bukan Nona" Dengus gadis itu kesal.

Suasana mobil kembali hening, es cream Bella telah berpindah ke dalam perut gadis itu. Mata Bella kini tertuju ke arah depan.

"Kenapa tidak di makan es cream nya?" Tanya Bella.

"Saya sedang menyetir" Sahur Leo.

"Ricky, kenapa kau tidak makan es creamnya?"

"Nanti saya makan bersama Leo"

Bella berdecak kesal. " Nanti cair, Ricky!"

"Sebentar lagi kita sampai" Ucap Leo, pria itu berusaha menyelamatkan temannya.

Bella mendengus, gadis itu kembali duduk memundurkan posisi duduknya. Tak lama mereka sampai di depan rumah Bella.

"Aku tidak lama, cepat habiskan es creamnya! aku kembali kalian harus tunjukkan bungkusnya pada ku"

Bella keluar dari mobil, membuka pintu rumah yang terkunci lalu bergegas menuju kamarnya untuk mengambil beberapa pakainya. Hanya butuh waktu sepuluh menit Bella selesai mengemasi pakaiannya, kakinya melany keluar dari kamar.

Pandangan Bella menyusuri seluruh sudut rumahnya, helaan nafas kembali keluar dari bibirnya. "Entah kapan aku bisa kembali pulang dengan tenang" Gumamnya.

Sejak tadi Bella tidak bisa membohongi dirinya, rasa takut dan khawatir sedikit mengganggunya hingga Bella berusaha cepat dalam bergerak agar tidak membuang banyak waktu.

Bella menutup pintu rumahnya, kembali mengegerkan hendel pintu memastikan pintunya terkunci dengan baik.

Leo dan Ricky berdiri disisi badan mobil menunggu ke datangan Bella. Senyum Bella tercetak jelas di wajah cantiknya saat Leo dan Ricky menunjukan bungkus es cream mereka.

Bella meletakkan tas jinjingnya ke dalam mobil, lalu kembali beralih ke arah dua pria di dekatnya. " Anak pintar" Kedua tangan Bella bergerak menepuk lembut puncak kelapa Leo dan Ricky.

"Maaf" Leo menjauhkan kepalanya lalu melangkah memutari mobil untuk masuk ke kursi pengemudi.

"Tunggu" Bella mencegah gerakan Ricky yang ingin masuk ke dalam mobil.

"Lain kali makan es cream jangan seperti anak kecil" Tangan Bella tanpa sadar bergerak membersihkan bekas es cream di sudut bawah bibir Ricky.

Bella tertawa kecil di sela gerakannya masuk ke dalam mobil.Gadis itu senang kini memiliki dua teman baru, Bella yakin cepat atau lambat dua pria kaku di depannya pasti akan menjadi teman baiknya.

" Apa anda tidak membeli makanan?" Tanya Leo di tengah perjalanan mereka kembali ke apartment, pria itu hanya melihat Bella membeli banyak sayuran dan bumbu dapur.

"Tidak, aku akan memasak sampai di apartment nanti" Sahut Bella.

Karena suasana mobil kembali hening Bella kini mengambil ponselnya. Gadis itu terdiam beberapa detik menatap ponsel di genggamannya. Tiba-tiba kepala Bella mengangguk semangat disertai jarinya yang mulai bergerak lincah di layar ponsel.

Reygan Ardana

Nama itu Bella ketik di pencarian internet. Bella benar- benar tidak pernah mendengar nama Rey sebelum pertemuan mereka, kini gadis itu ingin tau seberapa hebat seorang Reygan Ardana hingga begitu di incar oleh para media.

Profil singkat dan artikel-artikel tentang Rey kini mulai muncul di layar ponsel, Bella mulai membaca satu persatu artikel yang ada.

Bola mata Bella membulat sempurna saat membaca artikel yang mengatakan bahwa Rey adalah cucu dari mantan menteri kesehatan. Kepala Bella tak berhenti menggeleng dan bibirnya sesekali berdecak kagum saat membaca beberapa informasi singkat tentang seorang Reygan Ardana.

Dari artikel yang Bella baca Ayah yang bernama Danan Jaya adalah anak tunggal dan pemilik dari dua perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan dan juga perusahaan properti. Ibu Rey bernama Diana Nasution yang berprofesi sebagai seorang Dokter bedah. Di artikel itu juga menuliskan Rey memiliki Kakak kembar bernama Bara Adyasta dan Raga Adyasta.

"Dia ternyata pintar" Gumam Bella saat membaca artikel lain yang menulis tentang prestasi dan keberhasilan Reygan Ardana di dunia bisnis.

Bella tidak mengerti dunia bisnis,wajar gadis itu tidak mengenal Rey, dan juga Bella bukan orang yang mengikuti pemberitaan media yang membahas tentang keluarga sukses dan terpandang di negaranya. Bella menghela nafas kasar menyadari dirinya yang begitu buta dengan informasi apapun. Gadis itu tidak punya banyak waktu untuk menonton tayangan televisi ataupun sekedar membuka internet.

Mata Bella memicing saat melihat salah satu judul artikel yang berjudul "Skandal Perselingkuhan Reygan Ardana"

Mata Bella fokus membaca setiap kata yang tertulis di artikel. " Kakak Ipar!?" Kagetnya.

Kini Bella melihat dengan jelas gambar kebersamaan Reygan dengan seorang wanita yang terlihat di ambil secara diam-diam.

"Bukannya ini?" Bella menggantung kalimatnya, mendekat layar ponsel ke arah wajahnya. " Ini Senna!? Jadi Senna kakak ipar Rey?"

Tanpa sadar Bella berucap begitu keras, gadis itu terkejut luar biasa saat membaca artikel lain yang juga membahas tentang perselingkuhan Rey dan Senna.

"Ada apa,Nona?" Tanya Ricky saar mendengar suara Bella.

"Apa aku boleh bertanya?" Tanya Bella,gadis itu mencondongkan tubuhnya ke arah depan.

Saat melihat Ricky mengangguk Bella semakin mencondongkan tubuhnya ke depan. "Apa Senna benar kakak ipar Rey?"

"Benar, Nona Senna istri dari Tuan Bara, Kakak pertama Tuan Rey"

"Apa!? Jadi Rey dan Senna bukan pasangan kekasih?" Bella masih tak percaya.

Leo melirik Ricky, kedua pria itu diam saat Bella diam. Tanpa menunggu jawaban Ricky Bella memundurkan tubuhnya ke belakang.

Gadis itu termenung hingga kini mobil yang ditempatinya sudah sampai di depan gedung apartment.

"Kita sudah sampai" Ucap Leo.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Bella keluar dari mobil tanpa mengambil barang-barangnya, bahkan gadis itu tidak memakai kacamata melupakan bahwa ada banyak wartawan yang masih setiap menunggunya.

Ricky yang ikut keluar dari mobil segera merangkul tubuh Bella, lalu memasangkan gadis itu kaca mata sebelum ada wartawan yang mengenali wajah Bella.

Bella hanya diam membiarkan Ricky melindunginya. Hingga mereka sampai di depan lift Ricky segera melepaskan rangkulannya di bahu Bella.

"Apa aku bisa minta tolong untuk membawakan barang-barang ku?" Tanya Bella yang di jawab anggukan oleh Ricky.

"Terimakasih" Lalu Gadis itu masuk kedalam lift setalah pintu lift terbuka.

Selama di dalam lift Bella masih tetao diam sibuk dengan pikirannya, hingga suara dentingan lift terdengar kakinya melangkah keluar lift.

Di sela langkahnya Bella mengingat kejadian siang tadi, saat Rey menyeretnya masuk kedalam apartment pria itu. Langkah gadis itu tiba-tiba terhenti.

"Untuk apa dia datang ke rumah ku dan memaksa ku untuk ikut dengannya ke apartment ini?" Kini Bella sibuk mengingat kejadian siang tadi.

"Kerja sama! Sebelum aku bertemu wartawan Rey mengatakan ingin mengajak ku kerja sama" Bella memukul udara di depannya saat berhasil mengingat ucapan Rey siang tadi.

"Kau harus jadi tunangan ku" Bella kembali mengulangi Kalimat yang sempat Rey ucapkan.

"Astaga! Ada sesuatu yang salah dan aku belum paham sepenuhnya"

Bella memukul pelan kepalanya. "Cepat berfikir! Jangan bilang aku di bohongi oleh pria sialan itu!?"