Chereads / ALIVE / Chapter 7 - BULLSHIT!

Chapter 7 - BULLSHIT!

Seorang pria kini terlihat melangkah lebar memasuki gedung di depannya, pria itu dibantu oleh beberapa penjaga untuk masuk karena situasi di depan gedung kantor yang didatanginya begitu dipenuhi banyak orang.

Sesampainya di dalam kantor pria itu segera memasuki lift untuk sampai di lantai 18, kakinya melangkah masuk ke dalam satu-satunya ruangan di lantai itu.

"Jelaskan apa yang sedang terjadi saat ini!?" Ucap Pria itu setelah berhasil memasuki ruangan kerja sahabatnya.

Rey yang sedang duduk santai di kursi kerjanya hanya mengangguk pelan. "Duduk dulu, jangan pasang tampang mengerikan mu itu"

"Jangan buat kesabaran ku habis,Rey!" Mark menatap tajam sahabatnya, pria yang biasanya berwajah riang dengan senyum jenakanya kini berubah menjadi pria yang begitu menyeramkan.

"Semua akan baik-baik saja, aku melakukan ini untuk membuat para wartawan sialan itu berhenti memberitakan hubungan ku dengan Senna"

Mark melangkah memutari meja kerja Rey, tangan pria itu bergerak menarik kasar keras kemeja sahabatnya. "Apa di kepala bodoh mu itu hanya berisikan tentang hubungan sialan mu dengan wanita itu!? Apa kau tidak memikirkan keluarga mu? Apa kau tidak memikirkan perusahaan,pra investor dan pemegang saham? Kenapa kau harus membuat skandal menjijikan seperti ini!?" Teriak Mark marah.

Rey menatap malas sahabat yang kini terlihat dipengaruhi oleh amarah, tangan Rey kini bergerak melepas cengkraman tangan Mark di kerah kemejanya.

"Aku melakukan ini juga demi perusahaan, bukannya kau kemarin meminta ku untuk menyelesaikan masalah ini?" Rey beranjak dari duduknya , melangkah menuju dinding kaca ruangannya.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan cara ku, kau harusnya senang karena semuanya akan kembali baik-baik saja"

Mark tertawa mengejek mendengar ucapan Rey"Baik-baik saja kata mu!? Apa otak mu itu sudah mati fungsi?"

"Kau sebelumnya terlibat skandal perselingkuhan dengan kakak ipar mu, lalu sekarang kau kembali di beritakan memiliki wanita simpanan, Apa itu bisa dikatakan menjadi sumber ketenangan untuk ku dan untuk perusahaan kita!?"

Rey menghela nafas kasar, pria itu menatap malas ke arah Mark. Rey mengerti kenapa sahabatnya semarah ini, Mark hanya khawatir terlalu berlebihan, pria itu memikirkan hal-hal yang terlalu rumit.

"Sekarang kau dengarkan aku baik-baik" Rey melangkah mendekati Mark, menuntun pria itu untuk duduk di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan kerjanya.

"Apa kau tau siapa gadis yang kini tengah dibicarakan oleh media?" Tanya Rey.

Mark menganggukkan kepalanya. "Dia gadis malang di restoran"

Rey menghela nafas untuk kesekian kalinya sebelum melanjutkan penjelasannya. "Entah kenapa, saat kau memberi tau ku bahwa media kembali memberitakan hubungan ku dan Senna ditambah para investor yang membatalkan kontrak, wajah gadis itu tiba-tiba terlintas di pikiranku"

"Kau tidak perlu tau apa yang aku lakukan hingga media berhasil mendapatkan foto kebersamaan ku dengan gadis itu. Aku tau para media mengikuti ku selama ini ak~~"

"Jadi kau menjebak gadis itu?" Mark memotong kalimat Rey.

"Mungkin bisa di katakan seperti itu, dia gadis yang terlalu polos" Sudut bibir Rey terangkat, pria itu menyunggingkan senyum jahatnya.

"Hanya butuh sedikit usaha untuk membuat gadis itu masuk kedalam rencana ku, dan setelah para media memberitakan semua asumsi mereka karena melihat ku dengan gadis itu, aku akan segera membuat pernyataan bahwa aku dan gadis itu menjalani hubungan yang serius"

"APA!?" Untuk kesekian kalinya Mark di buat terkejut. "Ini salah,Rey! Kau mempermainkan hidup seseorang yang bahkan kau tidak kenal sama sekali"

"Ini hanya sementara, setelah aku mengumumkan hubungan ku dengan gadis itu pasti para media menghentikan pemberitaannya tentang skandal yang melibatkan nama ku dan Senna" Rey menjeda kalimatnya, kini pria itu menegakan posisi duduknya.

"Para investor pasti melihat berita baru ini, dan aku akan dengan mudah kembali membujuk mereka untuk bergabung dengan perusahaan kita"

Mark masih diam, pria itu tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabat bajingannya itu. Mark tidak tau harus menunjukan emosi positif atau negatif. Pria itu terlalu bingung.

"Kau mungkin bisa merencanakan semua ini dengan baik, tapi kita tidak tau apa takdir akan mengijinkannya atau tidak" Ucap Mark, pria itu kini berbicara dengan nada yang terdengar begitu serius.

"Aku akan kembali mencari cara untuk menentang takdir" Sahut Rey.

"Kenapa kau tidak benar-benar mengakhiri hubungan mu dengan Senna? Setelah hubungan kalian berakhir, kalian tidak akan kembali bertemu diam-diam dengan begitu cepat atau lambat media akan berhenti membicarakan skandal kalian dan tentang perusahaan, kita berdua bisa mengatur ulang untuk mencari investor baru" Mark mencoba memberikan jalan yang lebih baik untuk membantu sahabatnya keluar dari kesalahan.

Rey menatap tajam ke arah Mark. "Sudah berapa kali aku katakan pada mu, brengsek! Aku tidak akan pernah mengakhiri hubungan ku dengan Senna! Kau tidak perlu ikut campur dalam rencana ku ini, yang kau mau investor kembali bukan? Itu akan segera aku selesaikan, jadi berhenti mengatakan omong kosong yang membuat ku ingin menghabisi mu"

Mark diam, pria itu sudah kehabisan kata. Rey adalah pria yang sangat keras kepala, pria itu akan melakukan berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkannya.

Mark sebagai seorang sahabat yang sudah mengenal Rey hampir sepuluh tahun, mereka berdua begitu dekat hingga Mark sudah menganggap Rey sebagai saudaranya, rasa marah wajar Mark rasakan saat mengetahui Rey melakukan kesalahan secara sengaja, menjalin hubungan dengan kakak iparnya, memilih menyakiti semua keluarganya demi rasa terlarang yang di miliki pria itu.

Cepat atau lambat semua ini pasti akan terkuak, banyak orang yang akan tersakiti dan Rey akan kehilangan semuanya , itu yang Mark tidak mau. Melihat sahabatnya terpuruk dan menjadi tidak berdaya adalah salah satu kelemahan Mark.

"Sekarang dimana gadis itu?" Tanya Mark.

"Apartment"

"Kau meninggalkannya sediri di sana?"

Rey menggeleng. "Ada Leo dan Ricky yang menjaganya"

Rey beranjak dari duduknya, melangkah keluar ruangannya. " Kau pergi kemana?" Tanya Mark setelah menyusul langkah Rey.

"Menemui Bella"

"Bella? Siapa lagi sekarang?" Heran Mark.

"Gadis itu namanya Bella"

🌁

Bella kini tengah sibuk dengan alat-alat dapurnya, gadis itu memasak beberapa lauk untuk makan siang.

"Aw!"

Bella meringis saat tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan teflon panas yang terisi sup ayam yang telah mendidih.

Sejak malam kemarin gadis itu kehilangan fokusnya, otak cantiknya sibuk memikirkan sesuatu yang masih mengganjal di hati dan pikirannya.

Tangannya bergerak memutar kendali api kompor, setelah memastikan api kompor benar-benar mati, Bella melangkah keluar dapur menuju ruang tengah.

Gadis itu mengambil ponselnya , jaringan mulai bergerak lincah di layar ponsel.

"Astaga!" Kaget Bella saat melihat banyaknya foto dirinya dan Rey terpampang di berbagai judul artikel berita.

"Wanita simpanan!? Kau menyebut ku wanita simpanan!?" Bella berdiri dari duduknya saat membaca salah satu artikel.

"Kabar bahagia, Reygan Ardana dan istrinya" Kedua bola mata gadis itu membulat sempurna, tak habis pikir dengan pemberitaan yang media buat.

"Kenapa mereka menyimpulkan sesuatu tanpa berfikir atau mencari fakta?" Kesal Bella. "Hanya karena beberapa foto sialan ini mereka menyebut ku wanita simpanan? Heh! yang benar saja!"

Bella melempar asal ponselnya ke arah sofa, gadis itu sudah tidak tahan membaca setiap kata yang menyimpulkan hal buruk tentang dirinya.

Tubuh gadis itu tiba-tiba tersentak kaget saat mender Bell apartment berbunyi. "Pasti Rey" Kaki Bella melangkah lebar menuju pintu apartment.

Benar dugaan Bella, kini Rey melangkah masuk kedalam apartment tanpa mengucapkan sepatah katapun saat Bella membuka pintu.

"Hai,Bella"

Bella mengerutkan dahinya bingung saat menyadari ada satu orang pria yang ikut datang bersama Rey.

"Kau siapa?" Tanya Bella masih kedua alis yang bertaut.

"Mark ,sahabat Rey" Mark mengulurkan tangan kanannya ke arah Bella.

Bella hanya mengangguk pelan. "Bella" Sahutnya sambil menyambut uluran tangan Mark.

Setelah menutup pintu apartment, Bella kembali ke ruang tengah. Kepalanya bergerak ke segala arah mencari keberadaan Rey.

"Kau masak?"

Suara itu membuat kepala Bella menoleh, terlihat Rey yang baru keluar dari dapur dengan satu gelas air di tangannya.

"Aku ingin bicara" Ucap Bella tanpa menjawab pertanyaan Rey.

Rey duduk di sebelah Mark, kini dua pria itu duduk berhadapan dengan sofa yang Bella tempati.

"Kau menjebak ku! Kau membohongi ku!"

Rey menaikkan sebelah alisnya. "Maksud mu?"

"Jangan pura- pura bodoh! Kau sengaja membawa ku ke apartment ini dengan terus memeluk pinggangku, menggenggam tangan ku saat di luar apartment karena kau tau ada banyak wartawan yang mengawasi mu, kau sejak awal mengatakan ingin menawarkan kesepakatan pada ku, tapi saat aku menolak dan pergi kau sengaja membiarkan ku tertangkap kamera wartawan yang sudah menunggu di depan pintu apartment, kau menjebak ku! kau sudah merencanakan semua ini!"

Ucap Bella panjang lebar, wajah gadis itu kini memerah karena amarahnya. Di tambah saat melihat ekspresi wajah Rey yang begitu menyebalkan seolah pria itu membenarkan apa yang Bella katakan.

"Aku kira kau gadis bodoh" Rey menyunggingkan senyum iblisnya. "Tapi sayang sekali, kau terlambat menyadarinya"

"Brengsek!" Teriak Bella.

Bella mencaci maki dirinya, menyalahkan kebodohannya yang begitu mudah percaya dengan ucapan orang, begitu mudah terpengaruh dengan kata-kata orang yang bahkan belum di kenalnya.

"Aku tidak akan mau mengikuti rencana sialan mu itu!" Bella beranjak dari duduknya, melangkah lebar menuju pintu keluar apartment.

Perasaan Bella begitu berkecamuk, rasa marah, kesal, sedih dan kecewanya menjadi satu. Bella salah menilai Rey ingin melindunginya,pria itu bahkan sudah merencanakan semua ini untuk kepentingan pribadinya.

"Bodoh! Gadis bodoh!" Pandangan mata Bella mulai mengabur karena air mata kini memenuhi pelupuk matanya.

Menangisi dirinya yang begitu bodoh, membiarkan dirinya di permalukan, kini semua orang yang melihat artikel-artikel yang media beritakan akan menilainya sebagai gadis yang buruk, hidupnya tidak akan tenang lagi mulai sekarang.

Dengan kelapa yang tertunduk Bella keluar dari lift melangkah menuju lobbi, mengabaikan panggilan dari Ricky dan Leo. Bella lupa bahwa kini dirinya tengah menjadi santapan lezat bagi para wartawan.

Langkah Bella seketika berhenti, nafas gadis itu tercekat saat kini banyaknya orang memutar tubuhnya, menyorotinya dengan banyak kamera.

"Nona, apa benar anda memiliki hubungan khusus dengan Reygan?"

"Apa anda selama ini menyembuhkan hubungan anda dengan Reygan?"

"Berapa lama hubungan kalian telah bejalan?"

"Apa anda hanya wanita panggilan?"

Salah satu pertanyaan dari wartawan membuat kepala Bella menoleh, dengan pandangan yang bergetar Bella mencoba mencari siapa orang yang berani menanyakan pertanyaan menjijikan itu padanya.

"Apa anda hanya sebagai penghangat ranjang seorang Reygan Ardana?"

Mata Bella kini saling bertatapan dengan seorang wanita pemilik suara tadi.

"Aku akan merobek mulut kalian yang berani merendahkan wanita ku!"

Kini wajah Bella menabrak dada bidang Rey. Pria itu menarik tubuh Bella kepelukannya, melindungi wajah Bella agar wartawan berhenti menyorotinya dengan kamera.

Bella hanya mampu diam, membelakangi para wartawan membiarkan satu tangan Rey melingkar di punggungnya. Pikiran Bella benar-benar kosong, tubuhnya terasa begitu lemas.

"Berhenti memberitakan hal buruk tentang wanita ku! Sekarang pergi dari sini, aku secepatnya akan membuka pernyataan tentang berita yabg sedang kalian sebar luaskan"

Dengan di bantu oleh beberapa penjaga apartment, Rey dapat dengan mudah keluar dari gerombolan wartawan.

Rey melepas pelukannya di tubuh Bella, lalu merangkul gadis itu dengan tangan kirinya menyembunyikan wajah Bella dengan tangan kanannya.

Rey menuntun Bella masuk kedalam mobil Mark, setelah Rey dan Bella masuk kedalam kursi penumpang belakang, Mark dengan cepat menjalankan mobil menghindar dari para wartawan yang berlari mendekat ke arah mobilnya.