Guide book memancarkan cahaya yang teramat terang ketika aku mengatakan kata kunci journey, lebih terang jika dibandingkan ketikaku gunakan sebelumnya. Saat aku membalikkan halaman pada buku ini, hanya terdapat satu halaman saja yang berisikan tulisan beserta kalimat yang aneh bagiku. Aku mencoba untuk membaca yang ada pada halaman pertama dan berharap bisa memudahkanku untuk memahami arti yang terkandung di dalamnya.
"Aku adalah sebuah pohon besar yang akan mati sebentar lagi, kekurangan air pada musim kemarau adalah penyebab ajal akan menjemputku. Aku tidak bisa melakukan apapun, selain menunggu musim kemarau menghilang atau seseorang menyiramkanku air. Akan tetapi, sesaat aku merasakan adanya dua penebang kayu datang perlahan menghampiriku dan ingin menebangku serta pohon lainnya, mereka melakukannya demi kayu-kayu yang akan digunakan untuk membangun proyek pada sebuah perusahaan yang tidak jelas asal-usulnya."
"Aku tidak bisa mencegah mereka untuk menebang kami, karena aku hanyalah sebuah pohon dan tidak bisa melakukan banyak hal untuk mencegahnya. Tiba-tiba muncul beberapa tukang kebun setempat yang baik hati datang untuk menyirami kami. Mereka terkejut, melihat kedua penebang pohon itu yang sudah menebangku setengah dan akan menebang pohon lainnya. Mereka pun mengusir para penebang dengan sangat kasar dan langsung menyirami kami dan merawatku dengan baik agar tidak mati di musim kemarau ini."
Apa-apaan ini? kenapa isinya sebuah cerita? aku tidak mengerti sama sekali. Terlebih lagi, tidak ada satu pun informasi tentang manusia maupun keluargaku yang terdapat pada kata kunci ini. Disini hanya terdapat gumpalan kalimat yang tidak bisa aku pahami sedikit pun.
"Pada akhirnya, apapun yang aku lakukan dan nantikan, berakhir menjadi hal yang sia-sia saja." Sambil menutup guide book dan menghela nafas.
Aku mendengar suara Aeris yang mulai sadarkan diri dari pingsannya selama 6 jam. Aku segera membantunya untuk bangun, serta memberikan minuman yang telah aku simpan di dalam sihir spatial yang bernama inventory yang diberikan oleh system.
"Aduh.. kepalaku sakit sekali."
"Minum airnya dulu Aeris." Aeris meminum air yang aku berikan padanya.
"Apa yang telah terjadi? dimana kita? kenapa kita tidak berada di kota Nadem?"
"Kakak akan menjelaskan semua yang telah terjadi." Aku menjelaskan semua kejadian yang telah terjadi setelah ia pingsan. Aeris tampak sangat geram padaku, karena telah membuat dirinya pingsan dan ia pun langsung menampar wajahku sangat keras dengan mata yang berkaca-kaca.
"KENAPA KAKAK MELAKUKAN ITU PADAKU!? AKU SUDAH BILANG, AKU INGIN
IKUT MEMPERTAHANKAN DESA!!"
"Maafkan kakak Aeris, kakak tidak mau meninggalkanmu dan membiarkanmu terbunuh disana seperti warga kota yang lainnya. Aku sudah berjanji kepada ayah dan ibu untuk menyelamatkanmu."
"KAKAK TEGA SEKALI KEPADA WARGA KOTA NADEM BESERTA ORANG TUA KITA, HINGGA MELARIKAN DIRI DAN MEMBIARKAN MEREKA MATI AGAR KAKAK TETAP HIDUP, KAKAK EGOIS!!"
"DIAM!! KAU KIRA KAKAKMU INI TIDAK MERASA BERSALAH SAMA SEKALI APA!? KAKAK SELALU MENYALAHKAN DIRI KAKAK SENDIRI KARENA MENJADI ALASAN SEMUA INI TERJADI DAN SAMA SEKALI TIDAK BISA IKUT MEMBANTU MEREKA YANG TELAH BERJUANG KERAS MEMPERTARUHKAN NYAWA UNTUK MELINDUNGIKU." Sambil mengepalkan tanganku dan menangis.
"Apa kau tau beban yang kakak pikul? KAKAK MEMIKUL BEBAN SEBUAH RAS!! SEBUAH RAS AERIS!! JIKA KAKAK MATI, MAKA RAS MANUSIA BISA SAJA PUNAH DI BENUA INI DAN USAHA MEREKA UNTUK MELINDUNGI KAKAK SELAMA INI AKAN SIA-SIA!!"
Aku menghantam tanah karena saking kesalnya tentang apa yang telah terjadi padaku belakangan ini.
"A-apa? kakak adalah seorang manusia?"
"Iya Aeris, kakak adalah seorang manusia. Jadi kakak mohon, tolong mengertilah keadaan dan kakakmu ini."
"Maafkan aku kak, maafkan aku telah membentak kakak." Aeris memelukku dan menangis selama 15 menit untuk meluapkan emosi yang ada pada dirinya. Aeris terlihat mulai paham akan situasi serta keadaan yang terjadi, terutama pada diriku.
"Dimana barang-barang kita kak?"
"Oh ya, barang-barangmu…" Aku mendengar suara berisik semak-semak dan suara langkah kaki mengarah ketempat kami beristirahat secara perlahan, aku merasa seperti dua orang menuju ke tempat ini.
Tapi anehnya, aku biasanya bisa merasakan adanya orang-orang yang berada disekitarku dalam jarak kurang lebih 15 meter, jika dalam kondisi tidak banyak orang. Namun, aku baru merasakan keberadaan mereka ketika berada dalam jarak 5 meter dan itu pun berkat adanya semak-semak di sekeliling kami.
"Aeris, cepat bangun dan bersembunyi." Aku menarik tangan Aeris untuk mengajaknya bersembunyi.
"Aku tidak kuat kak, kakiku terasa sangat lemas."
Sial! mereka sudah sangat dekat dengan tempat ini. Aeris juga dalam keadaan benar-benar tidak bisa berdiri dan melawan sama sekali. Efek bola sihir sebelumnya yang dihempaskan si penyihir cebol dari clan H benar-benar kuat baginya. Andai saja, dia adalah penyihir tingkat 4 keatas, pasti efeknya ga akan separah yang dirasakannya saat ini. Aku tidak punya pilihan lain lagi, aku harus langsung bergegas bersembunyi di belakang salah satu pohon besar yang berada di sebelah barat dengan membawa god hammer.
"Jadi disini tempat mereka beristirahat."
"Lihat kak, disana ada gadis elf yang cantik." Menunjuk kearah Aeris.
"Bodoh! kita datang kesini bukan untuk merampok, membunuh atau memperkosa mereka. Kita hanya diperintahkan untuk menangkap mereka hidup-hidup, terutama yang bersama si gadis elf itu. Kita akan periksa tas mereka terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi yang satunya." Mereka menutup mulut aeris dengan sebuah kain dan mengikat kedua tangan serta kakinya dengan tali.
Mereka terlihat seperti para bandit ras demi human dari pakaian yang mereka kenakan. Aku sempat mendengar kabar burung, tentang para bandit demi human di hutan para elf. Mereka sering berkeliaran dan bersembunyi di kawasan hutan dekat kota-kota para elf untuk merampok dan membudaki para elf. Tidakku sangka, kabar burung tersebut benar-benar terjadi saat ini dan berada disituasi terburuk.
Aku akan membunuh mereka secara diam-diam menggunakan god hammer dengan cepat, disaat aku mengecoh mereka dengan lemparan batu-batu dan pasir yang terdapat disekitar sini. Aku sebelumnya tidak dapat kesempatan untuk mencoba menggunakan kekuatan palu ini, tapi aku akan mempertaruhkan nyawaku dan nyawa Aeris pada god hammer. Bantulah kami, dengan memberikan kekuatan kalian god hammer dan god eye.
Kemampuan god eye telah aku aktifkan dan sedang mencoba menganalisis informasi tentang mereka berdua. Namun, salah satu dari mereka segera menyadari serta merasakan letak posisiku berada dengan sangat cepat. Insting para demi human memang sangat kuat, terutama untuk orang yang merasakan posisiku saat ini. Ia merupakan ras demi human klan beruang madu. Aku sudah bersembunyi tanpa suara, nafas dengan tenang dan perlahan, serta menutup hawa keberadaanku. Namun, si klan beruang madu tersebut berhasil dengan cepat mengetahui posisiku dengan tepat.
Tatapan yang ia berikan benar-benar mencekam, seperti seorang pembunuh bayaran. Apa benar mereka seorang bandit biasa? aku justru merasa kalau mereka merupakan seorang pembunuh bayaran.
"Kakak, aku merasa ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon itu." Menunjuk tepat ke arah pohon tempatku bersembunyi.
"Cepat periksa, tapi berjalan lah kesana secara perlahan, aku akan mempersiapkan diri." Yang berjaga mengambil kapak yang berada di pinggangnya. Mereka benar-benar pintar, tidak gegabah untuk menyerang dan justru waspada akan kemungkinan yang terjadi. Jika seperti ini, tidak ada pilihan lain lagi selain menunggu kedatangan mereka.
Jantungku berdegup dengan kencang, hanya dengan mendengar langkah kakinya saja. Saat tepat berada disampingku, aku secepat kilat menghantamnya dengan god hammerku yang telah aku aktifkan ke titik lemah tubuhnya yang tepat berada di bagian pinggangnya.
Seketika, bandit yang menghampiriku tergeletak pingsan dan tidak berdaya oleh sengatan listrik yang sangat kuat dari god hammer. Ternyata, kekuatan listrik dari god hammer benar-benar kuat. Aku pun secara langsung menunjukkan diriku secara perlahan kepada bandit yang sedang mengawasiku disana.
"Sungguh kekuatan listrik yang mengerikan." Ia merasa sedikit terkejut dan heran dengan yang terjadi pada rekannya.
"Apa mau kalian? kenapa kalian ingin menangkap kami?"
"Kami diutus untuk menangkap kalian hidup-hidup."
"Apakah yang mengutus kalian merupakan seorang demi beast yang memakai mantel hitam?"
"Tidak, kami menangkap kalian karena diutus langsung oleh ketua kami, untuk keperluan masa depan kelompok kami."