Ah, aku ingat sekarang, ternyata suara ini adalah suara dari gadis itu. Sudah lama aku tidak menemuinya, hingga membuatku lupa dengan dirinya beberapa tahun ini.
"Monyet...monyet...monyet."
Dia terus saja mengolok-olokku dan membuatku semakin kesal dengan suaranya yang cempreng itu.
"Dengar, ada sebuah triplek yang sedang menggonggong disini."
"SIAPA YANG KAU SEBUT TRIPLE!!!" Sambil menghantam perutku dengan keras, hingga membuatku langsung tersadar dari komaku.
"APA YANG KAU LAKUKAN ANAK BODOH!!" Seseorang elf priest cantik yang terlihat seumuran dengan ibuku memukul kepala seorang gadis yang telah memukul perutku.
"Aduh... sakit bu..." Sambil mengelus kepalanya yang sakit, karena telah dipukul dengan keras.
"Apa kamu tidak apa-apa nak Igris?"
"Aduhh..." Aku berpura-pura kesakitan karena pukulan tadi.
"IBU HUKUM KAMU BERDIRI DI POJOKAN SANA SELAMA SETANGAH HARI!!!" Sambil menunjuk ke arah pojokan dinding di rungan dengan nada suara yang tinggi.
"T-tapi bu, aku kan tidak keras memukul perutnya dan dia mengejekku."
"ADUUHHHHH...ADUHHHH...PERUTKU DIPUKUL DENGAN SANGAT KERAS. AKU AKAN.." Aku berpura-pura sakit dan berpura-pura juga ingin muntah.
"N-nak Igris, sini bibi liat tempat sakit yang berada dibagian perut nak Igris itu."
"Ibu, dia berbohong bu. Aku memukulnya tidak keras, aku bersumpah bu."
"DIAM!! IBU HUKUM KAMU BERDIRI DISANA SELAMA SEHARIAN FULL!!!"
"Bu..." Gadis itu seperti akan segera menangis.
"Hahaha, aku bercanda bibi Yasmin. Si Nita tidak memukulku dengan keras kok, aku hanya berpura-pura sakit." Tapi tetap saja, dia memukulku hingga membuatku langsung tersadar dari mimpiku. Nita adalah sepupuku dari kota Rogob yang pemarah dan suka mengejekku, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya saat terakhir kali pergi ke kota Rogob 3 tahun silam.
Nita memiliki kemampuan yang dapat mendengar suara di dalam pikiran seseorang dalam radius tertentu. Kemampuannya sungguh unik, tapi tidak seorang pun menyukai kemampuannya dan dia pun membenci kemampuannya. Sejak terakhir kali bertemu dengannya, dia selalu terlihat kesepian dan biasanya aku dan Aeris yang sering mengajaknya bermain.
"Kamu ini Igris, jangan bikin bibi semakin khawatir terhadapmu." Bibi Yasmin menghela nafas, tanda bahwa ia sudah tidak khawatir lagi. Tapi, di pojokan sana terlihat Nita sedang menahan marah dan mengepalkan tangannya untukku.
"Hehehehe, maaf bibi Yasmin. Ngomong-ngomong, dimana ya si Aeris bibi? aku tidak melihatnya di ruang kesehatan ini."
"Aeris berada di ruang kesehatan khusus di lantai 2. Dia mempunyai masalah khusus yang ada pada tubuhnya, jadi bibi membawanya khusus ke ruangan itu."
"Syukurlah, aku ingin pergi melihatnya ke atas." Aku hendak turun dari tempat tidur ini, namun dadaku mulai menjadi semakin sakit.
"Istirahatlah dulu nak Igris, bibi akan lanjut mengobati lukamu sedikit lagi." Bibi Yasmin melanjutkan penyembuhannya dengan sihir penyembuhan priestnya yaitu holy aid. Tidak heran, saat di mimpiku sebelumnya terlihat cahaya kuning terang, ternyata itu adalah sihir penyembuhan holy aid yang dilakukan oleh bibi Yasmin.
"Maaf nak Igris, bibi tidak bisa menyembuhkanmu dengan instan seperti ibumu. Tapi, setidaknya besok lusa nak Igris pasti sembuh dengan istirahat penuh."
"Tidak apa-apa bi, yang terpenting aku sembuh. Setelah bibi menyembuhkanku, apa bibi bisa mengantarkanku bertemu dengan Aeris?"
"Sepertinya, bibi tidak bisa melakukannya nak Igris. Aeris membutuhkan perawatan intensif, karena telah terkena sihir yang berbahaya bagi tubuhnya dan tidak boleh diganggu sama sekali."
"Baiklah kalau begitu bibi." Bibi melanjutkan untuk mengobati luka yang terdapat pada dadaku sambil berbincang denganku.
"Omong-omong, bagaimana cara bibi dan yang lain bisa menemukan kami disana?"
"Saat itu, salah satu pasukan patroli yang sedang melakukan pengintaian pada daerah sekitar perbatasan kota mendengar suara pertarungan dan langsung melaporkannya pada kami."
"Kami benar-benar beruntung sekali bisa cepat ditemukan oleh pasukan patroli itu."
"Ya, kalian berdua benar-benar beruntung sekali." Bibi selesai mengobati luka pada dadaku hingga tidak terlihat sama sekali bekas luka luar, tetapi luka dalam masih terasa sakit.
"Bibi turut berduka atas insiden yang telah menimpa kota Nadem kemarin. Bibi dan Nita sebenarnya hendak pergi ke kota Nadem untuk ikut merayakan ulang tahunmu dengan menggunakan alat teleportasi kerajaan. Akan tetapi, Ketika bibi mengetahui insiden itu terjadi, bibi menjadi shock dan sama sekali tidak bisa tertidur sejak kemarin karena memikirkan nasib ibumu dan keluarganya." Bibi memperlihatkan raut wajah yang sedih dengan air mata jatuh dari kedua matanya dan berduka padaku sambil menundukkan wajahnya.
"Iya, terima kasih bibi. Jangan bersedih dan menyalahkan diri, aku yakin dan percaya kalau mereka pasti akan selamat dalam insiden tersebut." Aku mengelus pundak bibi Yasmin untuk menenangkannya.
"Kau terlalu optimis nak Igris, tetapi juga ada benarnya. Mereka bukanlah orang lemah yang mudah dibunuh, terutama Reign dan Adelia ibumu." Bibi mengusap kedua air mata yang telah jatuh dikedua matanya dengan tangannya.
"Bisakah nak Igris ceritakan semua yang telah terjadi?"
Aku menceritakan semua yang telah terjadi secara singkat dari awal kemunculan organisasi klan H di kota Nadem, hingga aku sekarat saat melawan si keparat itu.
"Klan H!? apa benar yang menyerang kota Nadem adalah orang-orang itu!?" Bibi terlihat shock dan terkejut ketika menceritakan tentang organisasi klan H yang menyerang kota Nadem.
"Iya bibi, tidak salah lagi kalau mereka itu adalah organisasi klan H, seperti yang telah diajarkan guru sejarahku saat di akademi."
"Sebelum bibi mengajukan pertanyaan yang lain, Bibi ingin menyampaikan sesuatu perihal dirimu yang se.."
"Aku sudah mengetahuinya bibi, kakek lah yang telah memberitahukanku sebelumnya saat pesta ulang tahunku."
"Seharusnya, umurmu saat ini belum layak untuk mendengar kenyataan pahit ini dan menerima kejadian pahit ini. Bibi harap, kamu tidak selalu menyalahkan dirimu atas kejadian ini."
"Mudah bagi bibi untuk mengatakannya, tetapi kenyataannya itu berbeda. Jika bukan karena aku, mereka saat itu tidak akan mati dan masih bisa hidup dengan tentram kedepannya. Aku seorang pengecut, aku lebih memilih untuk menurut dengan apa yang dikatakan ayah kepadaku. Andai saja sebelumnya aku menyerahkan diri sa..." Bibi menampar pipiku sebelah kiri dengan wajah yang kesal atas ucapanku.
"Igris, apa kakek tidak mengatakan alasan sebenarnya kenapa kebanyakan bangsa atau ras elf melindungimu hingga mengorbankan nyawa mereka?"
"Alasan sebenarnya mereka melindungi keturunan ras manusia yaitu karena tugas lain seorang bangsa elf di benua Alteria adalah untuk melindungi ras manusia yang saat ini hampir punah dan hanya ras manusia juga lah yang mampu membawa perubahan besar pada benua Alteria."
"Apa yang bibi katakan?"
"Seperti yang tertera pada prasasti besar saat munculnya benua alteria serta kehidupan di benua ini. Manusia itu bagaikan pisau bermata dua, bisa menjadi penghancur atau menjadi penyelamat dunia ini. Selama ini, keluarga kita selalu memperlakukanmu dengan baik dan bahkan kebanyakan orang di kota Nadem pun begitu. Mereka menginginkanmu menjadi orang baik yang suatu saat nanti, mampu menjadi salah satu demi god yang akan menghentikan siklus rasisme yang kejam."
"Demi god? pisau bermata dua?"
"Lupakan hal itu, sekarang bukan saatnya yang tepat bagimu untuk mengetahui semua hal itu."
"Baik lah bi, maafkan Igris karena telah lancang berbicara."
"Tidak apa-apa nak, bibi juga minta maaf karena telah menamparmu." Bibi memelukku dengan penuh kasih sayang.
"Oke, mari kita lanjutkan pertanyaannya. Saat kamu berlari dengan membawa Aeris, kamu bertemu dengan 2 orang demi human yang terihat seperti seorang bandit dan salah satunya membawa kapak?"
"Betul bibi."
"Kami saat ini masih berupaya mengidentifikasi kapak yang saat itu menancap dalam di dadamu. Yang bibi tau, memang banyak bandit ras demi human yang berkeliaran di hutan sekitaran perbatasan kota ini. Kemungkinan besar jika mereka..."
"Mereka bukanlah seorang bandit dan salah satunya merupakan seorang mantan algojo perang kerajaan."
"Apa? bagaimana nak Igris tau kalau mereka bukanlah seorang bandit?" Bibi terlihat sedikit terkejut dengan jawabanku.
"Aku menggali informasi sebanyak yang aku bisa pada saat itu. Sejauh yang aku tau, salah satunya yang menyerangku dengan kapak adalah mantan algojo perang dari kerajaan Amer. Aku tidak tau pasti, seperti apa kelompok mereka dan siapa pemimpin mereka. Namun, yang bisa aku pastikan adalah mereka tidak ada kaitannya dengan organisasi klan H dan mereka tidak menyadari bahwa aku adalah ras manusia. Aku berasumsi, jika kelompok mereka merupakan bagian dari pasukan kerajaan atau bisa jadi mantan dari pasukan kerajaan."
"Nak Igris bisa menggali informasi sebanyak ini saat menghadapi dengan para kelompok berbahaya itu? apa nak Igris benar-benar seorang bocah yang baru saja berumur 12 tahun? elf dewasa pun tidak akan berani dan mampu menghadapi mereka seorang diri, bahkan mendapatkan informasi sebanyak itu pun rasanya masih mustahil."
"Aku hanya beruntung saja saat itu bibi, hehehehe."
"Tidak heran, nak Igris dijuluki bocah elf terjenius dari segi kemampuan berpikir di kota Nadem. Bahkan, nak Igris yang tidak memiliki pengalaman bertarung sungguhan dan kemampuan sihir yang memadai saat melawan mereka, mampu memukul mundur mereka hingga seperti yang nak Igris katakan."
Aku tidak bisa memberitahukan bibi tentang bantuan kekuatan yang aku terima dari guide book. Jika aku memberitahukannya, aku akan di intrograsi oleh bibi dan bahkan pihak kerajaan Alter pun akan langsung turun tangan untuk mengintrograsiku.
Bibi adalah pemimpin pasukan medis di kota Rogob yang merupakan seorang priest dengan sihir penyembuhan area yang sangat kuat. Walaupun tidak bisa melakukan penyembuhan instan seperti ibu, tetapi dia tetap termasuk seorang yang paling membuat kesal lawan.
"Jika apa yang nak Igris katakan adalah sebuah kebenaran, kemungkinan besar kelompok mereka adalah kelompok yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh para bangsawan internal ras elf."
"Benarkah? kalau begitu kelompok seperti apa mereka?"
"Mereka adalah kelompok revolusioner kerajaan yang bernama Slava."