Kedaan kelas XI-4 sangat ramai kali ini karena guru mereka tidak akan masuk jika tidak dijemput ke kantornya.
Dalvin sang ketua kelas sama sekali tidak berniat untuk menjemput gurunya di kantor. Keadaan dikelas sangat ribut ada yang menonton drakor, ada yang bergosip, ada yang membaca buku, dan ada juga para lelaki yang berkumpul dipojok belakang enatah menonton apaan.
Brak
Gebrakan pintu kelas membuat seluruh penghuni kelas terkejut, masuklah seorang wanita paruh baya yang berjalan dengan tatapan tajam menusuk. Keadaan kelas yang tadinya ramai kini menjadi hening.
"KENAPA KALIAN TIDAK KE RUANG GURU?" Tanya bu Desi dengan suara tajamnya.
"Kalau kita ke kantor nanti kentor jadi ramai dong bu, tau sendiri kan anak kelas kita satu orang aja mulutnya sepuluh apalagi yang cewe-cewe" celetuk Dalvin.
"Maksud saya perwakilannya jangan semuanya" ujar bu Desi emosi.
"Tadi Dalvinnya sakit perut katanya bu jadi gak bisa ke kantor" ujar Ido.
"Memangnya harus ketua kelas yang datang ke kantor?" ujar bu Desi.
"Tapikan bu-" ucapan Ido terpotong duluan oleh bu Desi.
"Saya gak mau tau alasan kalian lagi sekarang juga kalian ibu hukum, yang laki-laki semuanya berdiri ditiang bendera dan yang perempuan bersihkan aula sekolah se.ka.rang" ucap bu Desi penuh penekanan.
Semua muridpun menuruti perintah yang diberikan oleh bu Desi.
"Nabila sayang kalau kecapean istirahat ya jangan dilanjutin" ujar Dalvin pada Nabila.
Nabila hanya mengangguk saja.
Baru saja Dalvin melangkahkan kakinya menuju lapangan namamya dipanggil dan otomatis Dalvin menghentikan langkahnya.
"Kak Dalvin" ujar adik kelas.
Dalvin menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya, dia tidak mengenal seseorang dihadapannya ini.
"Aku Tasya kak, aku cuma mau nyampein amanat dari bu Ratna sepulang sekolah ketua kelas sama sekertaris kumpul di aula" ujar adik kelas itu.
"Ohh pulang sekolah ya? Kenapa gak sama bendahara?" tanya Dalvin.
"Aku juga gak tau kak, kata bu Ratnanya sekretaris" jawabnya.
"Yaudah nanti kaka ke aula, makasih infonya" ujar Dalvin yang dibalas anggukan oleh adik kelas tadi.
Dalvin melanjutkan langkahnya menuju lapangan yang kini sudah ditempati beberapa anak lelaki kelasnya yang berbaris dan hormat kearah tiang bendera.
"Woyy Dalvin enak banget berdiri disono" teriak ribut.
"Ketua kelasmah bebas" balas Dalvin sambil teriak juga.
Kemudian Dalvin mendekati teman-teman cowoknya dan ikut berbaris hormat ke tiang bendera.
"Huhh kulit gue item lama-lama" ujar Ido.
"Emang udah item kali Do" celetuk Denis.
"Sesama item gausah saling ledek, sadar diri aja" ujar Ribut menengahi.
"Apaan sih But" ujar Dalvin.
"Panggil gue ganteng jangan But, nanti dikiranya Butut lagi" sewot Ribut.
Dalvin berdecak.
"Ck. Gantengan juga gue" ujar Dalvin dengan pedenya.
Ditempat lain Nabila dan Fitra membersihkan aula sambil bercanda.
"Hufttt capek banget sih" keluh Fitra sambil mengelap keringat didahinya.
"Jangan ngeluh dibikin asik aja Fit pasti gak akan capek" ujar Nabila.
"Nab gue pinjem dulu dong serokannya" ujar Firda yang datang menghampiri Nabila dan Fitra.
"Eh iya nih, lo belum selesai Fir?" tanya Nabila sambil memberikan serokan itu pada Firda.
"Belum Nab bentar lagi kok" ujar Firda yang mengambil serokan dari tangan Nabila sambil tersenyum ramah.
Kemudian Firda kembali ke tempat dimana dia menyapu.
"Abis ngapain Fir?" tanya Afiah.
"Abis pinjem serokan, mereka udah selesai soalnya" jawab Firda.
"Ohh" ujar Afiah sambil menatap sinis ke arah Nabila.
Firdapun bisa merasakan tatapan sinis dari Afiah itu.
"Kayanya lo gak suka gitu ya sama Nabila" ujar Firda.
Afiah menatap Firda sejenak kemudian membuang nafas kasar.
"Gue benci banget sama dia Fir" ujar Afiah.
"Kenapa?" tanya Firda yang semakin penasaran.
"Dia udah bikin orang yang gue sayang pergi" ujar Afiah.
"Gak mungkin Nabila anak baik-baik kok, gak mungkin dia ngelakuin hal itu" ujar Firda tak percaya.
"Dia cuma pura-pura baik biar semua orang itu kagum sama dia, selain itu dia juga licik, hati-hati aja kalau lo deket sama dia, dia bakal hancurin kehidupan lo" ujar Afiah kemudian pergi meninggalkan Firda yang diam mematung ditempat.
Firda menggeleng-gelengkan kepalanya menepis semua pikiran-pikiran negatifnya tentang Nabila. Dia tidak akan percaya dahulu sebelum mengetahui yang sebenarnya.
"Lagipula Nabila anaknya baik kok, dia gak mungkin ngelakuin hal sejahat itu" gumam Firda.
Firda kembali melanjutkan membersihkan aula sekolah itu. Dia mencoba tidak mempercayai omongan Afiah tadi.
"Fir gue bantuin ya" ujar Nabila yang baru saja datang.
"Ehh i-iya Nab" ujar Firda terbata.
"Lo kenapa ?sakit ? Lo istirahat aja biar gue yang nyapu" ujar Nabila yang mengambil alih sapu ditangan Firda.
Firda duduk sambil terus memperhatikan gerak-gerik Nabila tidak ada yang mencurigakan sedikitpun.
"Nabila baik kok, buktinya dia mau bantu gue dengan tulus kok" gumam Firda.
Gue yakin Nabila gak sejahat yang Afiah kira. Batin Firda.