Panglima melepaskan ciumannya dari bibirku, Lalu dia menghirup rambutku yang tergerai jatuh ke pundaknya. Aku sempat melihat ke sekeliling, rasanya Ruangan ini terlalu sepi. aku seperti berada di alam bawah sadarku sendiri.
Aku menatap matanya kembali dengan begitu lekat, ketika aku melihat bagaimana saat ini tatapan itu melemahkan seluruh pertahan diriku, aku dapat merasakan sesuatu yang teramat aneh berusaha melesak masuk dengan terburu-buru. Sesuatu itu seperti hasrat dalam diri, sesuatu itu seperti keinginan yang sudah lama di tunggu dan mulai merangkak naik untuk meminta dan memberi.
Tangan besarnya tiba-tiba mengelus lembut perutku, Setiap rasa di jari-jari tangannya seperti petikan gitar, sangat hati hati dan penuh makna. Ketika aku merasakan nafas hangatnya mulai menjelajahi lengkungan leherku, saat itu juga aku menelan ludah susah payah, aku sudah tidak baik baik saja. Aku sudah hampir gila dan aku akui sudah jatuh pada pesona Seorang Panglimanya Herold Leven