Chereads / Rosa Centifolia: Gadis Mawar dari kerajaan Hibrida / Chapter 16 - Rosa POV (Kalau begitu, sayangi ayahmu ini)

Chapter 16 - Rosa POV (Kalau begitu, sayangi ayahmu ini)

Aku menatap mata Sang Raja Hibrida, tatapan mata itu begitu dalam dan penuh keanehan. aku tak tau apa aku sedang terjebak dalam dunia kelam, atau aku sedang berada di dunia lain? karena rasanya sangat aneh, aku seperti meraba-raba perasaan yang tak pasti.

Drakon terkadang sangat manis, tapi kemudian sangat jahat, lalu Setelahnya akan menatap tubuhku dengan begitu lekat. Aku tak mengerti semua jenis tatapan itu, apakah Drakon memang seperti ini?

Apalagi dia adalah Raja Hibrida, aku tak berani menegurnya apalagi berkata hal lain. meminta bantuannya saat ini saja sudah membuat tubuhku tak enak.

Drakon memegang tanganku lagi, tangan besar itu cukup membuat darahku berdesir tak enak. Apa ini? Setiap sentuhan yang diberikan Drakon, berhasil membuat seluruh tulang dan persendian di tubuhku terasa aneh.

"Kau tenang saja, serahkan masalah ini padaku. dan aku akan membantu dirimu, apakah kau punya waktu sekarang? Mau berjalan-jalan denganku ke tempat lain? Ada danau di sekitar sini, aku dengar dari beberapa pelayan. mau antarkan aku kesana?." tanyanya padaku, aku langsung mengangguk setuju. karena aku memang tak bisa menolak ajakan Drakon sama sekali.

Ketika kami sama sama bangun, aku dapat melihat panglima kerajaan yang menatap kami sebentar. lalu tak lama dia menunduk hormat pada kami, aku hanya mengangguk pelan dan berjalan bersama Drakon.

Kami hanya diam saja selama di perjalanan, aku tak tau harus memulai obrolan apa. Dan Drakon juga tak mau memulainya denganku.

Beberapa pelayan dan Pengawal yang kami lewati, mereka sempat memberikan tatapan aneh. Namun tak lama mereka memberikan hormat, ada apa dengan mereka? Apakah pantas menatap seperti itu? sepertinya aku akan bertanya hal ini pada Tetua nantinya.

"Apakah kau ingat Rosa? saat kau menampar pipiku malam itu." Pertanyaan Drakon membuatku menelan ludah susah payah, apa ini? apakah dia mengajak aku pergi dari jangkauan Pengawal, untuk balas dendam? Tak mungkin kan.

"Ya.. ah.. soal itu.. aku.. aku hanya tak sengaja." kataku sedikit mengelak.

"Tapi aku menyukai tamparan itu, aku sampai Memikirkan dirimu sepanjang malam. menikmati setiap rasa sakit di pipiku, Ternyata tangan kecilmu itu bisa memberikan rasa sakit ya. Kukira tak bisa apa apa." Drakon Tertawa, tawanya cukup indah di pendengaranku. apalagi saat aku menatap wajahnya dari samping, Dia terlihat lebih tampan saat tertawa seperti ini.

Kenapa dia tak sering tertawa saja sih? Aku kan semakin betah berada di sampingnya.

"Kenapa? Bisa suka?." aku bertanya dengan sedikit gugup, tawanya saja mampu membuat dadaku bergejolak tak karuan.

"Karena itu tamparan dari gadis kecilku, aku menyukai setiap sentuhan yang kau berikan. walaupun itu hanya sebuah Tamparan, tapi aku merasa bahwa kau sedang membelai wajahku." Kata Drakon, kami sudah sampai di sisi danau.

Di depan kami ada satu perahu kecil, kita bisa menjelajahi danau dengan perahu itu. tapi entah Drakon mau atau tidak..

"Aku tak sedang membelai wajahmu." kataku dengan jujur, karena bagiku Tamparan itu memang Tamparan, bukan belaian.. kenapa dia bisa berpikir hal konyol begitu?.

"Jadi? Jika bukan belaian.. bagaimana jika kau membelai wajahku saat ini saja?." Tanyanya, Drakon memegang tanganku dan menatap mataku dengan seksama.

Aku tak bisa berpaling dari tatapan mata itu, Tatapan matanya seperti menenggelamkan aku secara perlahan.

"Aku.. aku..." Kataku terbata-bata.

"Iya, coba belai wajahku perlahan." Kata Drakon lagi, Aku mencoba untuk mengangkat tanganku dan mengarahkannya ke Pipi Drakon.

aku dapat merasakan kulit halus dan rasa menusuk dari bulu-bulu kecil di dagunya. rasa itu begitu menggelitik, membuatku tertawa pelan.

"Bagaimana Rasanya?." Drakon bertanya dengan nada lembut.

"Seperti memegang Bulu kuda, tapi yang ini sedikit kasar dan juga unik. Apakah semua wajah pria seperti ini?." Tanyaku, Aku masih memainkan tanganku di wajahnya. mulai dari dagu, Pipi, sampai di matanya. aku juga membelai alisnya yang begitu tebal dan hitam.

Aku tak tau apakah ini dibenarkan, sebab aku berani memegang wajah dari seorang Raja besar Hibrida dan juga ayahku sendiri.

"Aku suka melihat wajahmu dari dekat." Drakon menahan tanganku, lalu mengecup telapak tanganku dengan lembut. kecupan itu mampu membuat semua akal sehat terhenti begitu saja, aku menikmati setiap kecupan dan Rasa basah dari bibirnya. Matanya terus menatap mataku, bibirnya terus mengecup tak henti, kecupan pelan dan membawa banyak dampak buruk. Tentu saja dampak buruk, karena aku merasa saat ini seluruh persendian tubuhku mati rasa.

"Kenapa?." Aku bertanya-tanya dengan suara lemah, bahkan aku susah mengeluarkan suara saat berada di dekatnya.

sebenarnya apa ini? padahal aku hanya beberapa kali bertemu dengan Drakon, tapi aku seperti sudah mengenalnya sangat lama, aku begitu percaya padanya, aku begitu ingin dekat dekat dengannya. apakah ini perasaan yang benar? Kenapa di setiap rasa ini, aku merasa senang dan takut secara bersamaan.

Kenapa aku merasa ini salah, namun aku tetap ingin melanjutkan semuanya.. kenapa aku tetap diam saja? Ketika ayahku sendiri memegang tanganku dan mengecup dengan basah.

"Karena kamu cantik, Kamu unik, kamu manis, dan kamu seksi. Aku suka padamu ketika pertama kali melihatmu, seharusnya aku benar-benar menikahi dirimu sejak pertama kali. Bukan ibumu.." kata kata Drakon seperti menghipnotis diriku, tapi aku tak senang dengan perkataanya yang terakhir.

Kenapa dia sepertinya terlihat menyesal menikahi ibu? apakah ibu berperilaku jahat? Jadi Drakon merasa malas dengan ibu..

Memang sih, ibu selalu tak baik padaku. Tapi? kenapa dengan suaminya juga berperilaku buruk?.

"Apakah Ayah sering di marahi ibu juga?." tanyaku dengan sangat penasaran, Bukannya mendapatkan jawaban. Drakon malah tertawa di depanku. dia sudah melepaskan tanganku dan sekarang malah mengacak rambutku dengan gemas.

"Tidak, mana mungkin ibumu memarahi diriku. Aku ini Raja Hibrida, tak ada yang bisa memarahi diriku. kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah aku takut aku di marahi ibumu?." Pertanyaan Drakon membuatku langsung mengangguk mengiyakan.

"Aku tak mau ayah juga merasakan tak disayangi ibu, aku tak mau sampai itu terjadi. cukup aku saja yang tak di sayangi ibu." kataku dengan jujur.

"Memangnya jika ayah tak di sayangi ibu, apakah kau mau menyayangi ayahmu ini?." Pertanyaan itu terdengar aneh, tapi aku langsung mengangguk lagi. entah apa yang membuatku selalu Mengangguk di setiap pertanyaan Drakon. sepertinya Raja hibrida punya sihir yang luar biasa hebat, lihat saja sekarang. Aku bahkan bisa menurut sekali padanya.

"Anak pintar, kalau begitu.. Mulai sekarang, kau harus menyayangi ayahmu ini." Drakon mengecup keningku dengan lembut, aku membeku di tempatku karena merasakan ciuman itu. Setelah sekian lama, Drakon mencium keningku lagi.. Rasanya masih sama, sama sama hangat dan membuatku langsung tersenyum senang.