Chereads / Rosa Centifolia: Gadis Mawar dari kerajaan Hibrida / Chapter 12 - Tamparan untuk ayahnya sendiri!

Chapter 12 - Tamparan untuk ayahnya sendiri!

Rosa duduk di batu besar, Pandangannya menghadap ke arah Bunga-bunga yang sedang bermekaran. Hari sudah semakin malam, Rosa tetap setia melihat taman di depannya dengan pandangan mata kosong.

Gemericik Air kolam dan suara burung, tidak membuat Rosa bisa merasakan indahnya malam itu. Pandangannya tetap datar dan seakan seluruh tubuhnya mendadak membeku, Dalam Pikirannya mulai bertanya-tanya. Kenapa kakeknya bisa seperti ini? Kenapa Drakon dan Ibu Ratu seolah tidak peduli?

Rosa merasakan firasat buruk, Merasakan bahwa ada sesuatu besar yang sedang menunggu dirinya di depan sana. Tapi apa?

Matanya kemudian menatap ke arah langit, langit tidak terlalu gelap malam ini. awan juga tidak begitu kelabu, sinar rembulan lebih dominan dan membuat Rosa tersadar akan sesuatu yang hilang..

Malam mungkin tidak akan selalu indah, awan mungkin akan semakin menggelap, Atau mungkin.. Sang Rembulan tertutup oleh awan tebal dengan sengaja.

Helaan nafasnya mungkin sudah terdengar ribuan kali, Para pelayan dan pengawal yang berjaga di belakang, bahkan sudah beberapa kali terdengar mengeluh. Rosa menyuruh mereka untuk duduk atau bergantian berjaga, namun mereka tetap ingin berdiri disana. Rosa tidak bisa melakukan apa apa lagi, Rosa tau mereka lelah.

Rosa juga lelah..

Kasih saya ibu yang tidak pernah di dapat, Sosok ayah yang tidak pernah terlihat..

Bagaimana bisa menjalani hidup ini, jika Kakeknya...?

Ah.. Rosa tidak mau memikirkan itu.

Dengan berat hati, Rosa bangun dari duduknya dan berjalan perlahan untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Pelayan dan pengawal sudah tersenyum manis, ketika melihat Rosa yang mulai berjalan ke arah kamar. Rosa ikut tersenyum kecil, Mereka memang seharusnya sudah beristirahat sejak tadi.

Langkah kakinya begitu berat, Entah karena beban yang ada di pundaknya. atau karena bajunya terasa mulai berat, duduk saja bisa membuat kita lelah.

Mata Rosa terbuka lebar, ketika di depan pintu kamarnya. terdapat Drakon yang sepertinya sedang menunggu.

Rosa hanya bisa diam saja, saat mereka sudah berhadapan. Saat itulah Drakon memberikan botol kecil berwarna hijau.

Rosa mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apa?." Tanya Rosa tak mengerti.

"Racun, Yang di temukan di dalam kamar Permaisuri." Rosa mengerutkan keningnya, Kamar Permaisuri? bagaimana bisa? bukankah istri kakeknya itu pergi entah kemana?

"Kenapa bisa ada di kamarnya? apakah Permaisuri Pelakunya? bukankah dia sedang pergi jauh?." Tanya Rosa tak mengerti.

"Dia sebenarnya ada di dalam kamar berhari-hari, merencanakan hal buruk untuk Kakekmu. lebih tepatnya pada Suaminya sendiri." ucapan Drakon begitu tidak masuk akal, walaupun Rosa masih remaja. Namun Rosa sudah bisa membedakan mana hal hal yang masuk akal, mana yang tidak.

Rosa melirik sebentar ke arah para pelayan dan pengawalnya. "Kalian pergilah, beristirahat untuk sementara waktu. aku akan langsung masuk ke kamar, setelah berbicara dengan Raja Drakon." Ujar Rosa dengan nada lembut.

Pelayan dan Pengawal langsung mengangguk mengerti dan pergi dari sana, Rosa langsung melihat lagi ke arah Drakon dan memandang dengan tatapan bingung.

"Siapa yang menemukan ini?." tanya Rosa.

"Pelayan yang bekerja pada Permaisuri, dia mengatakan bahwa permaisuri selama ini sebenarnya memiliki kelainan jiwa. dia sering meminum ramuan setelah menyakiti tubuhnya sendiri." Drakon berkata dengan tenang, Membuat Rosa semakin tidak percaya dengan semua yang Drakon katakan.

"Kau yakin? Apakah ini bukan jebakan seseorang?." Tanya Rosa lagi.

"Tabib sendiri yang memastikan bahwa Permaisuri mengalami gangguan jiwa, besok pagi akan di adakan pengadilan atas kejahatan Permaisuri. Kau harus datang dan melihat sendiri bukti-bukti yang ada." Drakon mengantungi lagi botol racun yang di tunjukan pada Rosa tadi.

Rosa hanya diam saja, terus memperhatikan wajah Drakon dan mulai berpikir banyak hal.

"Terimakasih untuk informasi ini, kau bisa kembali ke kamarmu ayah.." Suara Rosa yang begitu lembut, dan memanggil dengan sebutan Ayah. membuat Drakon terdiam.

Drakon tidak beranjak dari tempatnya, Malam semakin larut dan suasana begitu hening. Rosa hanya bisa menatap ke arah lain, ketika mata Drakon menusuk langsung ke arah mata Rosa.

Rosa tidak mau percaya, Rosa seharusnya tidak membiarkan Drakon mengambil hati kecilnya. bagaimana jika semua ini adalah perbuatan Drakon? bukankah Drakon menikah dengan ibunya juga untuk tahta?

Rosa menggeleng kepala pelan, merasa pusing dengan semua yang ada di pikirannya saat ini.

"Jangan terlalu banyak berpikir, otak kecilmu itu tidak akan kuat menampung semua hal. apakah kau sedang mencurigai diriku? kulihat dari wajah cantikmu itu, sepertinya kau sedang waspadai terhadap diriku. Kenapa?." Perkataan Drakon membuat Rosa menggeleng Pelan.

"maafkan sikap lancang saya Yang Mulia Raja Drakon, Saya tidak bermaksud menyinggung hati anda. saya hanya sedang lelah dan bersedih dengan apa yang Menimpa kakekku. Kumohon, sekali lagi Maafkan aku." Rosa menundukkan wajahnya, Drakon yang mendengar hal itu tentu saja langsung merasa kesal.

Tangan Drakon langsung mengangkat dagu Rosa dan mencium bibir gadis kecilnya itu dengan lembut, Rosa ingin memberontak. Namun Drakon lebih dulu menahan tengkuk Rosa, dan mulai melumat bibir manis sepeti Ceri di musim panas itu.

Rosa tidak ingin menikmati, Rosa tidak ingin merasakan bibir yang seharusnya menjadi milik ibunya sendiri. Rosa tidak mau mencicipi lagi rasa manis dan kenyal itu, Rosa tidak mau terhipnotis dan tidak mau membiarkan ciuman ini semakin banyak mengambil hatinya.

Rosa mencoba melepaskan diri, mengigit bibir Drakon dengan kencang. hingga membuat Drakon mengerang kesakitan dan melepaskan ciuman mereka.

Plaaak.....!

Satu tamparan kencang di dapatkan oleh Drakon, Rosa menatap mata sang Raja Hibrida dengan pandangan datar.

"Maafkan saya yang Mulia Raja, Sebaiknya anda pergi dari sini. tidak pantas rasanya, mencium anak anda sendiri di malam yang gelap seperti ini!." Perkataan Rosa begitu menusuk, Drakon hanya bisa terdiam dan menahan pipinya yang terasa begitu panas.

"Kau!." Kata Drakon dengan amarah yang hampir meledak, namun berusaha Drakon tahan agar tidak menimbulkan keributan.

Rosa membuka pintu kamarnya, lalu menutup lagi dengan kencang. Rosa menahan tubuhnya di belakang pintu, memegang dadanya yang tiba tiba berdetak lebih kencang. rasanya seperti sedang berlari dan tidak bisa berhenti.

ada apa dengan dirinya? kenapa tiba tiba menampar Raja dari Hibrida? Ayahnya sendiri..

Rosa begitu lancang, Rosa mendudukkan dirinya di atas lantai. Memeluk tubuhnya sendiri lalu menatap ke arah langit-langit kamarnya sendiri.

Dirinya benar-benar menyesal telah melakukan hal yang buruk seperti itu.

Bagaimana jika Raja Drakon memberitahu Ibu tentang sikap lancang Rosa? apakah Ibu akan memarahi Rosa dan meninggalkan dirinya di istana seorang diri?.

[Astaga...! Seharusnya aku tidak melakukan itu!]

Rosa tidak bisa melakukan apa apa sekarang, tidak mungkin membuka pintu dan meminta maaf. Rosa juga merasa sangat malu, dan kesal..

[Salah sendiri kenapa dia selalu mencium diriku tiba-tiba!]