Chereads / My prince my bad boy / Chapter 14 - CHAPTER 14

Chapter 14 - CHAPTER 14

- Kabar Duka dari bendera kuning -

"Gue egois? Selama ini nyokap gue yang egois, ninggalin gue dari gue masih kecil dan lebih memilih bocah tengil itu" bantah Shandy emosi tidak terima ia di anggap egosi

"Iya gue tahu,setidaknya lo ada dulu buat nyokap lo. Sebelum semuanya terlambat. Udah belasan tahun lo nggak ketemu sama nyokap lo dan untuk hari ini lo coba ada aja buat dia" ujar Varel

"Lo nggak ada di sisinya ketika nyokap lo butuhi lo, nyesek bos" sahut Diaz

"Bener tuh bos, mendingan lo ngejengukin dulu nyokap lo sebelum terjadi apa-apa" timpal Vito

"Awas bos, jangan nyesel di kemudian hari" sahut Lutfi

Setelah menunaikan solat magrib, Shandy ingin turun ke bawah untuk makan malam. Tapi urung karena mengingatperihal mamanya yang sakit.

"Shan ayo makan!" teriak Sonya dari bawah

"Nggak nafsu!" sahut Shandy

Degan sebal,Sonya mengalah dan menjemput Shandy di kamarnya dan langsung menerobos masuk ke dalam kamar Shandy,kebetulan saat itu tidak di kunci

"Lo kenapa sih?" tanya Sonya menerobos masuk, ia kemudian di buat bungkam melihat kelakuan Shandy yang tidak biasanya yang langsung akan ngamuk marah-marah nggak jelas ketika ada seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi

"Shan…" panggil Sonya mendekati adiknya, kini ia menggeser kursi belajar Shandy dan duduk di depan Shandy

"          ." Shandy menggeleng pelan

"Gue tahu, lo pasti ada masalah kalo lo seperti ini, sifat lo yang mendadak berubah. Cerita sini sama kakak" sahut Sonya lembut merangkul Shandy, kini Shandy luluh tanpa daya dan tenggelam pasrah di pelukan Sonya

"Mama sakit" ucap Shandy pelan

"Hah?" sontak Sonya kaget melepas pelukannya

"Iya tadi Steaven yang bilang" ujar Shandy lagi mulai meneteskan air matanya

"Terus?" tanya Sonya lagi

"Gue ingin banget ngejenguk mama, tapi…." tutur Shandy tak berarah, fikirannya runyam buyar tak jelas

"Kakak tahu, kamu belum bisa nerima mama kamu, tapi coba aja dulu kamu mbesukin jenguk ke apartemennya. Siapa tahu dengan kalo kamu ada di sampingnya itu bisa berpengaruh buat kesehatannya"  saran Sonya menenangkan  dan menyarankan untuk mengikuti kata hati Shandy

Shandy terdiam sebentar, ia hanya mengangguk .Yang hanya terfikir di kepalanya sekarang hanyalah sebuah rasa rindu sangat rindu pada mamanya.

RUMAH SAKIT

" mama cepet sembuh ma" rintih Stiv melihat mamanya terbaring terkulai lemah di atas kasur rumah sakit

"Stiv…." panggil mamanya pelan ketika Steaven beranjak berdiri

"Iya ma?" jawab Steaven kembali duduk dan memegang jemari tangan mamanya yang terjulur selang infus

"Shandy…" sahut Vera pelan hampir tidak terdengar

"Bang Shandy…." perkataan Steaven terhenti, karena ia juga tidak tahu harus bicara apa perihal abangnya yang sama sekali tidak perduli dan mengabaikan kondisi mama

"Mana  abangmu?"  tanya Vera lagi

"Bang___" suara Steaven tercekat oleh deru telefon di sakunya

"Sebentar ya ma, Stiv ngangkat telfon dulu" tukas Steaven beranjak berdiri dan menjauh dari mamanya

"Haloo…" sapa Stiv mengangkat telfon dari nomor tidak kenal itu

"Mama dimana?" sahut suara di seberang sana

"Bang Shandy?" ujar Stiv memastikan , ia kenal betul dengan suara abangnya

"Iya ini gue, cepetan kasih tahu mama dimana" tanya Shandy lagi

"Mama ada di rumah sakit medika , ruang dahlia no.32 " jawab Stiv kemudian Shandy langsung mematikan sambungan telefon itu sepihak

***************

"Rel, temenin gue yuk!" ajak Shandy menelfon Varel setelah itu

"Kemana?" tanya Varel

"Ke rumah sakit ngejenguk nyokap gue" ujar Shandy sudah di atas ninja merahnya

"Oke, akhirnya lo nyadar juga bro,ketemuan dimana?" tanya Varel mengiyakan ajakan Shandy

"Ketemu di perempatan deket indomaret biasanya, gue tunggu di sana, 5 menit nggak nyampe awas lo!" sahut Shandy langsung memutuskan sambungan telfon itu dan melajukan ninja merahya menembus kabut kelam malam hari menuju tempat perjanjian untuk menunggu Varel. Sesampainya disana Varel sudah sampai duluan, dan ke duanya langsung menuju rumah sakit

Rumah sakit

"Ma, bang Shandy sebentar lagi ke sini, mama sabar ya mama yang kuat" ujar Stiv semangat sambil memegang tangan Vera

"Stiv… ma.. mama.. u… udah nngak kuat lagi ma…" sahut Vera terbata-bata sesekali ia mengambil nafasnya panjang. Rasanya begitu sesak dan tersiksa

"Nggak, mama harus kuat!" teriak Steaven mengusap lembut wajah pucat mamanya

"Bang Shandy mana lagi, lama!" desis Steaven memandangi pintu masuk ruangan itu

Tiba-tiba deru ketukan sepatu seakan sepasang kaki sedang berlari mengarah ke ruangannya

"Mama!" teriak Shandy , langsung mencium dahi pucat Vera

"Shandy… sayang" ucap Vera pelan, mengusap wajah tampan Shandy dengan jemarinya yang terjulur selang infus

"Iya ma, maafin Shandy ,Shandy terlambat ngejenguk mama" jawab Shandy, tangis Shandy  pecah seketika itu, rasa rindu dan penyesalan hati melanda pikirannya

"Maafin mama Shandy….. maafin mama selama ini…. Maafin semua kesalahan-kesalahan mama sayang…. Ini terakhir mama melihat putra-putra mama, sebentar la___" buru-buru Shandy memotong ucapan mamanya

"Mama nggak boleh ngomong gitu, mama pasti bisa sembuh sehat lagi kayak dulu, mama bisa ngelaluin masa masa kritis ini ma ! Shandy percaya itu" potong Shandy cepat

"Nggak  Shan, di laci itu di sebelah sana ada buku catatan mama di dalam situ ada secarik surat buat kamu, permintaan terakhir mama berdamailah sama adikmu, anggaplah Steaven sebagai adikmu sendiri. Mama mohon sebelum ma… mama pergi peluklah Stiv mama pengen lihat" tutur Vera terbata-bata, nafasnya tersenggal-senggal mulai tidak kuat

"Ayo sayang…" pinta Vera lagi, sorot matanya sayu dengan pandangan amat memohon

Tanpa mendengar komando Vera lagi akhirnya  Shandy langsung memeluk erat Steaven di hadapan mamanya, mamanya mengulas senyum seketika, dan Varel yang sedari tadi di dekat Shandy menonton adegan yang sangat langka itupun terhura air mata melihat Shandy akhirnya memeluk Steaven.

"Mama mohon, selalu lah bersama Steaven .Ajaklah dia dimanapun kamu melangkahkan kaki, karena mama ingin kamu selalu menjaga Steaven dengan baik-baik. Jagalah adikmu" ujar Vera, demikianlah permintaan terakhir yang keluar dari bibir pucatnya. Kemudian ia menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya di hadapan ke dua putranya

"Mama!!" pekik Shandy dan Steaven bersamaan. Mereka mengguncang guncangkan tubuh Vera berharap masih ada setitik harapan hembusan nyawa di sana.

"Sudah Shan, nyokap lo sudah tenang di sana, melihat lo akur sama Stiv udah, udah cukup membuat dia bahagia untuk terakhir kalinya" ujar Varel menepuk-nepuk bahu Shandy

Kemudian Shandy berjalan menuju laci, mengambil buku catatan mamanya. Dan menemukan secarik kertas di dalamnya

Teruntuk Shandy Satria Hermanyah, putra kandung kesayangan mama. Mama sangat sayang sama kamu sayang, maafin mama kalau selama ini kamu merasa mama lebih sayang sama Steaven dari pada kamu. Mama tahu mama sadar selama ini kalau mama menyakiti putra kesayangan mama. Mama seharusnya lebih bijaksana untuk mengurus dan membesarkan kamu dan Steaven. Mama minta jangan salahin Stiv, sama sekali dia nggak salah. Disini kesalahan sepenuhnya ada di mama, mama yang salah. Mama terlalu mengingat dan selalu menjaga amanat sahabat mama, tante Monic mamanya Steaven. Tante Monic adalah sahabat satu-satunya yang mama punya, mama sangat kehilangan sosok sahabat sosok saudara waktu itu. Dan permintaan terakhir tante Monic adalah nyuruh mama untuk menikahi suaminya yaitu om Marchelle papa tirimu, dan menjaga selalu menganggap Stiv sebagai anak kandung mama sendiri. Mama sangat terpukul atas kepergian tante Monic sehingga Steaven adalah peninggalan paling berharga tante Monic yang di berikan pada mama. Itu merupakan tanggung jawab besar mama. Sehingga membuat mama selalu menyayangiya memanjakan Steaven, dengan menyayangi Steaven akan membuat mama bahagia karena merasa berhasil menjaga amanah tante Monic,tapi kenyataannya….

Mama salah, mama minta maaf. Rasa sayang dan perhatian mama ke Steaven membuat rasa sayang mama pada putra kandung mama hilang,maafkan mama Shandy. Mama telah menelantarkan kamu. Satu hal yang perlu kamu tahu, mama sangat sayang sama kamu Shandy. Kamu anak mama yang cerdas, maafin mama yang telah menghancurkan tropi pialamu dulu sayang, maafkan mama, mama bangga sama kamu, anak mama yang menjadi master matematika, anak mama yang selalu berusaha membuat mama bangga. Maafkan kesalahan-kesalahan mama dulu. Mama terlalu buta untuk sekedar menghargai  perjuangan putra mama. Maafin mama yang selama hidup mama memang sama sekali belum pernah menemani kamu belajar,mensuport kamu memberikan kamu motivasi. Maafin mama shandy :) mama terlalu berdosa dengan perlakuan mama selama ini, semoga mama belum terlambat untuk mendapat permintaan maaf kamu untuk mama. Mama selalu sayang sama Shandy. Tanpa mengurangi rasa sayang mama ,mama mohon untuk kamu meneruskan amanah tante Monic untuk selalu menjaga dan melindungi Steaven. Maafin mama Shandy mama terlalu  egois untuk menjadi seorang ibu ,mama belum bisa menjadi ibu yang baik buat Shandy. Maaf sayang.

Salam sayang;

Christina Rivera