Chereads / My prince my bad boy / Chapter 18 - CHAPTER 18

Chapter 18 - CHAPTER 18

-Pesanan Catering-

Shandy mengganti baju seragamnya dengan kaos hitam dan celana panjang, ia beranjak keluar kamar turun menuju dapur,mengumpat perutnya yang lapar.

"Gimana kalo gue suruh ni bodyguard ini buat nyari informasi tentang si cewek tengil itu" gumam Shandy sambil meneguk pelan susu dingin yang ia ambil di kulkas tadi

"Heh, lo kalian berdua sini! panggil Shandy pada dua bodyguard yang berdiri di sisi ruang tamu.

"Iya bos?" hormat dua bodyguard itu sambil membungkukkan badannya

"Gue mau,kalian cari informasi apa aja tentang keluarga, teman dekat,pacarnya apapun itulah. Gue tunggu sampai jam 4 sore harus sudah ada. Gue tunggu di kamar!" tukas  Shandy memberikan foto Via berukuran 2R pada mereka.

"Siap bos" jawab dua bodyguard itu. Mereka langsung berlalu menuju ke luar rumah mencari apa saja mencari informasi itu.

***************

" Bang, gue mau ke bar lo ikut nggak?" tanya Stiv di dalam pesan whatsaapnya

"Nggak,lain kali aja .Gue masih sibuk sama urusan perusahaan,baru belajar gue!" jawab Shandy menggunakan voice not

Shandy benar-benar di bikin pusing soal saham,dan urusan-urusan perusahaan. Ia harus menguasai semuanya supaya bisa sukses di duni bisnis. Ketika Shandy membolak balikan berkas-berkas laporan perusahaan. Hampir 1 setengah jam ia bergelut dengan berkas-berkas itu. Tiba-tiba ia di kejutkan dengan ketukan pintu kamarnya

"Masuk!" teriak Shandy

"Ini laporannya bos" sahut bodyguard tadi

"Wow, cepet banget. Bagus-bagus" cengir Shandy menerima serangkaian  kertas-kertas itu

"Yaudah lo boleh keluar" suruh Shandy yang di jawab anggukan oleh bodygardnya

"Banyak banget dah" gumamnya membalik-balik selembaran-selembaran map itu

"Ouhhh ternyata dia anaknya Brawijaya" gumam Shandy manggut-manggut

"Eh siapa nih, temannya jualan catering, Ardita namanya? Nggak terlalu populer makannya gue nggak tahu" gumamnya lagi

" Gimana kalo gue kerjain nih bocah, seru juga!" ujar Shandy dengan seringai liciknya

"Lihat aja apa yang bakal gue lakuin sama temen lo, gue akan bikin semua orang yang ada di sekitar lo menderita" sahutnya dalam hati, menyunggunging senyum miringnya.

Ia pun langsung menelfon nomor telepon catering yang tertera di berkas itu.

"Hallo,gue Shandy Hermansyah. Gue pesen catering lo 100 buah. Kirim ke alamat yang gue mau, ntar gue share lok" kata Shandy yang di iya kan oleh seorang perempuan, mungkin karyawannya.

"Hebat juga,catering kecil punya karyawan" cela Shandy setelah menutup sambungan telfon itu

"Mau kemana bos?" tanya salah satu bodyguard ketika Shandy keluar dari kamarnya menggunakan jaket kulitnya dan celana jeans robek-robek.

"Mau ke kantor!" bohong Shandy

"Kok penampilannya seperti itu?" sahut bodyguard itu lagi

"Terserah gue lah, apa urusannya sama lo. Nggak usah berisik deh lo ! lo mau gue telfon aunthy suruh mecat lo hah?" ujar Shandy emosi dan langsung berjalan turun

"Lo siapin mobil gue sekarag!" suruh Shandy pada bodyguard tadi.

Shandy melajukan mobil sportnya ke sebuah bangunan kosong, bekas tempat billiard yang sudah terbengkalai.

**********

"Dita !!" panggil Dian,bundanya

"Iya bun" sahut Dita menghampiri ibunya di dapur

"Ini ada pesenan 100 catering, tolong kamu antarkan ke alamat ini ya" suruh Dian memberikan 3 kresek besar dan kertas kecil arahan alamat tersebut

Dita mengantarkan pesanan itu menggunakan sepedanya, karena hanya kendaraan sederhana itu yang ia punya. Kalaupun ayah ataupun ibunya ingin bepergiannya  mereka menaiki kendaraan umum untuk mencapai suatu tujuan.  

Dita terus mencari alamat itu, ia bahkan bertanya pada bapak-bapak atau siapapun yang ia lalui. Singkat waktu dita akhirnya berhenti di sebuah bangunan tua. Ia pun memparkinkan sepedanya dan memberanikan dirinya masuk ke dalam dan menetenteng kresek catering itu.

Di dalam,tampak cowok tinggi bersandar di meja billiard sambil memegang tongkat sodok, tampak membelakanginya. Ia pun mendekat dan menaruh kresek-kresek tersebut di meja billiard.

"Ini pesanan anda, sudah di tranferkan, saya langsung pulang. Terimakasih atas pesanannya" tukas Dita setelah meletakkan kresek catering itu.

" Tunggu dulu, gue belum memastikan semua pesanannya. Benar nggak sama yang gue pinta" sahut Shandy membalikkan badannya menatap Dita

"Kak Shandy" cicit Dita tak percaya

"Ini usaha kecil keluarga lo bahan-bahannya tampak murahan dan nggak berkualitas banget" cela Shandy memegang box makanan itu.

"Gue tahu, gue dari keluarga kecil. Nggak sekaya lo. Tapi gue setidaknya punya sopan santun, keluarga gue selalu ngajarin gue buat bersikap menghargai apa yang orang lain lakukan. Apa lo nggak dapet ajaran sopan santun dari nyokap mbokap lo, lo bisa segampang ini ngerendahin keluarga gue!" ujar Dita dengan emosinya meluap-luap menatap mata coklat Shandy yang juga emosi

"Lo nggak ada berhak buat ceramahin gue, bener-bener ya lo cewek….." emosinya ikut memuncak mendengar tutur kata Dita pada dirinya. Seketika itu ia melempar semuai isi yang ada di box itu tepat di wajah Dita, di hadapannya.

"Aaa…! pekik Dita, wajahnya kotor sampai ke kaos distro berwarna putih itu. Ia membisu dengan serangkaian tetes air matanya langsung berlalu keluar dari bangunan itu. Ia berjalan, menagis dalam diam sambil berjalan bersama sepedanya yang ia dorong perlahan. Di perempatan ia tidak sengaja bertemu Via yang berjalan dari toko buku di seberang jalan.

" Lho ,Dit lo kenapa? Kok muka lo?" tanya Via setelah sedikit berlari menyabrang menhampiri sahabatnya

"Gue nggak papa" tukas Dita pelan

"Mending kita duduk disana yuk, tenangin diri lo" ujar Via menuntun Dita di sebuah kursi taman.

"Gue bersihin muka gue dulu ya" izin Dita berjalan ke pancuran kran di dekat kursi itu

" Coba lo cerita, nggak mungkin lo bisa nangis seperti ini tanpa sebab" tanya Via mengusap pelan punggung Dita

Singkat cerita, Dita menceritakan semua kronologi kejadian dari mulai Shandy memesan 100 catering sampai ia menghujat keluarganya. Seketika itu Via pun mengumpat skandal kejadian itu,emosinya ikut meluap.

"Udah lo sabar aja, tuh orang emang nggak ada otak emang. Nggak usah di ambil hati" sahut Via menenangkan.

"Awas aja lo Shan!" gumam Via yang  sudah merencanakan sesuatu untuk membalas sifat kurang ajar Shandy.

******************

Esok harinya,Via menolak ajakan Syila dan Dita untuk pergi sekolah bareng, ia lebih memilih berangkat sekolah menggunakan ninja birunya yang tak pernah sekalipun ia bawa ke sekolah. Sesampainya di depan gerbang sekolah, dari jauh tepat di parkiran ia melihat Shandy and the geng berdiri  di depan mobinya. Ia langsung melajukan motornya cepat, hampir menabrak Shandy yang bersandar di depan mobilnya.