- Berusaha Berdamai-
Ke esokan paginya
"Eh hari ini Dita bakalan sekolah lagi" sahut Syila sibuk di dapur membuat kue tart untuk Dita
"Dia udah balik Jakarta?" tanya Via mendekat
"Katanya sih udah kemaren sore dan pagi ini dia bakalan sekolah lagi. Makannya gue buatin kue kesukaan dia" jelas Syila sibuk dengan kue tart bikinannya
"Yaudah gue bisa bantu apanih?" tukas Via
"Nggak usah, ini juga udah selesai tinggal ngasih topping aja. Mending lo bawa tuh nasi goreng ke meja" pinta Syila
"Oke" ujar Via membawa mangkok besar berisi nasi goreng buatan Syila juga. Hari ini bi Ijah sibuk mencuci baju dan tugas masak memasak sudah di ambil alih oleh chef Syila. Well, memang benar Syila memang jago masak dan sudah terbiasa bergelut dengan barang-barang di dapur
*************
"Dita pasti suka sama kue ini" tukas Syila memegang kue itu berjalan meyusuri tangga menuju kelasnya
"Pastilah, kelihatannya enak gitu. Pasti enak lah kalo lo yang buat" sahut Via
Tiba-tiba dari belakang ketukan sepatu dengan langkah cepat. Terdepat gengnya Shandy dan 4 temannya yang mengikuti dari belakangnya. Syila yang masih cengengesan bergurau ria sambil memegang kue itu, akhirnya kue itu kehilangan keseimbangan ketika suara baritone itu menegur.
"Minggir!" cekat suara baritone itu dibelakangnya, tiba-tiba sontak tangan Syila terguncang dan kue itu…
"BRUKK…!!" Kue itu melayang ke arah Shandy, Shandy berhasil menghindar dengan memundurkan badannya namun nyatanya malahan kue itu jatuh tepat di sepatu mahalnya. Seketika itu Shandy langsung naik pitam dan ingin sekali menerkam gadis yang ada di hadapannya itu, Syila kini ketakutan ekspresinya sangat kelihatan oleh wajahnya yang berkerut masam menandakan sebuah rasa takut di wajah imut itu
"Maaf kak" cicit Syila menundukkan kepalannya. Shandy terdiam sesaat ,kemudian ia langsung menarik tangan Syila paksa dan..
"Bruukk!!" Syila terjatuh tepat di hadapan Shandy dan bersimpuh di kaki Shandy
"Bersihin sepatu gue!" bentak Shandy menaikkan kakinya di atas paha mulus Syila. Syila hanya menurut pasrah. Ketika ia ingin menyentuhkan roknnya ke sepatu Shandy, Via buru-buru mencekat tangan mungil tak berdaya itu.
"Dia udah minta maaf, yaudah sih! Lo kan bisa bersihin sepatu lo sendiri" sahut Via menarik Syila berdiri
"Siapa lo,berani nyuruh –nyuruh gue!" bentak Shandy memandang mata Via lekat-lekat dengan mengeluarkan mata tajamnya
"Seperti yang lo lihat,gue cewek dan ini temen gue dan gue sebagai temen nggak terima kalo temen gue di perlakuin dan di rendahin oleh orang macam lo!" cicit Via melantangkan suaranya.
Bukannya bungkam shandy dan ke 4 temannya malah menertawakannya
"HAHAHAHAHA"
"Basi baget omongan lo,receh!" sahut Vito
"Yakin tuh temen lo! Lo yakin kalo lo yang berada di posisi tadi di posisinya temen lo nih, temen lo ini bakalan mbelain lo juga?" sambung Lutfi yang pasti jawabannya tidak. Karena Syila tidak seberani itu,apalagi untuk menetang kakak kelas.
"Hahahaha" cengir Shandy
"Punya sopan santun kan? Kalo sama kakak kelas pake adab!" sahut Varel dengan muka datar andalannya
Kemudian shandy mencopot sepatunya ,ia ingin berjalan dengan telanjang kaki tanpa sepatu. Dia tidak mungkin memakai sepatu yang sudah kotor itu. Ia kemudian melemparkan sepatu itu pada diaz
"Yaz, nih bawa ke mobil terus ambilin sepatu gue yang sneakers putih di bagasi" tukas Shandy melemparkan sepatunnya ke Diaz dan langsung berjalan menyusuri tangga menuju kelasnya meninggalkan Via dan Syila yang masih murung meneteskan air matanya takut
DI KELAS 11 IPA 3
"Eh Syil lo kenapa?" tanya Dita yang sudah duduk di bangkunya, Syila masih murung tak menjawab
"Kenapa Vi?" tanya Dita pada Via
"Gara-gara abang lo nih!" sahut Via emosi memandang Steaven yang sudah duduk di bangkunya
"Abang gue?" tanya Stiv heran mengernyitkan dahinya
"Siapa sih?" Dita terus bertanya dengan rasa penasarannya
"Shandy?" tukas Steaven memastikan
"Yaiyalah siapa lagi" desis Via dengan nada tinggi
"Shandy siapa sih?" tanya Dita lagi
"Please cilent, I tell you later about all of which you do know!" tukas Via pada Dita
*****************
Sore itu Steaven pergi kerumah Shandy yang merupakan rumah omanya dulu. Tetapi ia tidak mendapati abangnya di rumah itu.
"TOK TOK TOK…!!" ketukan pintu dari luar, dengan sedikit keberaniannya Steaven menginjakkan kakinya lagi kerumah itu setelah belasan tahun lalu.
"Bi Lia, ada tamu tuh tolong bukain" teriak Sonya dari ruang tamu.
Well ,meskipun mamanya(Vera) pulang ke Indonesia, Shandy tidak mengizinkan mamanya tinggal bersamanya apalagi membawa Steaven tinggal satu atap dengannya. Akhirnya Vera dan juga Steaven menyewa sebuah apartemen di Jakarta. Dan Sonya masih setia bersama Shandy di rumah itu
"Iya non" teriak bi Lia dari dapur langsung menuju ke pintu depan.Bi Lia adalah ketua dari 22 asisten rumah tangga yang ada di rumah Shandy ,jadi bi Lia yang mengatur semua urusan mengenai tentang pengurusan kebersihan dan kenyamanan rumah itu.
"Siapa ya?" tanya bi Lia heran melihat Steaven
"Steaven bi, Shandy nya ada?" jawab Steaven sopan
"Siapa bi?" sahut Sonya ikut keluar, karena Sonya memang akan pergi hangout bersama teman-temanya ke mall
"Kak soy" sapa Steaven
"Oh Stiv! Apa kabar kamu,lama banget udah nggak ketemu" sahut Sonya kaget dan langsung memeluk adiknya itu, well Shandy dan juga Steaven dari dulu sudah di anggapnya seperti adiknya sendiri. Sonya selalu bersikap baik pada mereka sejak kecil.
"Baik kok" sahut Steaven melepas pelukannya
"Bang Shandy ada?" tanya Steaven
"Si Shandy baru aja keluar" sahut Sonya
"Kemana?" tanya Stiv
"Ke rumah temannya, kau tahu Vito? Dia biasa nongkrong dan main kesana" ujar Sonya
"Alamat pastinya kak?" pinta Stiv
"Alamatnya nggak terlalu jauh juga dari sini,Jl. Kebon maya no 04, kalo dari sini ada traffic light belok kanan terus kamu lurus terus ntar ada perempatan kamu ambil kiri, rumahnya tingkat tiga kiri jalan ada tempat bilyardnya" jelas Sonya memberi arahan
"Oh oke, yaudah Stiv pamit dulu ya kak, btw makasih" pamit Steaven
"Take care!" ujar Sonya melambaikan tangannya
Dengan berbekal peta arahan Sonya, Steaven memberanikan melajukan ninja birunya ke rumah Vito. Sesampainya di depas rumah Vito, memang benar Shandy berada disana dengan ninja merah terpakir di halaman rumah super megah itu.
Ketika mendengar suara knalpot ninja Steaven mendekat kerumahnya, buru-buru Vito mengintip dari jendela
"Ada orang tuh kayaknya" sahut Diaz
"Samperin keluar!" ujar Vito beranjak berdiri berjalan menuju teras
" Bos ada adek lo nih!" teriak Vito akhirnya, tidak lama setelah Steaven memarkirkan motornya persis di samping ninja merah Shandy, Varel, Diaz,Lutfi juga Shandy ikut keluar untuk melihat siapa yang datang
"Ngapain lo kesini?" tanya Lutfi
"Tau dari mana lo,kalo gue ada di sini?" timpal Shandy mendongakkan wajanya menantang
"Dari kak soy" jawab Stiv singkat
" Berarti lo kerumah gue barusan, beraninya lo nginjekin kaki lo kerumah gue !" sahut Shandy mendorong bahu Stiv dan langsung menyerang tubuh Stiv
"BUUKKK!" "BUKKK!" "BUUKKKK!!" "BUKKKKK!!"
Pukulan demi pukulan Shandy berikan pada Steaven, dan Steaven sama sekali tidak membalas. Pukulan-pukulan itu berhasil melukai dan mebonyokkan tubuh juga wajah Steaven, Steaven tidak sanggup untuk hanya sekedar menghindar kemudian Varel pun melerai pertikaian adik kakak itu
"Sudah Shan,tenang dulu jangan emosi. Siapa tahu ada maksud lain Stiv datang kesini" sahut Varel menarik tangan Shandy menjauh
"Mau apa lo sebenernya kesini, kalo kedatangan lo cuma mau ribut mendingan lo cabut. Jangan ngotorin istana gue!" ujar Vito
"Gue kesini cuma mau damai, gue nggak mau begini terus, gue nggak mau kayak gini terus bang, mau sampai kapan kita jadi musuh kayak gini bang! Papa sudah meninggal____" omongan Stiv terpotong
"Gue nggak pedulu, mau mbokap lo udah mati kek atau siapapun itu, setelah lo ngerebut semua apa yang gue punya semuanya yang seharusnya ada pada gue saat ini. Lo mau ngajak baikan? Haha" selak Shandy menggebu-gebu emosinya semakin meluap. Sesekali ingatan tentang masa lalu belasan tahun itu mulai meracu di pikirannya lagi
"Mama sakit! Sekarang sekarat!!" bentak Stiv akhirnya, lidahnya kelu,wajahnya mulai pucat dan seketika itu Shandy bungkam mendengar penuturan Steaven perihal mamanya
"Mama sekarang sekarat, mengidap penyakit gagal ginjal stadium akhir!" ujar Stiv lagi
"Hah, nyokap lo bos" sahut Diaz di samping Shandy
"Haaahh! Gue nggak peduli, dari pada lo gue habisin disini, mendingan lo cabut sekarang cabut sana!" usir Shandy, Steaven menuruti permintaan Shandy. Akhirnya ia pergi melajukan ninja birunya dalam bisu yang pikuk mengingat penuturan Shandy yang sama sekali tidak perduli dengan apa yang terjadi pada mamanya. " segitu bersalahnya gue udah ngebuat bang Shandy membenci mama?" tanya Stiv pada hatinya
"Lo nggak boleh gitu dong Shan, nyokap lo butuh lo sekarang lo jangan egois" tukas Varel, ketika semuanya sudah kembali duduk di sofa ruang tamu