Chereads / Lepas / Chapter 7 - Keras Kepala

Chapter 7 - Keras Kepala

Andhra menatap Raka yang saat ini sedang menatap ke luar jendela. Hujan masih belum berhenti, masih saja betah mengguyur bumi. Andhra menoleh, ikut menatap hujan. Air langit yang turun deras itu memberi kesan nyaman tersendiri bagi Andhra, ya Andhra suka hujan. Suasananya, aromanya dan suaranya membuat Andhra bersyukur saat hujan datang.

Hari ini berbeda dengan hari-hari hujan sebelumnya, kali ini rasanya lebih menyenangkan. Dia tidak menikmati hujan seorang diri, tidak sendiri. Ada seseorang yang menemaninya, ada seseorang yang bertukar canda dengannya, dan ada seseorang yang sedang mengkhawatirkannya saat ini. Ada rasa asing yang muncul di hatinya saat ini, aneh tapi entah bagaimana dia menyukainya. Hujan membawa kesejukan di tubuhnya, rasa dingin rasanya menjalar ke seluruh bagian tubuhnya, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya terasa hangat saat ini.

Masih dengan menatap ke luar jendela, Andhra tersenyum kecil sebelum kembali bersuara.

"Sudah lama rasanya"

Raka mengalihkan tatapannya saat mendengar suara Andhra. Menatap temannya itu sambil menunggu Andhra kembali bersuara.

"Sudah lama tidak ada yang khawatir padaku"

Andhra mendecih, lalu menghela napas pelan.   Tatapannya masih fokus ke luar jendela.

"Aku tidak lemah, jadi jangan khawatir padaku"

Raka menggeleng pelan mendengar ucapan temannya, hari ini dia mengerti satu hal lagi tentang temannya, anak itu keras kepala. Ini yang di khawatirkannya, temannya itu terlalu menganggap remeh ceritanya tadi. Andhra itu tipe orang yang cuek bukan hanya pada orang lain tapi juga pada dirinya sendiri.

Bagaimana dia tidak khawatir, Devan benar-benar dengan jelas memperlihatkan rasa tidak sukanya pada Andhra, sedangkan Andhra dengan polosnya menanggapinya sebagai hal biasa. Temannya ini benar-benar tidak peka dengan keadaan di sekitarnya, bahkan sekalipun bahaya sedang mengancamnya.

"Jangan anggap remeh ceritaku tadi Ndhra. Devan, jangan sampai terlibat masalah apapun dengan anak itu"

"Aku tidak anggap remeh ceritamu, tapi aku hanya tidak punya alasan untuk takut padanya"

"Kita memang tidak perlu takut padanya, hanya saja menghindari masalah dengannya akan lebih menguntungkan"

"Kau terlihat membencinya" ucap Andhra sambil menolehkan kepalanya menatap Raka.

"Benci atau tidak entahlah, aku tidak peduli. Aku hanya tidak suka dia mencari gara-gara dengan kita, itu saja"

"Mencari gara-gara?"

"Kau memang tidak peka dengan keadaan sekitar" Raka menggelengkan kepalanya prihatin menatap Andhra.

"Memangnya kenapa?" Andhra mengernyitkan dahinya bingung.

"Bocah itu, dia tidak menyukaimu"

"Bagaimana kau tau?"

"Aku sering melihatnya menatapmu dengan tatapan kesal, dan kejadian tadi pagi cukup membuktikan kalau dia memang tidak menyukaimu" Jelas Raka.

Andhra mengingatnya, kejadian pagi tadi saat dia ingin pergi ke toilet. Ya, setelah di ingat-ingat lagi perkataan Raka ada benarnya, bocah itu memang terlihat jelas tidak menyukainya.

"Hmm, kau benar" Andhra mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Dia juga sepertinya tidak menyukaiku" tambah Raka.

"Kau memang menyebalkan" ucap Andhra datar.

"Cih, kau bahkan lebih menyebalkan"

Mereka terkekeh.

Raka kembali memasang wajah seriusnya.

"Dengarkan perkataanku, jangan sampai terlibat masalah dengannya. Kalau ada apa-apa langsung bilang padaku okey?"

"Kenapa harus bilang padamu?"

"Dasar bocah ini, aku temanmu. Memang kau mau bilang ke siapa lagi selain padaku hah?"

"Hah, aku sungguh menyedihkan hanya punya satu teman, dan sedihnya lagi itu kau"

"Yak, brengsek! siapa yang harusnya menangisi nasib sekarang hah?, aku bahkan lebih menyedihkan punya teman yang keras kepala seperti kau!" seru Raka pelan.

Andhra terkekeh melihat ekspresi kesal temannya.

"Baiklah, aku dengarkan. Tapi bukannya kau juga harus mengkhawatirkan dirimu sendiri?, kau bilang dia juga tidak menyukaimu"

Raka mendengus.

"Kan ada kau yang akan mengkhawatirkanku" jawab Raka sambil tersenyum manis.

Andhra menatap tajam Raka, merasa risih dengan perkataan dan ekspresi temannya itu.

"Ucapanmu itu menjijikkan, orang akan berpikir yang tidak-tidak jika mendengar ucapanmu tadi"

"Memangnya kenapa? sesama teman wajar kan saling mengkhawatirkan satu sama lain"

Balas Raka dengan mimik wajah yang di imut-imutkan. Setelahnya Raka menahan tawa melihat ekspresi Andhra.

"Berhentilah, aku benar-benar merasa risih sekarang. Kau benar-benar tidak cocok dengan ekspresi sok imut itu"

Raka mencebikkan mulutnya kesal.

"Kau memang menyebalkan, sangat"

"Kau harus terbiasa dengan itu" ucap Raka sambil mengedikkan bahunya.

"Hah, sudahlah. Intinya kita harus hati-hati dengan bocah aneh itu. Kita harus saling menjaga satu sama lain, aku serius"

Raka memasang wajah serius saat melihat Andhra yang kembali memutar bola matanya malas.

Andhra yang ditatap seperti itu mau tak mau harus mengiyakan.

"Iya, iya. Aku akan menjaga diri dengan baik, aku juga akan menjagamu dengan baik"

"Bagus, sering-seringlah bersikap baik seperti itu" ucap Raka sambil tersenyum lebar.

"Sial, jangan bersikap seperti kau lebih tua dariku"

"Aku memang lebih tua darimu"

"Jangan mengada-ada"

"Tch, aku lahir di bulan januari dan kau februari jadi aku lebih tua sebulan darimu, jadi kau bisa memanggilku kakak mulai sekarang"

Okey, Andhra membelalakkan matanya tak percaya sekarang. Bagaimana temannya itu bisa tau bulan lahirnya?.

"Yak, dari mana kau tau?, aku tidak pernah bilang padamu"

"R-A-H-A-S-I-A" ucap Raka pelan disertai senyum misteriusnya

Andhra menganga, seketika itu juga dia mengusap lengannya sendiri.

"Kau mengerikan, apa kau menguntitku selama ini?, Ah, benar terakhir kali kau juga menguntitku ke cafe kan. Aku merinding sekarang, katakan siapa kau sebenarnya?"

Andhra menatap Raka dengan tatapan tajam, yang entah bagaimana malah terlihat lucu di mata Raka. Sehingga Raka langsung terbahak, dan tertawa dengan keras.

"Hahahaha, siapa aku sebenarnya? haruskah aku bilang kalau aku agen FBI?. Ya Tuhan bro, ekspresi mu benar-benar lucu sekarang"

"Kau tertawa?, Yak aku sedang serius sekarang!"

"Hahahahahaha" Raka masih belum bisa menghentikan tawanya, ekspresi temannya yang panik itu sungguh menyenangkan untuk di lihat. Kapan lagi dia bisa melihat ekspresi langka itu di wajah dingin temannya.

Andhra yang melihat temannya tidak berhenti tertawa hanya menatap kesal. Sial, temannya itu benar-benar menikmati kesempatan untuk mengerjainya.

Sedangkan Raka yang masih betah dengan tawanya hanya menatap Andhra dengan tatapan lucu.

'Kenapa dia harus sepanik itu sih cuma karena aku tau bulan lahirnya. Padahal aku hanya tidak sengaja melihat kartu identitasnya saat dompetnya terjatuh kemarin, dia tidak benar-benar berpikir kalau aku ini penguntit kan?'

"Sudahlah berhenti tertawa, kau menyebalkan"

Raka berdehem, berusaha menghentikan tawanya.

"Kau tidak mau tau dari mana aku tau bulan lahirmu?"

"Aku tidak peduli lagi"

"Aku bahkan juga tau tanggal dan tempat lahirmu" Ucap Raka kembali menggoda temannya itu.

Andhra kembali menghujam Raka dengan tatapan tajamnya.

"Kau.." geramnya.

Raka kembali tertawa keras, tapi tidak bertahan lama karena detik berikutnya hanya suara mengaduh dan memohon ampun yang keluar dari mulutnya. Ya, Andhra menjitak kepalanya dan memiting lehernya dengan sangat kuat.

.

.

.

.

TBC..