Chereads / Lepas / Chapter 11 - Salah Paham

Chapter 11 - Salah Paham

"Sedang apa kalian?" ujar Raka sinis.

Kedua siswa yang baru saja bergabung ke meja mereka hanya saling memandang, yang membuat Raka kesal.

"Kalau tidak ada keperluan, pergilah!" lanjut Raka mempertegas usirannya.

Raka menatap Andhra, dia tau saat ini sahabatnya itu sedang merasa tidak nyaman dengan kehadiran dua bocah sok ramah yang tidak diketahui asal usulnya itu. Maka dari itu, Raka tidak ragu untuk langsung mengusir mereka. Raka sendiri yang memang anti sosial cukup merasa terganggu juga dengan orang asing yang tidak dikenalnya tapi malah berbicara padanya dan Andhra dengan nada sok akrab. Angkuh memang, tapi ada alasan di setiap tindakan bukan?.

Raka kembali melanjutkan ucapannya saat melihat kedua siswa tadi hanya saling berbisik tanpa berniat menjawab ucapannya.

"Pergilah, kami tidak tertarik untuk membiarkan orang lain bergabung di meja ini"

Sedangkan Andhra hanya menatap kedua siswa itu datar, menunggu mereka pergi dari mejanya dan Raka.

Kedua siswa itu akhirnya sadar dan menatap Andhra dan Raka. Sejenak mereka terkesiap saat menemukan tatapan Raka yang sinis dan tatapan datar Andhra yang dingin. Siapapun yang melihat situasi ini akan tau, kalau mereka tidak diterima dengan baik oleh keduanya.

"Hem, be-begini sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan" ucap siswa yang khas dengan gigi kelinci.

"Apa?!" seru Andhra dan Raka bersamaan dengan suara rendah mereka yang datar. Pelan tapi entah kenapa terdengar mengerikan.

Kedua siswa itu kembali terkesiap, tak sadarkah Andhra dan Raka kalau mereka tanpa sadar sudah sangat mengintimidasi dua siswa itu?. Padahal dari segi perawakan dua siswa itu tidak kalah tinggi dibandingkan mereka berdua, bahkan salah satunya lebih tinggi. Tapi hanya karena tatapan yang mengintimidasi itu, dua siswa itu hanya terlihat seperti kucing kecil kedinginan sekarang.

Si yang paling tinggi diantara mereka menghela nafas, mencoba untuk menenangkan diri.

"Biar aku saja yang bicara" ucapnya.

Si gigi kelinci hanya mengangguk setuju. Sedangkan Andhra dan Raka masih menunggu penjelasan dari dua bocah asing itu.

"Sebelumnya apa kalian tau kami?"

"Tidak" jawab dua sahabat itu tak acuh.

"Sudah kuduga, kalian benar-benar anti sosial rupanya". lirih si tinggi menatap dua manusia didepannya nanar.

Dua sahabat itu hanya mengernyitkan dahinya, lalu kompak mengedikkan bahu tak acuh.

"Kita sekelas, dan kalian bahkan tidak sadar itu?"

"Benarkah? aku tidak tau sebelumnya" ujar Raka yang di sambut anggukan Andhra.

Kedua siswa tadi hanya menggeleng pelan, menatap dua manusia di depan mereka dengan gusar. Bagaimana bisa mereka tidak tau kalau kami teman sekelas mereka, begitu setidaknya pikir mereka.

"Ada keperluan apa?" sekarang Andhra yang bertanya, dia jenuh menunggu penjelasan dari dua siswa itu.

Terkesiap, ya lagi-lagi si tinggi dan gigi kelinci terkesiap. Ini pertama kalinya mereka mendengar Andhra mengucapkan sebuah kalimat, dan kenapa auranya terasa sangat mengintimidasi? padahal mereka sama-sama siswa SHS dan dengan tingakatan yang sama.

"Ah, ya begini.. sebelumnya perkenalkan namaku Kenan dan temanku ini namanya Kenzo. Hal yang ingin kami bicarakan dengan kalian adalah masalah ekskul basket" ujar si tinggi cepat sebelum kedua orang di depannya itu keburu jenuh dengan kedatangannya dan Kenzo.

Dua sahabat itu kembali menatap Kenan dan Kenzo dengan lekat.

"Terus?" tanya Raka tak sabaran.

"Tadi pelatih basket sekolah kita melihat permainan kalian berdua saat jam olahraga, dan mereka tertarik untuk mengajak kalian bergabung di tim sekolah. Sebelumnya aku dan Kenzo juga sudah bergabung, jadi karena kita sekelas pelatih meminta aku dan Kenzo untuk membicarakan hal ini pada kalian"

Dua sahabat itu mengangguk paham dengan penjelasan singkat dari Kenan. Namun, tidak satupun dari mereka berniat memberikan tanggapan.

Kenan yang melihat dua manusia di depannya hanya diam pun merasa bingung. Haruskah dia bertanya lagi? atau cukup diam saja sampai dua manusia es itu kembali berbicara?. Sedangkan di samping Kenan, kenzo secara tidak sadar sudah meremas ujung kemeja seragamnya karena takut.

Takut? ya takut. Sebenarnya ada satu hal yang tidak diketahui oleh Andhra dan Raka sampai saat ini. Ada kabar yang tersebar tentang mereka, sejak hari kedua mereka bersekolah disini. Ada kabar yang menyatakan kalau mereka berdua adalah seorang penindas yang suka cari masalah dengan kemampuan berkelahi yang tidak bisa diragukan. Kabarnya mereka tidak segan untuk memukul dan berkelahi dengan siapa saja yang mencari masalah dengan mereka, bahkan mereka pernah menghajar belasan preman yang terkenal kuat. Entah bagaimana kabar itu muncul dan bisa tersebar sampai ke telinga seluruh siswa siswi SHS, karena kabar burung ini tanpa mereka sadari seluruh penghuni SHS menghindari mereka, tak terkecuali para senior sekalipun.

Pada kenyataannya, Andhra dan Raka memang dilahirkan dengan sifat yang tak peduli sekitar dan bodoh amat, sehingga sampai saat ini mereka berdua tidak sadar kalau sedang di gosipi dan di takuti.

Sampai saat ini belum ada yang menentang atau mengatakan kalau kabar itu salah, di tambah sifat keduanya yang memang anti sosial jadilah semua orang menganggap kalau kabar itu benar, termasuk Kenan dan Kenzo teman sekelas mereka. Maka dari itu, dari awal pelatih meminta Kenan dan Kenzo untuk berbicara dengan Andhra dan Raka, mereka sudah mencoba menolak. Namun, mereka tidak punya alasan kuat untuk menolak perintah pelatih mereka. Sehingga mau tak mau, yakin tak yakin mereka mengumpulkan keberanian untuk berhadapan langsung dengan dua manusia es yang kabarnya adalah seorang penindas berdarah dingin.

Jika Kenan dan Kenzo sedang merasa tegang saat ini, berbeda dengan Andhra dan Raka yang merasa aneh dengan tingkah dua bocah itu.

"Hei, perasaanku saja atau mereka memang terlihat ketakutan?" bisik Raka yang sudah berhasil mempersempit jaraknya dengan Andhra.

"Kau juga berpikir begitu? berarti itu bukan hanya perasaan kita" jawab Andhra sambil mengernyitkan dahi bingung.

"Coba tanya saja langsung ke mereka" lanjutnya.

Raka mengangguk sekilas dan kembali melebarkan jaraknya dengan Andhra.

"Hei, apa yang kalian takutkan?" tanya Raka yang terdengar biasa saja, tapi tidak bagi Kenan dan Kenzo. Suara dan pertanyaan Raka terdengar seperti Raka sedang mengintrogasi mereka.

Salahkan mereka yang langsung menelan kabar burung mentah-mentah.

Raka kembali berbisik pada Andhra.

"Ada yang salah dengan perkataanku?, kenapa muka mereka malah terlihat semakin pucat?"

"Tidak ada yang salah dengan perkataanmu"

"Terus kenapa mereka begitu ya?"

"Mungkin masalahnya ada pada wajahmu" ujar Andhra datar.

"Kenapa dengan wajahku" Raka menatap Andhra dengan polos.

"Wajahmu menyeramkan" lagi ujar Andhra datar sambil menatap Raka.

Raka terdiam beberapa detik, sampai dia sadar dengan maksud ucapan sahabatnya tadi.

"Yak brengsek! kau mengataiku ya?" seru Raka sebal.

Tersentak, Kenan dan Kenzo tersentak. Bukan hanya mereka berdua tapi seisi kantin ikut tersentak. Suasana yang tadinya riuh secara mendadak menjadi hening, saat penghuni kantin sadar siapa yang memaki dengan keras barusan.

Kenan dan Kenzo yang memiliki radius jarak terdekat dengan pusat perhatian seluruh penghuni kantin saat ini hanya menatap Andhra dan Raka dengan pupil yang bergetar, pasrah akan keaadaan. Sedangkan penghuni kantin hanya bisa menatap mereka prihatin, bahkan ada yang mendoakan mereka dari jauh saat berpikir Kenan dan Kenzo akan menjadi mangsa pertama dari si penindas di SHS tercinta ini.

Lagi, salahkan kabar burung yang mereka telan mentah-mentah.

Diantara puluhan raut wajah yang tegang dan pucat itu, hanya raut wajah Andhra yang memperlihatkan tanda kehidupan yang normal. Andhra menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang lagi-lagi berhasil menjadi pusat perhatian.

"Kecilkan suaramu, kau mengganggu orang lain" tegur Andhra memperingati Raka.

Ya, bagi Andhra yang polos akan gosip-gosip dunia, semua tatapan penghuni kantin itu dianggapnya sebagai tatapan yang merasa terganggu dengan suara berisik Raka. Padahal, sekalipun Raka berteriak teriak atau bahkan bernyanyi rock and roll dengan toa tidak akan ada yang merasa terganggu, yang ada hanya rasa takut dan segan untuk menegur.

"Ah, kau benar" Raka tersadar saat menatap seisi kantin yang sedang menatapnya dan merasa sedikit bersalah karena sudah mengganggu ketenangan kantin.

Lagi, setiap orang yang bertemu pandang secara langsung dengan Raka kembali tersentak.

"**Mati aku.."

"Apakah aku akan jadi mangsa selanjutnya?"

"Apa matanya sedang mencari mangsa yang tepat?"

"Kenapa kakiku bergetar hanya karena tatapannya?, dia menyeramkan"

"Oh tidak, tatapannya dinginnya meluluhkan hatiku. Dia penindas yang tampan**"

Setidaknya begitulah isi batin setiap orang yang tidak sengaja bertemu pandang dengan Raka. Dan untuk isi batin yang terakhir, tolong di abaikan.

"Kau sih mengataiku" sungut Raka sebal, kembali menatap Andhra sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Andhra tersenyum kecil melihat temannya yang merajuk. Tapi lagi, senyumannya di artikan berbeda oleh seluruh penghuni kantin kecuali Raka tentunya.

"**Dia menyeringai.."

"Kurasa mereka sudah menemukan mangsa selanjutnya"

"Seringaian itu, aku sering melihatnya di drama drama thriller korea, apa dia psikopat?"

"Kuharap mangsa itu bukan aku.."

"Tuhan, kumohon biarkan masa SHS ku berjalan normal"

"Oh Tuhan,  seringaiannya membuat ketampanannya meningkat**!!"

Lagi, tolong abaikan isi batin yang terakhir.

Dan pada akhirnya salahkan lagi para penghuni SHS yang menelan kabar burung mentah-mentah.

.

.

.

.

TBC..