Pagi ini langit terlihat cerah, orang-orang terlihat bersemangat menjalani hari. Salah satunya remaja laki-laki yang saat ini sedang bersiul-siul sepanjang langkahnya. Tubuh tingginya telihat bergerak kesana kemari, sesekali melompat-lompat ringan disela langkahnya.
Andhra, remaja laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi dan kurus itu sedang menikmati paginya, tak peduli walau sinar mentari menyegat kulit putihnya. Andhra masih dengan semangat melakukan aktivitasnya.
Pagi ini dia melangkah pelan menuju sekolahnya, menikmati suasana jalanan pagi yang disibukkan oleh orang-orang yang sedang beraktivitas. Tidak seperti kemarin, hari ini dia yakin tidak perlu berlari atau pun meneriaki pak satpam, karena dia berangkat lebih awal pagi ini.
"Sepertinya hari ini akan lebih menyenangkan dari kemarin, aku bahkan bangun lebih awal pagi ini.." monolognya.
Andhra tersenyum saat gerbang sekolah sudah mulai terlihat. Dia terus melangkah ke arah gerbang tinggi itu sebelum sebuah teriakan menghentikannya.
"Dhra!!, oii tunggu!"
Andhra menolehkan kepalanya ke arah asal suara, saat melihat siapa yang meneriakkan namanya, senyum di wajahnya berubah menjadi datar. Dia menatap orang tersebut sambil mengendikkan bahu acuh.
"Yak!, tunggu aku!" seru Raka sambil mempercepat langkahnya saat melihat Andhra kembali melangkah memunggunginya.
Andhra melirik Raka sekilas saat temannya itu berhasil menyamakan langkah dengannya.
"Kenapa tidak menungguku sih?" ucap Raka.
"Kenapa harus menunggumu?" Andhra menjawab acuh.
Raka menatap Andhra kesal, namun hanya sebentar. Detik berikutnya dia langsung merangkul pundak teman dinginnya itu akrab.
"Kau temanku dan aku temanmu, jadi kau harus menungguku supaya kita bisa berangkat bersama-sama, paham?"
"Cih.." Andhra hanya mendecih dan membiarkan temannya itu merangkul pundaknya.
Raka terkekeh melihat reaksi Andhra, ya setidaknya temannya itu tidak menolaknya. Mereka berdua melanjutkan langkah mereka mendekati gerbang sekolah.
"Pagi.."
Kedua remaja itu menghentikan langkah mereka tepat setelah memasuki gerbang sekolah. Detik berikutnya mereka serentak membelalakkan mata mereka saat melihat siapa yang menyapa mereka. Pak satpam dengan kumis tebalnya tampak tersenyum lebar setelah menyapa mereka.
"Hari ini tidak lari-lari lagi?" tanya pak satpam sambil terkekeh.
Andhra dan Raka yang mengerti maksud pak satpam hanya menatapnya sebal. Lalu mereka ikut terkekeh saat melihat kekehan pak satpam tersebut.
"Pagi ini kami aman pak, aman.." ujar Raka.
Andhra hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Raka. Selanjutnya mereka terlibat obrolan kecil dengan satpam tersebut, hanya sebentar sampai Raka kembali merangkul Andhra dan membawanya menuju kelas setelah berpamitan dengan pak satpam.
Dengan tinggi tubuhnya yang sama dengan Andhra membuat Raka merangkul temannya itu dengan mudah, sehingga Andhra pun hanya membiarkannya.
.
.
.
.
Andhra dan Raka saat ini sedang bersiap-siap untuk pulang, jam pelajaran sudah berakhir. Raka menatap Andhra, temannya itu sedang memasukkan buku ke dalam ransel hitamnya.
"Kau ada kegiatan apa setelah ini? bagaimana kalau kita pergi main?" Raka bertanya dengan antusias.
Andhra menatap datar temannya yang sedang menatapnya dengan mata penuh binar. Andhra tersenyum kecil melihat tatapan itu, tatapan Raka mengingatkannya dengan kucing liar kelaparan yang sering ditemuinya akhir-akhir ini.
"Aku tidak bisa.." ucapnya tanpa melihat Raka.
"Yah, kenapa? memangnya kau ada kegiatan apa? aku akan mengikuti mu saja hari ini"
"Aku sibuk.. dan hei, jangan mengikuti ku" jawab Andhra sambil menatap tajam Raka.
Raka mencebikkan mulutnya kesal dengan jawaban Andhra.
"Kenapa? aku tidak akan mengganggumu. Jadi biarkan aku ikut!"
Andhra menghela napasnya malas, lalu menatap ke arah Raka.
"Ada yang harus ku kerjakan, lain kali saja kita pergi main okey?" Andhra menjawab pelan.
Meski baru dua hari ini mengenal temannya ini, dia sudah mulai tau tentang sifat Raka. Raka itu keras kepala dan tidak pantang menyerah. Sifatnya itu terlihat dari bagaimana Raka terus berusaha mengajaknya berbicara, dengan alasan supaya mereka bisa cepat akrab.
"Baikah, tapi lain kali kita harus pergi main.." Raka akhirnya mengalah saat mendengar ucapan temannya itu. Yah, dia akan mengajak temannya itu main lain kali.
"Hmm.. aku duluan kalau begitu" Andhra tersenyum kecil sambil menepuk pelan bahu Raka, setelahnya dia langsung pergi meninggalkan Raka.
Raka ingin melanjutkan ucapannya, namun tidak jadi saat melihat Andhra melangkah dengan terburu-buru.
"Kenapa dia buru-buru sekali sih.."
.
.
.
.
"Siang kak, maaf aku terlambat"
"Siang, tidak apa aku paham. kau baru pulang dari sekolah kan? sekarang gantilah pakaianmu"
Andhra tersenyum mendengar ucapan laki-laki di hadapannya. Dia bisa bernapas lega sekarang, bersyukur karena bos nya itu tidak marah karena dia datang terlambat. Bahkan bosnya itu menyambutnya dengan senyum hangat. Setelah membungkukkan badannya sopan, dia segera menuju ke ruangan pegawai untuk berganti pakaian.
Sekarang seragam sekolahnya sudah berganti dengan seragam kerjanya. Andhra bekerja di sebuah cafe, dia bekerja sebagai pelayan di sana. Andhra bekerja dari sepulang sekolah sampai jam 8 malam, setelah selesai bekerja di cafe dia akan melanjutkan pekerjaannya sebagai pegawai minimarket sampai jam 2 pagi, setelahnya baru dia bisa pulang dan mengistirahatkan tubuhnya di flat kecilnya.
Andhra menghela napas sebentar, mengingat kehidupan yang telah dia jalani. Dia tersenyum kecil setelahnya, dan menepuk-nepuk wajahnya tidak ingin terlarut dalam pikirannya itu. Andhra segera keluar dari ruang ganti, dan segera siap melayani para pelanggan yang datang.
.
.
.
.
Andhra sedang membereskan meja bekas pelanggan yang baru saja selesai dengan pesanannya. Sampai matanya tak sengaja melirik pelanggan yang duduk di dua meja di depannya.
Dia mengernyitkan dahinya melihat pelanggan tersebut, pelanggan itu duduk sendiri, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya penampilan pelanggan itu, dari postur dan penampilannya Andhra yakin kalau pelanggan itu seorang laki-laki. Yang membuatnya terlihat aneh adalah, pelanggan itu memakai pakaian serba hitam, bahkan dia mengenakan topi, masker dan bahkan kaca mata hitam. Anehnya lagi, dia tidak melepas maskernya sejak pertama kali masuk ke cafe sampai pesanannya di hidangkan. Bahkan pesanannya masih terlihat utuh belum tersentuh sedikit pun.
Andhra curiga, dia jadi sedikit was-was sekarang. Takut kalau pelanggannya itu memiliki niatan yang tidak baik. Bukankah di jaman sekarang banyak orang yang tidak ragu berbuat nekat?. Jadi dari pada terjadi apa-apa lebih baik dia segera memberitahu bosnya. dlDia segera menyelesaikan pekerjaannya membereskan meja dan segera mencari bos nya.
"Kak.. Kak Arga.." Andhra mencoba berbicara sepelan mungkin agar tidak di dengar orang lain.
Bosnya yang merasa di panggil pun menoleh ke arah Andhra, sambil meletakkan gelas yang sedang di lapnya.
"Kenapa ndhra?"
"Jangan langsung dilihat okey?, kakak lihat ke arah jam 11"
Arga yang masih bingung hanya mengikuti instruksi dari Andhra, dia pura-pura sibuk sebentar, lalu sambil mengelap gelas dia melihat ke arah yang Andhra maksud.
Arga mengernyitkan dahinya, sepertinya dia paham kemana arah pembicaraanya dengan Andhra.
"Orang itu aneh kan? dia sudah hampir satu jam disini, tapi dia belum menyentuh makanannya sama sekali. Cara berpakaiannya juga aneh" Ucap Andhra mencoba memberitahu pendapatnya pada Arga.
"Eoh, kau benar. Orang itu memang terlihat mencurigakan" jawab Arga.
Andhra melihat bosnya itu diam, jadi dia juga ikut diam. Dia tau saat ini bosnya pasti sedang memikirkan hal apa yang harus dilakukan kepada orang aneh itu.
"Kau tunggu dan berjaga disini, aku akan mendatangi orang itu"
Setelah beberapa saat akhirnya bosnya itu memilih untuk mendatangi pelanggan itu, dan Andhra hanya menganggukkan kepalanya paham akan perintah bosnya. Jadi saat ini dia hanya melihat ke arah bosnya yang sudah sampai di depan meja pelanggan itu.
"Maaf tuan, apa ada yang salah dengan pesanan tuan?" ucap Arga dengan senyum ramah, bagaimana pun dia belum tau apa maksud pelanggan ini.
Pelanggan itu tersentak saat sadar ada orang yang sedang berbicara kepadanya. Dia menatap Arga sambil mengedip-ngedipkan matanya bingung, tapi tentu Arga tidak bisa melihatnya karena tertutupi kaca mata hitam.
"Ada yang salah dengan pesanan anda tuan?, maaf bukan maksud saya tidak sopan, tapi saya perhatikan anda tidak menyentuh makanan anda sedari tadi" Ucap Arga lagi masih dengan senyumannya.
"A-ah tidak, tidak ada yang salah!" Jawab pelanggan itu dengan suara yang agak keras karena terkejut dengan pertanyaan Arga tadi.
Suara pelanggan itu bahkan dapat di dengar oleh Andhra yang sedang memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh dengan meja pelanggan itu. Tidak ada yang aneh dengan suara pelanggan itu, tapi dahi Andhra kembali mengernyit dengan sendirinya.
'Ada yang aneh, kenapa suaranya terdengar tidak asing?' batinnya.
Andhra memutuskan untuk mendekat, dia dapat melihat pelanggan itu menjadi bertambah panik saat melihat Andhra yang semakin mendekatinya.
'postur tubuh itu juga tidak asing' batinnya
Sekarang Andhra sudah berada tepat di hadapan pelanggan itu, dari tempat dia berdiri sekarang dia dapat melihat sekilas bayangan mata di balik kaca mata hitam itu.
'tunggu, mata itu..'
Andhra membelalakkan matanya saat sadar siapa pelanggan aneh itu. Lalu dengan kesal di berseru..
"Kau!!, apa yang kau lakukan?!!"
Pelanggan itu terdiam, menelan ludahnya dengan susah payah.
"gulp.. aku ketahuan.." lirihnya dengan suara tertahan.
.
.
.
.
TBC..