Happy Reading!!
.
.
Disinilah Valerry sekarang. Menghabiskan hari minggunya di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari rumahnya. Wanita yang terlahir di musim semi itu tampak lelah dengan mata panda di sekitar kelopak matanya. Meski ia tambak menarik ke dua sudut bibirnya ke atas, tapi raut wajah tak bisa menutupi jika ada sesuatu yang sedang mengganjal di hati wanita yang baru seminggu yang lalu berusia dua puluh lima tahun itu.
Dan desahan panjang yang keluar dari bibir mungil itu seperti mewakili rasa kesalnya pada kejadian yang sedang ia alami pagi tadi.
Beruntung ia memiliki sahabat yang bisa mendengar keluh kesahnya yang nyaris membuat kepala Valerry meledak saat ini juga. Jika tidak, mungkin Valerry bisa gila dan memutuskan untuk melarikan diri.
"Jadi, apalagi sekarang?" tanya Inara. Wanita dengan rambut panjang itu menatap wajah Valerry dengan dahi terlipat. "Apalagi yang paman lakukan kali ini."
Valerry menghembuskan napasnya lelah, "beberapa rentenir datang ke rumah. Mereka mengatakan jika Ayah memiliki hutang yang nilainya luar biasa tinggi."
"Lalu?"
"Jika Ayah tak segera melunasinya, maka rumah kami akan di sita."
Kali ini ekspresi wajah Inara tak kalah terkejutnya dengan berita yang baru saja Valerry berikan. Wanita yang memiliki nama lengkap Inara Francess itu sangat tau jika rumah yang di tempati oleh sahabatnya itu adalah satu-satunya yang sanggup membuat Valerry untuk tetap tinggal di sana. Rumah yang sejak Valerry di lahir kan dan rumah yang di penuhi oleh kenangan-kenangan indah dengan Ibunya dulu.
"Berapa hari mereka memberi waktu?"
Valerry menggeleng dengan helaan napas kasar. Meraup permukaan wajahnya dan mendesis lirih saat ingatannya tertumpu pada dua lelaki berpakaian jas hitam yang mengultimatum dirinya untuk segera melunasi seluruh hutang Ayahnya dalam bulan ini. Yang artinya sisa lima belas hari lagi.
Melihat bagaimana keadaan Valerry saat ini, dan bagaimana hubungan mereka yang terjalin, ternyata tak mampu membuat Inara untuk membantu Valerry dalam finansial keuangan wanita di hadapannya itu.
Jika hanya beberapa uang, mungkin ia masih bisa membantunya. Tapi jika sudah sebanyak itu dan Valerry tak menemukan jalan untuk melunasi seluruh hutang yang kian menumpuk, maka tidak ada jalan lain, selain penyitaan rumah tersebut.
Namun sebelum Inara kembali menyuarakan beberapa ide tentang kerja paruh waktu untuk Valerry, Inara seperti mengingat sesuatu jika ada seorang wanita menawarkan sebuah pekerjaan dengan gaji yang sangat menggairahkan.
"Dua hari yang lalu ada seorang wanita yang usianya sekitar empat puluh tahun yang mencari seorang wanita muda untuk sebuah pekerjaan. Dia mengatakan akan memberi gaji yang sangat tinggi jika wanita itu menyetujui semua syarat yang ada di dalam kontrak." Inara menjabarkan seluruh berita yang ia dengar. "Jika kau berminat, aku bisa membuat janji temu dengannya besok pagi untukmu."
Valerry tak begitu yakin dengan apa yang Inara katakan. Wanita itu tampak ragu dan Valerry mulai mempertanyakan pekerjaan apa yang bisa menghasilkan gaji yang cukup tinggi itu.
"Bukan pekerjaan prostitusi, kan?"
Inara tergelak, "aku tidak akan menjerumuskan mu ke hal-hal yang seperti itu," serunya. Sambil menggeleng geleng kan kepalanya dan terkikik pelan. "Jadi?"
Valerry merenung sejenak, namun saat mengingat waktunya tidak banyak dan ia tidak ingin kehilangan rumah yang di penuhi dengan seluruh kenangan oleh Ibunya, mau tak mau Valerry harus mengangguk setuju jika tak ingin kehilangan harta yang sangat ia jaga itu.
"Baiklah,"
******
Jam sembilan pagi adalah waktu yang Inara tentukan untuk mempertemukan Valerry dengan wanita yang memiliki gaji yang sangat besar untuk sebuah pekerjaan yang belum Valerry dengar sebelumnya. Dengan ragu dan wajah penuh tanda tanya, Valerry melirik Inara sepintas dan mata mereka bertemu sekilas.
"Jadi, siapa diantara kalian berdua yang ingin mengambil pekerjaan ini?" tanya wanita itu dengan lembut. Senyum menawan tak lepas dari wajah wanita yang sudah tidak terlihat muda tapi masih begitu cantik di usianya yang sudah mencapai kepala empat tersebut.
Valerry dan Inara saling pandang, dan dengan keraguan yang terpancar di mata hijau Valerry, wanita musim semi itu akhirnya angkat bicara.
"Pekerjaan seperti apa yang akan saya lakukan?" tanyanya. Pikirannya tidak dalam kondisi baik-baik saja saat mengingat gaji menggiurkan yang Inara katakan tempo hari. "Bukan jenis Porstitusi atau hal-hal negatif lainnya kan?"
Wanita yang duduk di hadapannya itu tersenyum tipis dan menggeleng sekenanya, lalu ia mengeluarkan kertas yang sejak tadi berada di dalam tas hitamnya.
"Bacalah."
Inara mendekati Valerry dan ikut andil untuk membaca isi dari persyaratan di sana. Ke dua wanita muda itu dengan saksama mencerna seluruh kalimat yang tertera di atas kertas tersebut.
Hingga sebuah kalimat terakhir dari isi pekerjaan itu sanggup membuat Inara dan Valerry terhenyak, tak percaya dengan apa isi pekerjaan itu.
Bergidik ngeri, Valerry langsung menaruh kertas persyaratan itu dengan keringat di telapak tangannya. Kemudian ia menatap wanita yang duduk di depannya itu yang masih menampakkan senyum penuh arti.
"Bagaimana mungkin saya bisa melakukannya?" tanya Valerry, "saya bahkan belum menikah, apalagi hamil. Tidak mungkin saya bisa mengeluarkan Asi" serunya. Menggeleng tak percaya. Sedangkan Inara hanya mengangguk seolah membenarkan kalimat yang baru saja Valerry katakan.
"Saya memiliki seorang Dokter ahli yang bisa meningkatkan Hormon Prolaktin dan oksitosin jika kamu sanggup melakukannya."
Valerry menatap Inara dengan alis berkerut. Mencoba untuk berdiskusi bagaimana ia bisa melakukan itu jika dirinya saja tidak pernah menikah atau hamil sebelumnya.
Menyusui?
Gila!!
Valerry masih wanita yang usianya baru menginjak dua puluh lima tahun, dan pekerjaan yang wanita paru bayah itu inginkan adalah menyusui seorang bayi yang baru saja di tinggal mati orang tuanya akibat kecelakaan.
Sulit di percaya. Bagaimana mungkin Valerry bisa melakukan itu.
"Jika kamu tidak bisa melakukannya, saya tidak memaksa." jelasnya, "tapi ini adalah terakhirnya kali saya memberi peluang. Karena setelah ini saya juga harus menemui beberapa wanita yang ingin melakukan pekerjaan dengan gaji menggiurkan seperti ini." senyum wanita itu seperti memancarkan bahwa jika Valerry menolak, masih banyak wanita lainnya yang menunggu untuk diajak bekerja sama. "Selain gaji yang tinggi, kamu bisa menikmati beberapa fasilitas yang akan di berikan."
Inara tercengang melihatnya. Sejurus kemudian ia menatap wajah Valerry yang dipenuhi dengan keraguan. Inara bisa merasakan jika Valerry dalam posisi tak menguntungkan.
Gaji tinggi dengan pekerjaan yang sulit di cerna dengan nalar, tapi jika Valerry menolaknya, maka kesempatan untuk memiliki uang demi membayar seluruh hutang milik ayahnya akan terbuang begitu saja. Maka dengan keteguhan hati, Valerry harus mengambil resiko meski hatinya menolak untuk melakukan ini.
"Bagaimana?"
Menutup mata lalu menghirup napas sebanyak banyaknya, dan sosok wanita yang telah melahirkannya itu muncul dalam benaknya, akhirnya mampu membuat Valerry menganggukkan kepalanya pelan.
"Kapan kita memulai terapinya?"
Dan kesepakatan itu terjadi begitu saja. Menyisahkan keterkejutan yang maha luar biasa untuk Inara jabarkan saat Valerry menandatangani isi kontrak tersebut tanpa ragu.
.
TBC
.
.
Ada tanggapan untuk chap ini?