Chereads / Elegi Cinta Asha / Chapter 14 - Insiden

Chapter 14 - Insiden

Menimbang-nimbang sesaat. Antara kembali ke Ball Room Hotel atau diam-diam mengikuti suami Asha dan wanita itu.

'Apa peduliku dengan lelaki itu dan wanitanya?' batinnya, 'Tapi jika lelaki itu berbuat curang, bakal menyakiti hati Asha. Asha-nya,' batinnya yang lain seolah mengingatkan.

Dan Angga tidak rela membiarkan Asha-nya terluka. Tanpa pikir panjang, dia langsung berbalik dan mengejar mereka sambil tetap menjaga jarak.

Dilihatnya pasangan yang seperti sedang kasmaran itu menaiki lift. Dilihatnya berhenti di lantai 4. 'Dicoba saja!' Dirinya bertaruh. Mencoba peruntungan, siapa tahu bertemu lagi bukan?

Tepat pintu lift terbuka yang mengantarnya ke lantai 4. Dia masih sempat melihat pasangan itu berbelok ke sudut kiri. Dengan hati-hati Angga membuntuti.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah ... tiba-tiba terdengar suara desahan dan kecupan yang memenuhi koridor sepi di depannya. Merapatkan tubuhnya pada dinding. Sejenak ragu untuk mengintip. Dirinya sudah bak penguntit saja!

Saat suara itu tak lagi terdengar, Angga lalu mengintip, sambil memicingkan matanya. Tampak satu kamar terlihat baru ditutup. Dengan cepat Angga berlari dan mengeluarkan telepon genggamnya.

Beruntung Angga terlahir sebagai orang kaya raya, baru kali ini dia merasa kekayaan yang dimilikinya membuatnya berguna dan mampu membeli telepon genggam pertama yang memiliki kamera dengan kualitas VGA yang sudah terbilang canggih pada masa itu. Dan yang tak kalah penting: bisa merekam!

Tunggu dia akan memberi bonus pada salah satu vendor yang baru saja bekerjasama dengannya di bidang teknologi.

Satu menit, dua menit Angga mulai berhitung, 'Berapa lama kiranya buat pasangan yang hendak bercinta melucuti pakaiannya?' Angga ingin memergoki mereka saat bercinta agar Bayu tidak bisa berkelit. Skak Mat!

Merasa tidak punya pengalaman, tanpa pikir panjang Angga langsung mendobrak pintu itu dengan kekuatan penuh satu tendangan, bak Densus 88 yang menyergap teroris!

BRAK!!!

'Sial! Dua menit terlalu lama rupanya!' Saat melihat pemandangan di hadapannya. Bahkan mereka sepertinya sudah mencapai klimaks. Tangannya dengan cekatan langsung merekam adegan as*sila itu.

Bayu yang berada di bawah kukungan wanita jal*ng itu seketika langsung menyingkir dan berteriak menghardik.

"Ngapain Lo di sini?!" tanyanya geram tanpa rasa malu bahwa tubuh polosnya terekspos dan si wanita langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Gue yang tanya, ngapain Lo di sini?!" balas Angga. "Dasar brengs*k!" seraya memberikan dua kali bogem mentah tepat di wajah Bayu. Seketika Bayu pingsan. Dan jal*ngnya berteriak histeris.

***

Diperhatikannya Asha yang duduk sendiri. Ingatannya kembali ke saat di bandara dulu, tiga tahun lalu, dengan warna baju yang sama, tatanan rambut yang sama.

Seakan Asha-nya kembali. Namun dengan rupa yang lebih dewasa, cantik, namun tampak rapuh. Setidaknya itu penilaian Angga.

"Suamimu ke mana, Sha?" tanyanya menguji.

"—" Terkejut, karena Angga tiba-tiba ada di hadapannya. "Tadi ada telepon penting, jadi keluar dulu."

"Oh ya? Dari siapa?"

"Apa pedulimu?" Asha balik bertanya dengan ketus dan memalingkan muka. Ya apa peduli Angga pada dirinya? Dirinya terlalu ikut campur!

"Sebaiknya kau ajukan cerai suamimu!" ujarnya tanpa tedeng aling-aling membuat Asha terbelalak. Saran apa itu?

"Jangan mulai, Ngga!"

"Baiknya kamu liat ini, Sha." Seraya memutar kembali rekaman adegan as*sila Bayu dan jal*ngnya dari telepon genggamnya.

Seketika wajah Asha menegang dan tampak pucat. Bagai tersambar petir. Dirinya merasa pusing dan sekelilingnya berputar, perlahan menjadi gelap gulita.

"Asha!!!" teriak Angga sigap menangkap tubuh Asha yang lunglai. Dia sudah memprediksi reaksi Asha bakal terkejut. Namun dia tidak menyangka Asha yang dia kenal sebagai gadis yang kuat bakal pingsan seperti ini.

'Bodoh! Asha sedang berbadan dua tentu saja tubuhnya menjadi lemah!' rutuknya dalam hati.

***

Nia menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya, seketika menarik Arman suaminya, dan menunjuk ke arah Asha yang kini berada dalam dekapan Angga.

Para tamu yang awalnya tidak menyadari situasi yang terjadi, melihat pasangan pengantin turun dari palaminan dengan tergesa-gesa menjadi heboh.

Yang terdekat dengan Asha dan Angga, sebagian ada yang langsung memberi ruang, yang satu mencoba memberi pertolongan pertama dan yang lain menghubungi ambulance.

Angga terduduk di samping, tangannya terus menggenggam tangan Asha. 'Asha, bertahanlah.' Doanya dalam hati.

***

"Gila Lo, Ngga!!!" maki Nia geram yang langsung ditenangkan oleh Arman. Ketika mereka tiba di rumah sakit terdekat masih mengenakan pakaian pengantin kedua yang berbentuk gaun berwarna merah muda. Rambutnya ditata modern dengan hiasan bunga-bunga mawar senada gaunnya.

"Tenang, Sayang. Sabar."

"Gak bisa! Aku gak bisa tenang, Man! Asha masih belum sadar!" ungkapnya pada suaminya. "Kalo Asha dan bayinya sampai kenapa-napa. Gue gak bakal lepasin Lo, Ngga!" teriaknya seraya menunjuk lelaki di depannya yang tertunduk pasrah.

"Aku cuman lakuin yang seharusnya dari dulu kalian lakuin!" Angga membela diri atas tindakannya.

Saat akan meninggalkan Bayu dan jal*ngnya, dia langsung menelepon Hotel Manager—yang kebetulan salah satu partner bisnisnya, untuk mengamankan bukti rekaman CCTV di kedua ujung koridor, dan 'mengamankan' tamunya di kamar 404 itu, tak lupa juga melaporkan tindakan as*sila Bayu ke polisi.

"Tapi gak gini juga caranya, Ngga!" Nia keberatan.

Sebetulnya gelagat mencurigakan Bayu sudah dari sejak setahun usia pernikahan mereka mulai terendus rekan seprofesi Bayu. Sejak dirinya mulai sering tugas keluar.

Beberapa rekannya yang merupakan kakak kelas Asha ada yang melaporkan bahwa saat suaminya tugas di luar kota pernah memergokinya jalan bersama wanita lain.

Tetapi Asha tidak mempercayai begitu saja, karena tidak ada bukti dan juga Bayu pandai mencari alibi.

Nia pernah menyarankan Asha agar sesekali ikut saat Bayu tugas keluar. Tapi saat itu selalu ditolak dengan alasan dia percaya suaminya tidak akan berani berbuat buruk di luar dan juga kuliahnya yang tidak bisa ditinggal.

Baik Asha dan Nia menutup rapat masalah ini dari Arman—yang kala itu masih berstatus tunangannya Nia, juga mereka tidak menceritakan dugaan perselingkuhan suaminya kepada kedua orangtua Asha. Khawatir dengan kesehatan papanya.

"Salah apa gue sama Lo, Ngga, sampai di hari bahagia gue, Lo rusak kaya gini!" rutuk Nia.

***

Tersadar setelah mendapat hantaman keras dari seorang pria yang tak dikenalnya. Dirinya sudah dalam keadaan terborgol dan mengenakan pakaian. Masih berdenyut nyeri hidungnya ketika dia sentuh.

"Sudah sadar? Silahkan ganti pakaianmu!" ucap salah satu sipir penjara seraya menunjuk tumpukan baju di samping ranjang Bayu.

Bayu mengikuti arah telunjuk sipir tersebut, dan dilihatnya pakaian khusus tahanan.

"Sebentar, sebentar apa salah saya Pak?"

Dengan pandangan melecehkan, "Kurang puas bercinta dengan istri heh?"

Seolah paham apa yang terjadi, Bayu seketika menerjang jeruji besi dan memukul-mukulnya, "Saya ingin didampingi pengacara!"

***