Mobil mewah itu terlihat memasuki perumahan elit dan berhenti di salah satu rumah di sana. Pengemudinya belum beranjak dari dalam mobil, terlihat mengeluarkan telepon genggamnya dan menghubungi seseorang.
"Halo ...," sapa seseorang di seberang telepon.
"Man, di mana Lo?" tanya Angga langsung ke intinya.
"Angga? Ada di rumah. Kenapa?" Arman menyahut.
Kemarin setelah Asha pulang, Angga kembali menghampiri meja Nia dan Arman. Mereka kemudian bertukar nomor kontak. Ketika Angga meminta nomor kontak Asha, mereka berdua beralasan Asha tidak punya telepon genggam.
"Lo keluar deh. Gue di depan niy," sahutnya kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
***
"Wah, Nak Angga. Kapan pulang? Makin ganteng aja kamu, Ngga," sapa seorang wanita paruh baya yang bernama Naya. Mamanya Arman dan Sesil.
"Dua hari lalu Tante. Tante apa kabar?" jawab Angga ramah.
"Ma, undangan buat Angga mana Ma?" tanya Angga, yang kemudian diambilkan oleh Naya.
"Untung kita nyetaknya lebih, ternyata feeling Tante bener, bakal ada tamu istimewa yang dateng. Kudu dateng lho ya," pinta Naya, kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Kita ke kamar gue aja yuk," ajak Arman yang kemudian diikuti Angga.
"—" terlihat Angga menghela nafas. Pandangannya menerawang ke arah foto Nia dan Arman. "Gue gak nyangka Lo bedua bakal merit, padahal dulu Nia sukanya ma gue. Gue sukanya ma Asha. Lo dulu jomblo malah. Sekarang gue malah gagal merit ma Asha."
"Itu namanya jodoh."
"Kenapa gak ada yang kabari gue kalo Asha nikah?" Arman tidak terlihat terkejut dengan pertanyaan Angga. Seolah tahu, bahwa topik itu bakal ditanyakan padanya satu saat nanti.
"Gue bakal kasih tau Lo. Tapi Lo janji. Lo kudu tenang."
"Maksud Lo?"
Armanpun bercerita perihal lelaki yang menurut info dari Nia, selalu mendekati Asha. Bagaimana pada awalnya Asha menolaknya. Kemudian akhirnya menerima lamaran tersebut. Minus cerita soal permintaan orangtua Angga kepada Haryanto, bagian ini akan diketahui Angga kemudian hari.
Perihal undangan pernikahan Asha, Armanpun menceritakan apa adanya. Bagaimana dia yang menjadi perantara Asha untuk memberikan undangannya kepada Angga. Karena yang mengetahui rumah Angga hanya Arman.
Undangan itu diterima langsung oleh Arumi, maminya Angga. Setelah undangan itu diterima, Arman tidak tahu apa yang terjadi kemudian. Hingga Angga kembali ke Indonesia, dan sama sekali tidak mengetahui kabar penting ini.
"Asha nikah bukan karena 'kecelakaan' kan, Man?" selidik Angga. Hatinya tetiba merasa panas.
"Gila Lo! Ya nggaklah! Asha tuh selalu menjaga dirinya bae-bae. Gak mungkin ada yang berani lawan Dan 9!" serunya gemas.
"Jadi mereka nikah karena saling cinta?" Yang diangguki Arman.
"Lo yakin?" Seketika Arman memutar bola matanya jengah.
"Setidaknya yang gue liat siy gitu. Meski kata Nia, Asha sering ditinggal keluar kota."
"Sering?" terlihat Angga mengerutkan keningnya. Ntah kenapa perasaan marah dan cemburu muncul di hatinya. Rasanya tak rela jika Asha-nya ditinggal sering seperti itu oleh suaminya. 'Pernikahan macam apa itu?' batinnya.
***
"Angga! Cukup!!!" Terdengar teriakan histeris dari luar kamar. "Apa-apaan Kamu, Angga?!Pulang-pulang mengamuk seperti ini?!" tanyanya kemudian seraya menghampiri putra keduanya ke dalam kamar. Dilihatnya kamarnya sudah berantakan.
Segala yang ada di sana tumpah ruah berserakan di lantai. Buku-buku, foto, bahkan peralatan elektronik.
"—" masih sambil melempar segala yang ada di kamarnya ke segala arah dan berteriak tidak jelas. "Aaaarghhh!!! ...."
"Kenapa Mi? Kenapa???" tuntut Angga. Matanya memerah begitu pula wajah hingga telinganya.
"Apanya yang kenapa?"
"Jangan pura-pura Mi!"
"Maksud Kamu apa sih?" Arumi mulai ikut emosi.
"Asha .... "
"Oh jadi karena perempuan itu!" suaranya terdengar meninggi.
"Apa salah aku, Mi?" tanya Angga seraya menghempaskan tubuhnya ke lantai.
"Asha menikah. Dia ngundang aku, tapi kenapa Mami gak bilang?" tatapnya tajam.
"Kamu ini! Asha menikah apa hubungannya dengan Kamu?"
"Aku cinta dia Mi! Kami saling cinta."
"Kalau dia cinta Kamu. Gak kan ninggalin Kamu nikah dengan orang lain."
"Aku tanya, kenapa Mami gak bilang kalo Asha mau nikah. Bahkan undangannya gak Mami kasih tau ke aku?"
"Mami gak mau gara-gara undangan itu, kuliah Kamu jadi keganggu, Ngga."
"Setidaknya kalo aku tau. Aku bakal pulang sebentar ke sini."
"Nah itu ..." Maminya menuding. "Mami gak mau Kamu tau, biar Kamu gak pulang. Untuk apa? Mau batalin pernikahan mereka gitu? Gila Kamu Angga! Wanita bukan cuma dia aja!"
"Tapi yang aku cinta cuma dia!"
"Omong kosong! Sekarang dia udah jadi istri orang. Apa bagusnya Asha itu hah?" Seketika itu Angga keluar dari kamarnya. "Heh mau kemana Kamu Angga?! Jangan macem-macem Kamu!!" Seraya mengejarnya.
***
Di tengah hujan lebat, Angga memacu mobilnya cepat. Tujuannya hanya satu. Rumah Asha! Ya dia harus bertemu dengan Asha.
Di depan rumahnya dia hanya memandang ke arah kamar Asha yang berada di lantai dua. Jendela kamarnya tertutup. Hatinya ragu.
Saat hatinya gusar, dia berkendara tak tentu arah, setelah sadar ternyata sudah tiba di depan rumah Asha. Untuk apa dia kemari? Benar kata maminya, Asha sudah jadi istri orang lain.
"Asha! Asha! Asha!" teriaknya kemudian setelah turun dari mobil, melawan suara derasnya hujan. Matanya tertuju ke arah jendela kamar Asha. Berharap Asha mendengarnya.
Tak berapa lama, pintu pagarnya terbuka. Terlihat payung hitam menaungi seseorang. "Pulanglah Nak Angga. Om mohon," ucap Haryanto.
"Aku mau ketemu Asha Om. Tolong ijinkan aku ketemu dia," pintanya. Air matanya turun bersamaan dengan tetesan air hujan.
"Asha sudah menikah, Nak. Dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Om minta, jangan ganggu Asha lagi." Usirnya halus berharap pengertian dari Angga.
"Aku harus mastiin sesuatu Om. Apa Asha betul-betul udah lupain perasaannya ke aku!"
"Pulanglah, Nak. Hujan, nanti Nak Angga sakit. Om mohon ya." Kemudian meninggalkan Angga di sana sendirian di tengah hujan yang makin lebat.
Sementara Asha melihatnya dari balik jendela kamarnya, menggigit bibir bawahnya. Matanya berkaca-kaca. Terlihat menahan emosinya. 'Maafin aku, Ngga.'
***
————————
*Nia My BFF:*
["Angga sakit."]
*Asha My BFF:*
["Apa peduliku?"]
*Nia My BFF:*
["Kata Arman, kemaren dia ke rumah. Trus pulang. Gak tau gue apa lanjutannya. Angga ngaku ke Arman, abis dari rumah Lo ujan-ujan. Kenapa siy Lo bedua? Gue mo nikah bentar lagi woi!"]
*Asha My BFF:*
["Apa hubungannya Lo nikah, ma Angga dan gue coba?"]
*Nia My BFF:*
["Ya Lo kan sahabat gue. Angga sahabat Arman. Gue gak mau Lo bedua ribut kaya gini. Gue pengen berbagi kebahagiaan gue nanti pas nikah."]
*Asha My BFF:*
["Iya gue pasti datang kok. Tenang aja siy. Eh gue cabut dulu ya. Laki gue bentar lagi nyampe. Bye."]
————————
Nia yang mendapat balasan itu hanya bisa menghela nafas. 'Moga gak ada drama dinikahan gue ntar,' doanya penuh harap.
***