Lo tuh kayak bunglon,berubah-ubah
# Gevan Radian Juniarta
Kelabu, sama seperti perasaan saya ke kamu
# Rainata Deviana Senja
Di tempat berbeda… Kantin
"Juara ngegombal" tawa Rain pecah dibuatnya. Dan Gevan hanya bisa terdiam dan mencerna apa yang dikatakan Rain barusan, namun ia tak juga menemukan jawabannya
"Cantik gue gak paham" ungkap Gevan jujur
"Gak paham apa?" tanya Rain bingung
"Gue gak paham sama lo"
"Kenapa sama saya?"
"Lo aneh Cantik"
"Aneh apanya Gevan?" tanya Rain semakin bingung
"Kenapa lo berubah-ubah? jangan buat gue bingung Cantik"
"Berubah-ubah apanya? saya tidak berubah. Saya tetap saya, Rainata" jawab Rain
"Ya bukan itu maksud gue"
"Terus?"
"Lurus, nabrak!" jawab Gevan kesal
"Hah? Maksudnya Gevan?"
"Lupakan!" ungkap Gevan murung
"Kenapa Gevan? Apa saya punya salah dengan Gevan? "
"Tidak Cantik"
"Lalu?"
"Tidak Cantik, lupakan saja"
"Baiklah Gevan"
"Gih abisin mie ayamnya, setelah itu kita ke kelas. Bel masuk sebentar lagi bunyi" peringat Gevan
"Siap Komandan" jawab Rain membentuk tanda hormat di samping dahinya
"Cantik…"
"Hm" jawab Rain berdeham sambil mengunyah mie ayamnya
"Apa lo pernah lihat bunglon?"
"Belum"
"Apa lo tahu bunglon itu mempunyai sifat istimewa? "
"Tahu" jawab Rain singkat
"Apa?"
"Mimikri kan?"
"Apa lo tahu apa itu mimikri?"
"Tahu"
"Apa?"
"Tingkah laku hewan yang mengubah warna kulitnya sesuai dengan tempat dimana mereka berada"
"Lo tahu hewan apa yang terkenal memiliki sifat mimikri?"
"Tahu"
"Apa?"
"Bunglon"
"Iya Bunglon, sama kaya lo Cantik"
"Hah? kok kaya aku? kamu samain aku kaya Bunglon?" tanya Rain semakin bingung
"Bukan"
"Terus?"
"Bunglon memiliki sifat berubah-ubah, sama kaya lo. Lo juga suka berubah-ubah dan buat gue bingung"
Rain terdiam mencerna ucapan Gevan dan ia masih bertanya-tanya apa yang ia perbuat hingga membuat Gevan bingung
"Saya minta maaf sudah membuat Gevan bingung, tapi saya tidak bermaksud demikian" ungkap Rain menundukkan wajahnya
"Gak usah minta maaf Cantik, apapun kesalahan yang lo perbuat gue akan selalu memaafkan lo, apapun itu"
"Kenapa kamu sangat baik dengan saya?"
"Karena lo orang baik Cantik"
"Apa hubungannya?" tanya Rain bingung
"Orang baik akan selalu diperlakukan dengan baik Cantik, dan gue akan selalu memperlakukan lo dengan baik"
"Terimakasih Gevan"
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa lo selalu bilang terimakasih? Apa lo gak bosen bilang terimakasih terus?"
"Enggak"
"Kenapa?"
"Karena hanya itu yang bisa saya ucapkan sebagai tanda terimakasih saya. Saya bersyukur punya teman sebaik Gevan, Gevan kamu sangat mirip dengan Arkan dari segi manapun"
"Gue rela kalau harus menjadi bayang-bayang Arkan, demi lo Cantik. Tapi lo harus janji, lo akan sembuh, lo gaboleh sakit. Bidadari gue kuat"
"Saya tidak bisa berjanji Gevan"
"Kenapa?"
"Karena bu dokter pun tidak pernah berani menjanjikan kesembuhan saya"
"Kenapa gitu? Bukannya bu dokter harusnya memberikan lo semangat untuk sembuh?"
"Tapi saya tidak peduli Gevan"
"Kalau bukan diri lo siapa lagi yang lo suruh untuk peduliin diri lo?"
"Bukan itu maksud saya Gevan"
"Lalu apa?"
"Saya lebih suka beliau jujur dengan mengatakan apa yang sebenarnya, daripada beliau membohongi saya dengan mengatakan saya bisa sembuh, namun nyatanya itu hanya ilusi semata"
"Bidadari gue kuat, jangan nangis" ucap Gevan menghapus air mata di pipi Rain
"Namun itu kenyataannya Gevan. Saya tidak bisa sembuh, sekuat apapun saya, saya tetap sakit"
"Kalau boleh gue tahu, lo sakit apa Cantik?"
"Belum saatnya untuk kamu mengetahui semuanya Gevan, maaf tapi saya membutuhkan waktu"
"Oke Cantik, gue ngerti. Semangat ya Cantik, gue tahu lo perempuan yang kuat, gue tahu lo gak akan nyerah sama keadaan lo yang kaya gini. Inget lo punya gue, gue akan selalu ada kapanpun lo butuh gue"
"Terimakasih Gevan, kenapa tuhan kirimkan laki-laki sebaik kamu ke hidup saya?"
"Semua sudah Tuhan yang mengatur Cantik, kita gak perlu tanya kenapa"
"Saya tahu Gevan, andai saja…"
"Kenapa?"
"Andai saja saya bisa mencintai Gevan sama seperti saya mencintai Arkan, pasti semua akan menjadi sempurna"
"Nyatanya lo gak bisa mencintai dua laki-laki sekaligus Cantik, gue gak maksa lo buat lupain Arkan, tapi gue sarankan lo harus bisa berdamai dengan masa lalu lo Cantik. Semua demi lo, lo gak bisa hidup terus dengan bayang-bayang Arkan, yang pergi entah kemana. Disini ada gue, apa lo gak bisa lihat sedikit saja ke gue? "
"Saya tidak tahu Gevan, perasaan saya masih kelabu"
"Semua memang butuh waktu Cantik, tapi satu yang harus lo tahu…"
"Apa itu Gevan?"
"Gue mencintai lo lebih dari apapun, lebih dari gue mencintai diri gue sendiri"
"Kenapa? Ada banyak perempuan diluar sana, kenapa harus saya?"
"Karena hati gue milihnya lo Cantik"
"Tapi saya belum bisa melupakan Arkan, Gevan"
"Jangan dilupakan, semakin lo berusaha melupakan maka lo akan semakin mengingatnya. Yang harus lo lakukan adalah mengikhlaskannya Cantik"
"Saya akan coba Gevan"
"Cintai diri lo Cantik dengan cara ini, semua milik lo pada akhirnya akan kembali lagi pada lo Cantik. Sama halnya dengan Arkan, jika dia adalah takdir lo suatu saat nanti dia juga akan kembali lagi ke lo, dan gue… gue dengan senang hati akan mengikhlaskan lo bersamanya"
"Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan Gevan?"
"Gue gak minta balasan apapun Cantik, sama seperti hujan yang tidak meminta balasan apapun kepada bumi"
"Apa Gevan suka hujan? "
"Suka, sangat suka" jawab Gevan tersenyum manis
Senyuman itu lagi, senyuman yang mengingatkannya dengan sosok Arkan, lagi dan lagi.
"Apa yang Gevan sukai dari hujan?"
"Hujan itu membawa kesejukan, dan menciptakan kehidupan"
"Sejak kapan Gevan menyukai hujan?"
"Sejak gue tahu, perempuan yang gue cintai juga memiliki nama yang identik dengan Hujan itu sendiri"
"Oh ya? Memangnya siapa dia?
"Dia perempuan yang sangat gue cintai, kami begitu dekat. Namun dia, dia mencintai orang lain"
"Gevan yang sabar ya…suatu hari nanti dia pasti bisa mencintai Gevan"
"Mungkin saja, namun kecil peluangnya hanya 0,001 Cantik"
"Namanya siapa Gevan?"
"Lo gak perlu tahu" jawab Gevan tegas
Rain tertegun dibuatnya, ia hanya terdiam dan berkata,
"Baiklah Gevan, jika saya tidak boleh tahu tidak apa-apa. Jika nanti Gevan ingin cerita, cerita saja dengan saya langsung"
"Oke" jawab Gevan singkat
Rain terdiam, kenapa Gevan tiba-tiba berubah drastis. Dan Rain tidak ingin ambil pusing akan hal itu.
Jauh dalam hati Gevan ia meneriaki nama Rain. Lo Rain lo yang gue suka, hanya lo dan selamanya akan demikian.
"Gevan, saya sudah selesai makan. Apa Gevan sudah?"
"Tunggu sebentar Cantik, gue bayar dulu"
"Nih uangnya" ucap Rain menyodorkan uang 20 ribuan
"Gak usah Cantik, hari ini gue yang traktir" jawab Gevan singkat lalu melengos pergi dari hadapan Rain
Rain masih terdiam di tempat duduknya menunggu kedatangan Gevan yang tak muncul-muncul batang hidungnya
10 menit kemudian….
Tringggg Tringgg Tringgg bel berbunyi nyaring menandakan waktu istirahat telah berakhir…
"Yuk Cantik kita ke kelas" ajak Gevan yang tiba -tiba muncul dihadapan Rain dan ia mengulurkan tangannya
Rain menerima uluran tangan tersebut dan langsung berdiri
Mereka berjalan bersisian dan ketika Rain ingin melepaskan tangannya dari tangan Gevan, Gevan berkata,
"Gak usah dilepas!"
"Kenapa?"
"Bidadari harus di pegangin, supaya gak hilang"
Ketika itu juga pipi Rain merona karena malu, dengan segera ia menundukkan wajahnya dan tetap berjalan bersisian dengan Gevan. Dengan tangan mereka yang masih tertatut hingga menuju koridor tempat kelas mereka berada