Chereads / Rainata / Chapter 20 - 19. Baikan

Chapter 20 - 19. Baikan

Dengan segera Gevan meminggirkan mobilnya di sisi jalan raya ia ingin berhenti menyetir sebentar, ia ingin tahu apa yang membuat Rainnya menangis sampai seperti ini. Apakah Rain masih ketakutan dengan kejadian barusan ia membentak Rain?

Atau ada hal lain yang Rain pikirkan hingga membuatnya ingin menangis? Tapi apa? Gevan pun tak tahu jawabannya…

Satu detik….

Dua detik….

Tiga detik….

Empat detik….

Lima detik….

Hening

"Cantik?" Gevan membuka suara kembali

Hening

"Cantik lo kenapa?" ucap Gevan pelan

Hening

"Kenapa sih? kok diem aja?" tanya Gevan lagi

Hening

"Gue serasa ngomong sama cermin deh ini" racau Gevan

Hening

Rain menunduk, tak menoleh sedikitpun

"Heiii" Gevan menepuk pundak Rain pelan

Rain menoleh kearah Gevan dengan mata yang mulai berkaca-kaca

"Heii… kenapa?" tanya Gevan panik

Rain hanya menggeleng sebagai jawaban

"Cantik lo kenapa sih? coba cerita sama gue!" tanya Gevan setengah memaksa

"Gak ada Gevan, saya Gak ada kenapa - kenapa" jawab Rain sedikit terbata - bata

"Beneran?" tanya Gevan memastikan

"Beneran Gevan" jawab Rain cepat tak ingin ketahuan

"Tapi gue tahu lo bohong"

Deg

"Enggak kok Ge" jawab Rain mengelak

"Semakin lo ngelak semakin gue tahu kalau lo itu lagi bohong"

"Oke Ge saya memang bohong" jawab Rain mengakui

Gevan hanya berdeham sebagai jawaban

Hening

"Jadi lo kenapa nangis?" tanya Gevan pelan

"Saya keinget sama Arkan"

"Kenapa sama Arkan?"

"Saya boleh cerita?"

"Memangnya siapa yang tidak memperbolehkan?"

"Makasih Gevan"

"Lo belum cerita, kenapa udah bilang makasih aja?"

"Makasih udah mau dengerin saya"

"Sama - sama Cantik, itulah gunanya teman"

"Saya kangen sama Arkan, Ge"

"Enak ya jadi Arkan…"

"Maksudnya?"

"Ya…Enak jadi Arkan selalu dikangenin sama lo"

Hening

"Lagian tu bocah kemana sih? kok pergi gak balik - balik" Gevan menggerutu kesal

"Ya mana saya tahu Gevan, kalau saya tahu udah saya ajak balik kali"

"Balik sama gue aja gimana?"

"Hah? Maksudnya balik gimana?"

"Lah? Tadi lo bilang balik - balik tu maksudnya balik apaan?"

"Balik kesini, disisi saya"

"Nah itu, gue juga maksudnya itu"

"Ish Gevan … kamu kok gak nyambung sih?"

"Maaf maaf Cantik, gue lagi gak konsen nih"

"Yuk turun"

"Hah?"

"Kata kamu, kamu lagi gak konsen.. ya udah ayo turun"

"Ngapain turun?"

"Ke minimarket beli aqua, buat kamu! Supaya konsentrasinya ningkat"

"Gak perlu Cantik" jawab Gevan sambil berdeham

"Lalu perlunya apa?" tanya Rain bingung

"Lo!"

"Kok saya?"

"Iya.. Lo! Gue perlunya lo"

"Kenapa saya?"

"Karena lo Cantik!"

"Tuhkan makin gak nyambung aja nih kamu Gevan"

"Yaudah balik ke topik. Kenapa sama Arkan?"

"Gak ada kenapa - kenapa Gevan… saya cuma kangen aja sama Arkan… gimana ya dia sekarang?"

"Positif thinking aja… Arkan lo pasti baik - baik aja, dan dia juga pasti kangen sama lo tentunya"

"Apa benar begitu Gevan?"

"Kan gue udah bilang positif thinking aja, semoga aja semua seperti yang gue bilang"

"Apa mungkin Arkan juga kangen saya?"

"Mungkin saja, di dunia ini gak ada yang gak mungkin"

"Apa Arkan akan kembali lagi kesini Gevan?"

"Kalau soal itu gue juga gak tahu Cantik… tapi kita berdoa saja ya semoga Arkan akan kembali lagi ke lo"

"Kalau Arkan kembali…Gevan tetap jadi sahabat saya kan?"

"Iya… gue tetap jadi sahabat lo"

"Makasih Gevan... Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik"

"Sama-sama Cantik… orang baik akan selalu dikelilingi oleh orang yang baik juga"

"Gevan" panggil Rain

"Kenapa?"

"Gevan jangan pernah tinggalin saya ya?"

"Iya gue gak akan tinggalin lo Cantik"

"Saya takut Gevan tinggalin saya seperti Arkan tinggalin saya dulu sampai sekarang"

"Gak akan" jawab Gevan menenangkan

Hening

"Sekarang gue boleh minta sesuatu?" tanya Gevan pelan

"Boleh Gevan, Gevan mau minta apa?"

"Jangan nangis!"

"Kenapa? Saya gak nangis Gevan"

"Iya gue tahu, sekarang lo memang lagi gak nangis"

"Lalu?"

"Jangan pernah nangis di hadapan gue! Gue gak suka!"

"Kenapa Gevan?"

"Kalau lo nangis, gue ngerasa gagal jagain lo Cantik"

"Kenapa gitu?"

"Ya gitu, pokoknya jangan nangis ya Cantik… lo jelek kalau nangis!"

"Berarti kalau gak nangis saya Cantik dong?" tanya Rain polos

"Iya lo Cantik kalau gak nangis, sangat Cantik!" jawab Gevan jujur

Rain tersipu malu dibuatnya. Kenapa Gevan selalu bisa saja membuatnya merona merah di pipinya. Kenapa Gevan selalu pandai menggombalinya seperti ini. Dan kenapa Rain sangat suka jika tingkah Gevan seperti ini? Apakah Rain sedang jatuh cinta? Tapi dengan siapa? Mungkin kah Rain jatuh cinta kepada Gevan? Tidak! Tidak mungkin. Yang ia tahu bahwa dirinya hanya telah jatuh cinta kepada Arkan saja, tidak dengan orang lain… tapi perasaan apa ini kenapa begitu tak asing?

"Hehh Cantik? Lo kenapa? Kok bengong sih? Mikirin gue ya?"

"Hahh?!!! Eh enggak kok!"

"Yakin nih? Gak lagi mikirin gue?"

"Yakin!"

"Kok pipinya merah gitu kayak tomat?" tanya Gevan polos

Blushhh…

Rain terdiam dan merutuki kebodohannya

"Enggak kok saya tidak sedang memikirkan Gevan kok"

"Lalu?"

"Saya lagi mikirin Arkan"

"Kenapa sama tuh bocah?"

"Saya kangen dia Gevan… kapan ya dia balik kesini?"

"Gue gak tahu Cantik" jawab Gevan menyerah

"Saya yang akan cari tahu sendiri Gevan"

"Caranya?"

"Tidak ada tanda-tanda Gevan, saya juga bingung"

"Yaudah doain aja supaya Arkan - lo itu inget sama lo dan balik lagi kesini dalam waktu yang dekat"

"Iya Gevan" jawab Rain pasrah

Hening

"Gevan kita gak pulang?" tanya Rain baru menyadari bahwa Gevan sedari tadi meminggirkan mobilnya, ia baru menyadari bahwa mereka berhenti di pinggir jalan

"Lah dari tadi lo gak sadar kalau kita berhenti?"

"Enggak Gevan… saya gak sadar kalau kita berhenti di pinggir jalan"

"Lah itu dah lo… kerjaannya melamun melulu.. perasaan dari tadi banget ini mobil berhenti dan lo baru sadar kalau kita gak gerak"

"Maaf Gevan saya terlalu asyik dengan pikiran saya hingga saya lupa akan hal di sekeliling saya"

"Oke dimaafin kok" jawab Gevan santai

"Makasih Gevan"

"Sama - sama Cantik"

Hening

"Gevan?"

"Iya?"

"Saya lapar, yuk kita pulang" ajak Rain malu-malu

"Pulang atau mampir ke rumah makan dulu?"

"Pulang aja Gevan"

"Yakin?"

"Iya Gevan"

"Ke rumah makan aja gimana?"

"Ishhh Gevan nih barusan kamu yang nanya, sekarang udah dijawab malah memutuskan sendiri.. gimana sih?" jawab Rain sedikit menggerutu kesal

"Oke .. okee… jadi gimana jadinya?"

"Terserah Gevan aja" jawab Rain kesal

"Terserah itu bukan jawaban Cantik"

"Iya terserah Gevan saja, saya ngikut apa keputusan Gevan saja"

"Gue pengennya ke rumah makan, apa lo setuju?"

"Saya setuju - setuju saja kok, tapi saya gak mau di bayarin"

"Terus mau bayar sendiri - sendiri gitu?"

"Iya"

"Gak bisa! Hari ini gue yang traktir" keukeuh Gevan

"Ish gamau! Kalau gitu pulang aja!" jawab Rain kesal

"Kali ini aja Cantik… gue yang bayarin.. gak enak cewek sama cowok makan bareng masak bayarnya sendiri - sendiri sih?"

"Oke kali ini aja ya?" tanya Rain memastikan

"Iya Cantik kali ini aja" jawab Gevan memastikan

"Dimana rumah makannya?" tanya Rain

"Lurus lagi dikit aja kok" jawab Gevan

"Hayo kita berangkat" ajak Rain