Chereads / Rainata / Chapter 21 - 20. Restoran

Chapter 21 - 20. Restoran

"Hayo kita berangkat" ajak Rain

"Hayo" jawab Gevan antusias

Dengan segera Gevan melajukan mobilnya menuju rumah makan yang akan mereka datangi kali ini

10 Menit kemudian

Mereka sampai di rumah makan Taliwang Bali yang berada di Grand Indonesia Mall

Keduanya turun dari mobil dan memasuki rumah makan Taliwang Bali

Sesampainya di meja makan mereka duduk berhadapan

Saling memandang…

"Cantik lo mau makan apa?"

"Apa aja terserah"

"Terserah itu bukan jawaban Cantik"

"Lalu?"

"Nih sini liat menunya enak-enak tinggal tunjuk aja kan" jawab Gevan santai

"Mana coba lihat?" jawab Rain seadanya

"Nih" ucap Gevan menyodorkan buku menu

Rain mengambilnya dan membaca sekilas, lalu ia menyebutkan menu yang membuatnya sangat penasaran dengan masakan tersebut,

"Saya mau pesan Nasi Ayam Sasak dan Es Kuwut Alpukat, kalau Gevan mau pesan apa?" tanya Rain melirik kearah Gevan

"Gue?... Hm apa ya? Gue juga bingung" jawab Gevan menoleh sembari berpikir, sangat jelas terlihat bahwa dia sedang berpikir dan sedikit kebingungan

"Gue Nasi Ayam Betutu dan Iced Kopi Bali Kintamani aja deh kalau gitu" jawab Gevan memutuskan

"Oke kalau gitu Gevan yang pesan atau saya saja?" tanya Rain mengajukan diri

"Gue aja" Gevan menjawab seadanya. Ia berdiri dari tempat ia duduk lalu menuju ke tempat pemesanan

Sesampainya di tempat kasir, Gevan membuka suara dengan ramah

"Mbak saya mau pesan Nasi Ayam Sasaknya 1 porsi , Nasi Ayam Betutunya 1 porsi, Es Kuwut Alpukat 1 porsi, dan Iced Kopi Bali Kintamani 1 porsi Mbak"

"Itu saja? Apakah ada lagi?" tanya Mbak tersebut ramah

"Untuk sementara itu saja mbak" jawab Gevan dengan pelan dan ramah

"Totalnya Rp 198.000,00 Mas" ucap Mbak penjaga kasir tersebut

"Oke Mbak" jawab Gevan ramah, dengan segera Gevan merogoh dompet di kantong celananya dan membayar tagihannya dengan mengambil 2 lembar uang seratus ribuan

"Ini Mbak" ucap Gevan menyerahkan 2 lembar uang seratus ribuan

"Ini kembaliannya Mas, bisa ditunggu pesanannya di meja pelanggan ya Mas" jawab Mbak tersebut dengan ramah

"Baik Mbak" jawab Gevan ramah lalu berbalik menuju meja tempat Rainnya duduk

Gevan berjalan dengan tergesa-gesa menuju tempat Rain duduk

Sesampainya di meja tempat Rain duduk, Gevam mendudukkan bokongnya dengan mulus di kursi tersebut

"Hai Cantik"

Rain menunduk dan tidak menoleh sedikit pun, ia mengira bahwa itu bukan Gevan, ia mengira itu adalah cowok genit yang menggodanya

"Heiii Cantik kok gak noleh sih dipanggil-panggil"

Hening tak ada jawaban

"Cantik ini gue Gevan" ucap Gevan pelan

Rain menoleh dan menegakkan kepalanya menemukan Gevan sudah berada di depannya duduk dan terseyum manis. Rain membuka suara

"Oh kamu Ge, saya kira siapa" ucap Rain lega bahwasannya ternyata itu Gevan bukan orang lain

"Emangnya lo kira siapa?"

"Orang lain. Bukan kamu Ge"

"Kok lo bisa ngiranya gitu"

"Suara kamu"

"Ada apa dengan suara gue? Ada yang salah?"

"Suara kamu beda, gak seperti Gevan yang saya kenal"

"Emang gimana sih suara gue?"

"Kayak Om om mesum yang ngegodain anak SMA" jawab Rain sambil tertawa

"Wah seriusan? Berarti gue ada bakat dong"

"Hah bakat? Bakat apaan?" tanya Rain bingung

"Bakat ngegodain Lo lah! Bakat apa lagi?" tanya Gevan menaik turunkan alisnya sambil tersenyum. Bukan apa - apa pasalnya baru kali ini ia melihat Rain tertawa selepas itu di depannya, ada rasa bahagia tersendiri di hatinya bisa membuat Rain tertawa seperti itu. Dari cara Rain tertawa ia sudah tahu bahwa Rain sangat kesepian, tawanya penuh dengan luka yang mendalam dan cara Rain tertawa sangat berbeda sangat terlihat bahwa Rainnya begitu kesepian tidak punya teman dan tidak mempercayai orang - orang di sekitarnya. Mungkinkah ini semua karena ketidak hadiran Arkan di sisi Rain? Jika benar ini semua karena Arkan, maka Gevan rela menjadi bayang - bayang Arkan dan selalu menemani Rain di setiap nafasnya agar Rainnya ini tidak kesepian lagi

"Ih kok bakat ngegodain saya sih?" jawab Rain tersipu malu, pipinya sudah mulai merona

"Terus ngegodain siapa dong?"

"Siapa saja yang penting bukan saya" jawab Rain pelan

"Hm Oke lah" jawab Gevan santai

"Tapi tadi beneran loh Ge itu kayak bukan suara kamu tahu, makanya saya gak noleh" jawab Rain kembali tertawa

"Masa sih? padahal suara gue biasa aja loh gue emang niat manggilin lo tapi gue bingung lo malah gak noleh"

"Iya saya gak noleh karena saya pikir itu bukan Gevan. Soalnya Gevan tiba - tiba duduk di depan saya terus manggilnya beda banget"

"Beda gimana sih sayang? Perasaan gue emang selalu manggil lo dengan sebutan Cantik deh"

"Iya Gevan, kamu emang selalu manggil saya dengan sebutan Cantik tapi yang tadi itu beda kayak mau ngegodain gitu genit banget sih"

"Engga Cantik, gue gak genit sama sekali"

"Genit pokoknya titik"

"Enggak sayang"

"Iiiii Gevan jangan panggil sayang malu tahu"

"Loh kok malu? Kenapa? "

"Malu aja, pokoknya jangan panggil sayang"

"Bilang dulu alasannya kenapa gak boleh panggil sayang?"

"Kan kita gak pacaran Gevan, jadi jangan panggil sayang deh"

"Oh jadi lo mau kita pacaran? Biar gue boleh manggil lo sayang?"

"Ihh yaampun bukan gitu maksud saya Gevan" ucap Rain malu, dengan segera ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya

"Terus maksudnya gimana Cantik?" tanya Gevan semakin gencar menggoda Rain

"Gevan bisa gak sih gak buat saya malu gini? Saya malu tahu kalau di goda - godain kayak gitu

"Salah siapa yang dikit - dikit tersipu malu terus, gue jadi penasaran apakah lo menyimpan perasaan khusus ke gue kok rasanya tiap gue godain lo selalu blushing gini" ucap Gevan bercanda. Entah karena apa ia selalu senang sekali jika sudah menggoda Rain seperti ini, rasanya ada rasa puas tersendiri ketika sudah membuat Rainnya merona merah karena malu hingga blushing seperti ini

"Bukan gitu Gevan.. pokoknya jangan panggil saya dengan sebutan sayang"

"Bilang dulu alasannya kenapa gue gak boleh panggil lo dengan sebutan sayang"

"Karena kita gak pacaran Gevan" jawab Rain polos

"Yaudah kalau gitu ayo kita pacaran. Biar gue boleh panggil lo sayang"

"Ihhh Gevan gak mau"

"Kenapa gak mau?"

"Ya gak mau aja pokoknya"

"Tapi gue-nya mau Cantik"

"Jangan Gevan, saya masih belum bisa lupain Arkan"

"Arkan lagi Arkan lagi… sepertinya isi kepala lo cuma Arkan Arkan Arkan dan Arkan saja"

"Gevan marah?" tanya Rain polos dengan senyum yang sudah hampir menghilang, ia tak menyangka bahwa respon Gevan akan seperti ini

"Gue gak ada hak buat marah! Seperti kata lo kan kita gak pacaran, gue cuma sahabat lo! Gak lebih! Jadi gue gak ada hak buat marah ke lo kalau isi kepala lo cuma Arkan aja. Tapi nantinya gue berharap ada sedikit ruang buat gue ada di hati lo sebagai Gevan, bukan sebagai bayang - bayang Arkan lagi" ucap Gevan panjang lebar

Hening

Rain tak bisa berkata apa - apa. ia sama sekali tidak bisa menjawab ucapan Gevan barusan