Chereads / Rainata / Chapter 16 - 15. Es Krim

Chapter 16 - 15. Es Krim

Tidak ada yang tahu jawabannya, jadi tunggu saja

# Rainata Deviana Senja

Remuk… dalam hatinya Gevan sangat hancur ketika ia harus memilih berhenti berjuang ketika belum mencoba sekalipun.

Gevan terdiam ia mencari-cari topik untuk dibicarakan namun tak kunjung menemukannya,ketika itu tetap saja Rain sama sekali tidak meresponnya, Rain terdiam sambil mengalihkan wajahnya kearah samping menatap jalanan yang dilewatinya

Gevan terus menatap kedepan kejalan raya yang dilaluinya, waktu terasa lama, tak bergerak, seperti berhenti saat itu juga, kecanggungan menghampiri keduanya, namun sama sekali tidak ada yang mencoba membuka pembicaraan

Hening

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik…

Empat detik…

Lima detik…

Kecanggungan semakin menyelimuti keduanya, tak ada satupun yang berniat membuka suara barang satu patah katapun

Hening

Hingga Rain menoleh kearah Gevan dan mulai membuka suara,

"Gevan"

"Ya Cantik?"

"Saya mau tanya,"

"Tanya apa Cantik? Tanya saja"

"Apa saya salah masih berharap Arkan kembali?"

"Salah"

"Kenapa salah sih Ge? Apa sebegitu salahnya jika saya masih menyayaginya?"

"Lo gak salah sayang sama dia, bahkan lo cinta matipun sama dia lo gak salah, tapi letak kesalahan lo adalah lo berharap ke suatu hal yang tidak pasti"

"Maksudnya Gevan?

"Lo sayang kan sama Arkan?"

"Iya Gevan"

"Sayang banget apa Sayang aja?"

"Sayang banget"

"Lo cinta kan sama Arkan?"

"Iya Gevan"

"Cinta banget apa Cinta aja?"

"Cinta banget"

"Arkan siapanya elo?"

"Sahabat sekaligus kakak, tapi saya menyayanginya dan mencintainya layaknya kekasih"

"Kalian berdua pacaran?"

"Enggak"

"Kenapa enggak?"

"Saya takut"

"Takut kenapa?"

"Takut kalau saya pacaran sama dia, ketika putus nanti saya akan kehilangan dia sebagai kekasih dan sebagai sahabat, saya gak siap akan hal itu"

"Ini salah lo"

"Kok salah saya?"

"Lo terlalu jauh mikirnya, lo belum coba, lo gak akan tahu hasilnya"

"Terus sekarang saya harus bagaimana Gevan?" tanya Rain dengan murung

"Semua sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur, gak ada yang bisa dirubah"

"Iya Gevan" jawab Rain dengan raut wajah sedihnya

"Apa lo tahu sekarang Arkan ada dimana?"

"Tidak Gevan, saya tidak tahu"

"Itu juga salah lo"

"Kenapa salah saya?"

"Lo berharap ke suatu hal yang gak pasti, bahkan lo sendiripun gak tahu kan dia ada dimana, kapan dia balik kesini?, bahkan lo gak tahu dia akan balik kesini lagi atau enggak."

"Lalu saya harus apa Gevan?"

"Berhenti mengharapkan dia, lo jangan buang-buang tenaga lo dengan percuma"

"Apa saya bisa melupakannya?"

"Jangan dilupakan Cantik"

"Lalu?"

"Ikhlasin dia. Karena semakin lo berusaha melupakannya maka akan semakin banyak lo ingat tentang dia"

"Saya sama dia sudah dari kecil Gevan, pasti akan sulit saya mengikhlaskannya seperti itu. Lagian saya tahu dia hanya pergi dari hidup saya, bukan pergi dari dunia ini. Jadi apa sebegitu harusnya saya mengikhlaskannya?"

"Semua ada di lo Cantik, semua terserah lo. Saran gue berhenti jadi bodoh"

"Saya gak bodoh Gevan"

"Terlalu sering mengikuti kata hati dan tidak pernah pakai logika itu bisa dikategorikan bodoh Cantik"

"Saya bingung Gevan"

"Bingung kenapa Cantik?"

"Apa semuanya bisa secepat itu? Arkan sudah bagaikan setengah dari Jiwa dihidup saya, tanpa dia saya merasa setengah jiwa saya hilang dan yang tersisa disini hanya Raga saya, saya seperti sudah kehilangan akal saya seperti sudah kehilangan arah. Saya tidak punya penopang lagi, selama ini hanya dia yang menjadi penopang hidup saya. Disaat dia pergi 3 Tahun lalu saya kosong Gevan, saya hancur, saya sakit, saya ingin berteriak, saya ingin menangis, saya ingin mengamuk tapi saya tidak tahu kesiapa saya harus melampiaskannya. Saya hanya punya dia, satu satunya hidup saya dan bahkan satu-satunya yang saya punya juga direnggut tak bersisa. Saya sakit saya butuh dia, mungkin hanya dengan kehadirannya saya mampu untuk sembuh kembali. Tapi bahkan saya tidak berani berharap untuk sembuh, bahkan Dokterpun tidak pernah menjanjikan saya untuk sembuh Gevan" ungkap Rain panjang lebar hingga meneteskan air matanya kembali

Gevan yang melihat itu merasa bersalah, ia sudah membuat Rainnya menangis hingga seperti itu

"Gue minta maaf Cantik"

"Enggak, Gevan gak salah"

"Gue salah Cantik, maaf"

"Gevan bisa berhentikan mobilnya sebentar?"

"Bisa, lo mau apa Cantik?"

"Saya mau beli Es krim"

"Oke, lo tunggu sini biar gue yang masuk ke Minimarket itu"

Gevan meminggirkan mobilnya dipinggir jalan dan berhenti tepat di depan sebuah Minimarket

"Gak usah Gevan, saya bisa sendiri"

"Mata lo bengkak, mending lo tunggu sini, biar gue yang belikan"

"Terimakasih Gevan"

"Sama-sama Cantik, lo kaya gini juga karena gue yang terlalu maksa lo untuk berhenti mikirin tentang Arkan, gue minta maaf Cantik, mungkin semua memang butuh waktu, lo yang sabar ya. Gue tahu lo kuat Cantik"

"Terimakasih Gevan"

"Gak usah terimakasih terus, gue gak lakuin apa-apa. Sampai kapanpun Gue yang akan menggantikan peran Arkan dulu, gue yang akan menjaga lo semampu gue, gue yang akan menopang hidup lo, gue akan selalu ada di hidup lo, gue akan menyayangi lo bahkan lebih dari Arkan menyayangi lo, mulai sekarang lo gak akan ngerasa sendirian lagi gak akan merasa kesepian lagi. Lo kuat Cantik, jangan nangis lagi ya.."

"Terimakasih Gevan"

"Berhenti ngucapin Terimakasih Cantik, apa lo gak punya kata-kata lain?" tanya Gevan sambil tersenyum singkat

Deg

Senyum itu lagi…

Arkan saya kangen, kamu ada dimana? Tanya Rain dalam hatinya

"Heh jangan melamun Cantik" ucap Gevan sambil menepuk pundak Rain pelan

"Eh… iya Gevan, kamu jadi mau keluar belikan Es krimnya atau saya aja yang kesana?"

"Gue aja, lo tunggu sini"

"Siap Komandan" jawab Rain sambil tersenyum

Gevan ikut tersenyum melihat Rain bisa tersenyum lagi. Detik berikutnya Gevan mengacak rambut Rain pelan sambil berguman "Cantik"

Deg..

Untuk pertama kalinya Rain merasakan ada yang aneh dengan jantungnya, ia merasakan desiran aneh itu lagi, namun berbeda. Jika biasanya dulu Arkan yang membuatnya seperti ini, sekarang berbeda, Gevan lah dalang dibalik semuanya. Ia merasakan desiran aneh itu ketika bersama Gevan

Apakah Rain jatuh cinta terhadap Gevan ?

Tidak ada yang tahu jawabannya, jadi tunggu saja

Gevan lalu keluar dari mobil dan beranjak menuju Minimarket tersebut

Di dalam Minimarket…

Gevan mengambil 2 bungkus Es krim, ia bingung dan lupa bertanya Es Krim apa yang diinginkan Rain, dengan segera ia merogoh saku celananya dan mengambil benda persegi tersebut dari saku celananya. Setelah menemukannya dengan segera ia mencari kontak Rain lalu menekan tombol hijau…

Nomor yang anda tuju tidak aktif…

Gevan mencobanya sekali lagi

Nomor yang anda tuju tidak aktif…

Sepertinya handphone Rain sedang mati pikirnya

Tak ingin mengambil pusing ia pun mengambil dua buah Es Krim Cornetto dengan rasa Strawberry dan rasa Oreo. Ketika ia akan mengambil yang rasa Strawberry dengan berbarengan sebuah tangan juga akan mengambil Es Krim itu dan tidak sengaja tangan tersebut mendekap tangan Gevan yang terlebih dahulu menyentuh Es Krim itu.

Sepersekian detik ia dan Gevan sama-sama menoleh,

"Lo? Ada keperluan apa lo disini?" tanya Gevan pelan namun menusuk