"... Dan asal kamu tahu, aku sudah punya pacar dan dia lebih ganteng daripada kamu," kata Allyna.
Jhino terdiam dengan perkataan Allyna. Sementara Allyna sudah merasa kalau ini mungkin saja berhasil membuat Jhino berubah pikiran dan akan mengurungkan niatnya untuk menjalani perjodohan ini.
Sementara bagi Jhino, Allyna seperti anak kecil yang sedang menggertak temannya yang membuatnya kesal. Allyna pasti berharap kalau Jhino akan merasa khawatir dan ketakutan sehingga mengubah jalan pikirannya. Rasanya Jhino kasihan kepada Allyna, kenapa dia masih bertingkah seperti anak kecil?
"Jadi… kalau misalnya pacar kamu lebih ganteng daripada aku, tapi kamu tidak mendapatkan restu dari orang tua kamu, kamu akan tetap melanjutkan hubunganmu dengannya?" tanya Jhino dengan nada yang diusahakan sesabar mungkin karena dia tidak mau menyakiti hati Allyna.
Allyna merasa tertohok dengan pertanyaan Jhino. Inilah kelemahan dari dirinya dan hubungannya dengan Fredie. Jhino benar, orang tua Allyna tidak memberikan restu kepada hubungannya dengan Fredie sejak dulu. Allyna tidak pernah mendapatkan jawaban apapun jika bertanya. Mendadak hal ini membuatnya sangat kesal.
"Maafkan aku, Allyna. Bukannya aku memaksamu untuk mengikuti kemauan orang tua kita berdua dalam perjodohan ini. Hanya saja, membanggakan pacarmu itu rasanya tidak etis. Terlebih, dia sudah meninggalkanmu dan tidak memberikanmu kabar. Apakah itu masih bisa disebut pacar? Aku hanya tidak ingin kamu berbuat seperti ini hanya karena ingin menolak perjodohan ini, Allyna. Usahamu akan sia-sia jika kamu tidak mendapatkan restu dari orang tua," imbuh Jhino dengan bijaksana.
Allyna terdiam sesaat. Dia baru saja ingin bicara tapi Jhino sudah membuka mulutnya lagi.
"Ketahuilah, mungkin rencana orang tua kita adalah yang terbaik. Kita tidak tahu apa yang akan kita alami di masa depan. Jadi, kesimpulannya, aku akan tetap mengikuti perjodohan ini. Aku tidak akan memaksamu, hanya saja kamu pasti bisa mempertimbangkannya dengan baik," lanjut Jhino.
Bukannya semakin mengerti, Allyna malah semakin marah. Dia sangat kesal karena seolah posisinya terpojok. Terlebih saat Jhino mengatakan tentang dia yang ditinggalkan oleh Fredie. Dari mana dia tahu akan hal ini? Sungguh membuatnya malu saja.
"Apakah orang tuaku bercerita kepadamu? Tentang aku dan pacarku?" tanya Allyna dengan menahan emosi.
"Iya, mereka menceritakan semuanya tentangmu kepada kami sekeluarga. Kami sudah tahu latar belakangmu dan juga masalah apa yang sedang kamu hadapi. Aku tidak bermaksud lancing dengan mengatakan permasalahanmu dengan pacarmu. Hanya saja, aku ingin kamu lebih realistis," jelas Jhino.
Allyna kaget bukan main. Kenapa orang tuanya harus menceritakan semuanya tentang dirinya kepada keluarga Jhino? Ini sungguh tidak adil.
"Kalau orang tuaku menceritakan semuanya tentangku kepada kalian? Kenapa kalian tidak menceritakan tentangmu kepada keluargaku? Ini sungguh tidak adil. Aku tidak bisa menerimanya," kata Allyna kemudian bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan Jhino yang masih terdiam.
Jhino hanya bisa menghela nafas. Dia tahu kalau reaksi Allyna akan seperti ini. Tapi mau tidak mau, dia harus memberitahukan kenyataan ini. Agar Allyna bisa menghadapi semuanya dengan baik.
***
Allyna pulang dengan rasa kesal yang teramat dalam kepada kedua orang tuanya. Sesampainya di rumah, dia mencari kedua orang tuanya. Bu Aida saat itu sedang berada di taman belakang bersama dengan Pak Aldo. Mereka sedang tidak ada kegiatan hari itu sehingga menghabiskan waktu disana untuk mendiskusikan pernikahan Allyna.
"Ma, Pa, Allyna mau ngomong sama kalian," kata Allyna begitu sudah tahu dimana orang tuanya berada karena bertanya kepada Bi Ijah.
Bu Aida dan Pak Aldo menoleh ke belakang dan mendapati putri mereka berjalan ke arah mereka dengan rasa marah di raut wajahnya.
"Kamu kok udah pulang? Cepet banget ketemuan sama Jhino?" tanya Bu Aida.
"Kalian nggak ngobrol banyak?" tanya Pak Aldo ikut memberondong Allyna dengan pertanyaan.
Allyna mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena emosinya. Dia sangat marah kepada kedua orang tuanya.
"Kenapa Mama sama Papa menceritakan semuanya tentang Allyna kepada Jhino dan keluarganya? Kenapa aku nggak tahu apa-apa? Kalau kalian menceritakan semuanya tentangku kepada mereka, seharusnya kita juga tahu semuanya tentang Jhino bukan?" tanya Allyna marah.
Bu Aida dan Pak Aldo sudah tahu ini akan terjadi. Allyna pasti akan marah.
"Agar kamu bisa menyerang Jhino dan membatalkan perjodohan ini? Apa kamu akan menggunakan informasi yang kamu tahu untuk membalikkan keadaan, begitu?" tanya Pak Aldo seolah sudah tahu apa yang akan putrinya jika tahu semua hal tentang Jhino.
"Kami sudah tahu kamu pasti akan mengatakan kalau kamu masih punya pacar kepada Jhino, ya kan? Allyna sayang, tolong berhentilah berharap pada Fredie. Dia sudah masa lalumu. Dia bukan pacarmu lagi," kata Bu Aida mencoba untuk membuat putrinya sadar.
Allyna mulai menangis karena kesal. Dia tidak menyangka orang tuanya akan seperti ini.
"Baiklah, kalau kamu masih mencoba untuk mempertahankan Fredie, kami akan memberikan tantangan untukmu, Allyna," kata Pak Aldo.
Allyna berhenti menangis. Dia menatap Papanya dengan pandangan bertanya. "Tantangan? Tantangan apa?"
"Kamu boleh kembali dan mempertahankan hubunganmu dengan Fredie jika dia mengangkat teleponmu saat ini juga," kata Pak Aldo.
Allyna tertegun sesaat. "Aku boleh kembali dengan kak Fredie?" tanya Allyna untuk memastikan apakah dia tidak salah dengar.
"Ya, dengan syarat kalau dia mengangkat teleponmu," jawab Pak Aldo.
Bu Aida hanya diam dan mengamati keadaan. Mengantisipasi apa yang akan terjadi. Apakah Allyna akan kembali dengan Fredie yang selama ini dia benci?
"Baiklah," kata Allyna kemudian dengan semangat dia mencari hpnya di tasnya.
"Tapi, jika dia tidak mengangkat teleponmu sampai tiga kali, maka kamu harus menuruti kemauan kami untuk dijodohkan dengan Jhino," sambung Pak Aldo.
"Iya, iya, aku setuju. Lagipula, kalau sampai tiga kali telepon, aku yakin kak Fredie akan mengangkatnya," kata Allyna yang kini sudah siap menelpon Fredie.
Dia pun mencoba telepon pertamanya. Cukup lama mereka menunggu Fredie mengangkat telepon itu, tapi akhirnya tidak tersambung.
Allyna tidak menyerah. Dia masih punya dua kesempatan lagi. Dia dengan cepat menelpon Fredie lagi. Tapi tidak diangkat.
Pak Aldo dan Bu Aida masih diam saja, membiarkan putrinya menjalani tantangan ini. Sebenarnya mreka sudah bisa menduga bagaimana akhirnya. Melihat hilangnya Fredie dari kehidupan putri mereka selama dua tahun ini, tidak mungkin Fredie akan menjawab telepon Allyna begitu saja.
Dan percobaan ketiga itu sudah dilakukan. Telepon dari Allyna tidak diangkat. Tantangan ini pun berakhir dengan kekalahan. Allyna langsung meneteskan air matanya. Sekarang sudah tidak ada harapan lagi.
"Allyna, sesuai kesepakatan kita. Fredie tidak menjawab teleponmu, jadi… kamu harus menerima perjodohanmu dengan Jhino. Papa harap kamu bisa melupakan Fredie dan move on ke Jhino," kata Pak Aldo kemudian masuk ke dalam rumah.
Bu Aida memeluk Allyna yang semakin menangis tersedu-sedu. "Sudahlah sayang, percayalah ini yang terbaik untukmu. Mama akan mendo'akan kalian berdua agar bisa menjalani pernikahan ini dengan baik."