Setelah kejadian saat pernikahan itu, Allyna jadi lebih banyak diam saat di rumah. Orang tuanya sempat bertanya apa yang terjadi, tapi Allyna bilang dia baik-baik saja. Tentu saja dia tidak akan menceritakan apa yang terjadi kalau dia merasa tidak nyaman saat Jhino menyentuhnya walaupun mereka sudah resmi menjadi suami istri.
Sedangkan Jhino sudah memahami apa yang terjadi pada Allyna sehingga dia sudah bersiap-siap untuk menjalani kehidupannya setelah ini. Karena sudah resmi menikah, Pak Jonathan juga resmi memberikan anak perusahaannya yang ada di Bogor kepada Jhino. Dengan ini, otomatis Jhino akan pindah dari Jakarta ke Bogor. Untungnya, sebelum hari pernikahannya, Jhino sudah membeli apartemen di Bogor. Apartemen itu tidak jauh dari kampus Allyna dan juga tidak jauh dari perusahaan Jhino. Jadi, menurutnya sudah pas untuk tinggal disana.
Hari ini, Jhino datang ke rumah Allyna untuk mengajaknya pindah ke apartemen mereka yang baru. Allyna tampak sedih karena ini pertama kalinya dia meninggalkan rumahnya. Sejak kecil hingga kuliah, Allyna tidak pernah tinggal di luar rumah. Perpindahan yang mendadak ini membuatnya merasa sedih.
"Neng Allyna, semoga betah di rumah yang baru ya. Nanti kalau kangen, bisa main ke rumah ini," kata Bi Ijah.
"Iya, Bi. Bibi sehat-sehat ya," pesan Allyna kepada Bi Ijah.
"Iya, neng," kata Bi Ijah. Matanya berkaca-kaca.
"Kalian berdua hati-hati ya. Jhino, Mama titip Allyna ya. Sekarang dia menjadi tanggung jawab kamu. Semoga kalian berdua bahagia," pesan Bu Aida kepada Jhino. Bu Aida merasa sangat bersyukur karena mendapatkan menantu seperti Jhino. Jhino benar-benar sopan dan baik kepada mereka semua.
"Iya, Ma. Jhino akan berusaha menjaga Allyna," kata Jhino dengan sopan, "Kalau begitu kami pamit dulu."
"Hati-hati ya," kata Pak Aldo.
"Iya, Pa," kata Jhino.
Allyna hampir menangis. Matanya berkaca-kaca. Dia kemudian memeluk orang tuanya. "Allyna pergi dulu ya."
"Iya, sayang. Hati-hati ya," kata Bu Aida kemudian melambaikan tangannya. Kini, mereka berdua pun segera masuk ke mobil dan bertolak ke tempat tinggal mereka yang baru, yaitu di apartemen milik Jhino.
***
Sepanjang perjalanan, Allyna diam saja. Dia hanya menatap jalanan. Sementara Jhino fokus menyetir. Dia tahu Allyna tidak suka padanya dan berbicara dengannya akan membuatnya semakin tidak nyaman. Oleh karena itu, Jhino lebih memilih untuk diam saja.
"Kita sudah sampai," kata Jhino saat mobilnya berhenti di sebuah gedung apartemen.
Allyna dapat melihat kalau sepertinya apartemen yang akan dia tinggali tidak semewah yang dia pikirkan. Allyna sempat bingung, bukankah orang tua Jhino kaya? Kenapa Jhino harus repot-repot bekerja dan tinggal di tempat yang biasa ini?
"Ayo turun. Kamu bisa langsung naik. Biar aku yang membawa kopermu ke atas," kata Jhino.
"Ya iyalah, masa aku bawa sendiri," gumam Allyna merasa aneh dengan Jhino.
Allyna sebenarnya bisa saja langsung naik ke atas. Tapi karena ini pertama kalinya kesana, dia tidak tahu dimana apartemen Jhino. Dia pun menunggu Jhino mengambil koper dan barang-barang milik Allyna. Setelah itu mereka naik ke atas berdua.
Kini mereka sampai di depan kamar nomor 29 di lantai 3. Jhino memasukkan kode password apartemennya. Jhino juga memberi tahu Allyna kode itu agar dia bisa masuk kapan saja karena sekarang dia juga tinggal disana.
"Ayo masuk," ajak Jhino kepada Allyna. Jhino mendadak merasa gugup karena kini dia akan tinggal berdua dengan Allyna.
Allyna diam saja dan mengikuti Jhino yang berjalan masuk ke dalam apartemennya. Apartemen itu sederhana dan tidak terlalu mewah. Tapi juga tidak terlalu biasa. Menurutnya, ini cukup. Tapi untuk ukuran Jhino yang sekarang sudah menjadi CEO, rasanya ini terlalu biasa dan sederhana.
"Maafkan aku karena kita harus tinggal di tempat yang seperti ini. Aku membelinya dengan uangku sendiri. Mungkin, setelah tabunganku cukup, kita bisa pindah ke tempat yang lebih baik. Jika kamu mau," kata Jhino. Dia tidak yakin dengan perkataannya. Tapi dia berusaha jujur dengan istrinya.
Allyna hanya mengangguk. Dia kemudian mengambil kopernya dari tangan Jhino. "Dimana kamarnya?"
"Oh ya, kamarmu di sebelah sini," kata Jhino kemudian menunjukkan kamar milik Allyna.
Allyna mengikuti Jhino. Dia sempat bingung karena Jhino mengatakan 'kamarmu'. Apa ini artinya mereka tidak akan tidur di kamar yang sama? Walaupun Allyna belum bisa menerima pernikahan ini, tapi apa yang ada di pikiran Jhino membuat Allyna bingung.
Jhino membukakan kamar yang cukup luas. "Ini adalah kamarmu. Kamu bisa tidur disini sendirian. Aku juga sudah merenovasinya dan aku usahakan mirip seperti kamarmu yang ada di rumah. Aku harap… aku harap kamu bisa betah disini," kata Jhino.
Allyna cukup kaget saat melihat kamar itu. Apartemen mereka mungkin di depan terlihat biasa. Tapi Jhino benar-benar menyediakan kamar khusus untuk Allyna yang sangat nyaman, rapi, dan mewah. Sama seperti kamarnya di rumah.
"Kamu tidak usah khawatir, aku tidak akan tidur disini. Jadi, aku tidak akan mengganggumu. Aku akan tidur disana," kata Jhino sambil menunjuk kamar yang ada di dekat ruang tamu.
Allyna melihat ke kamar yang ditunjuk oleh Jhino.
"Kalau ada apa-apa, kamu bisa mengetuk pintu kamarku. Tidak usah sungkan," imbuh Jhino.
Allyna hanya diam. Sebenarnya dia bingung kenapa mereka harus tidur terpisah. Ya, mungkin ini lebih baik baginya mengingat dia tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi, bukankah aneh jika sepasang suami istri tidak tidur di kamar yang sama? Apa Jhino sekarang sudah berubah pikiran? Entahlah, Allyna jadi bingung.
"Maafkan aku jika aku membuatmu bingung," kata Jhino seolah bisa membaca pikiran Allyna.
Allyna diam saja dan memperhatikan Jhino. Dia penasaran apakah Jhino akan mengatakan sesuatu.
"Aku tahu kamu tidak menginginkan pernikahan ini. Kamu juga masih harus fokus dengan kuliahmu agar kamu bisa cepat lulus. Aku berusaha memahamimu, Allyna. Setelah kejadian di acara pernikahan kita waktu itu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan menyentuhmu tanpa izin darimu. Jadi, aku berpiki untuk tidur terpisah darimu. Kamu pasti butuh waktu untuk memikirkan ini semua," kata Jhino memberikan penjelasan.
Allyna sekarang mengerti alasan Jhino membuat kamar ini. "Ya… itu memang… lebih baik. Baguslah kalau kamu paham dan sadar diri. Terima kasih sudah membuatkan kamar yang bagus untukku. Mungkin aku akan betah tinggal disini," kata Allyna entah kenapa mendadak merasa gugup.
"Ya. Semoga kita bisa tinggal dengan baik dan damai disini. Aku akan memesan makanan untukmu. Kamu bisa merapikan barang-barangmu. Jika kamu butuh bantuan, kamu bisa memanggilku," kata Jhino.
"Ya, terima kasih," kata Allyna kemudian masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.
Jhino yang berdiri di depan kamar Allyna hanya bisa menghela nafas. "Semoga dia suka dengan kamarnya."