Hari berganti hari,tidak terasa sudah tiga bulan Alea bekerja.tak banyak yang berubah,siklus kehidupan berjalan seperti biasa.komunikasi Alea dan Arnand berjalan seperti biasa.saling berkabar dan cukup.seorang Alea tak banyak menuntut kekasihnya,menyadari siapa dirinya ia membentengi dirinya dengan mental yang kokoh hanya untuk sekedar membangun harapan pasti ke depan.
disisi lain tak banyak yang mengira juga bahwa seorang teman seperti Rendy kini membuat hubungan pertemanan keduanya menjadi hubungan yang membuat Alea merasa nyaman.meski Rendy tahu Alea memiliki kekasih toh janur kuning belum melengkung,harapan bisa saja menjadi kenyataan.cinta memang buta,tapi cinta akan tahu bagaimana cara kembali ke rumahnya.Rendy hanya perlu membuat rumah itu menjadi nyaman.meski yang sebenarnya Rendy sudah mengenal Alea sudah sejak SMP, karena sikap Alea yang tertutup dan memiliki hanya sedikit teman saja menyulitkan Rendy untuk bisa dekat dengan sang "perempuan sunyi" yang takdir membawanya pada pertemuan di tempat kerja yang sama.betapa bersyukurnya Rendy bisa bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga di sadari oleh perempuan berambut merah kecokelatan itu.Rendy akan hati hati membangun tempat ternyaman sekedar membuat Alea betah bersama dirinya meski hanya status pertemanan.meyakini bahwa akan ada waktu takdir membawa Alea masuk ke dalam kehidupannya yang lebih dari sekedar teman.
Rendy dan Alvin sebenarnya saudara sepupuan,hanya saja Rendy bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan tersebut atas permintaan Rendy sendiri dan tak ingin identitasnya di ketahui siapapun termasuk Alea.baginya sulit menemukan teman atau pasangan sekalipun yang benar benar tulus apa adanya bukan karena harta atau tahta.
"Ren...saya bawa bekalnya dua.makan siangnya disini.temenin saya "
"wah Aleaku...perhatian banget.ini nih calon istri idaman"
"ogah" alea tersenyum
belum sempat membuka kotak makan siang,sebuah notif masuk di ponsel Alea
MY ARNAND :
[aku tiba sejak semalam,sekarang aku menunggumu di cafe X]
"Ren...kamu makan sendiri saja.Arnand sudah pulang dan dia menungguku di cafe X sekarang,dekat dari sini.nggak apa apa kan?"
"iya tidak apa apa,pergi saja.hati hati di jalan"
"saya akan kembali sebelum jam istirahat berakhir"
Rendy tersenyum meski dalam rongga dadanya seperti sedang tercabik -cabik kian ganas saat menyaksikan punggung Alea berlalu dari pandangannya.seorang lelaki tak akan mampu menjabarkan rasa sakitnya dengan airmata seperti halnya perempuan.dia akan menahan meski harus membisu.ingin menyatakan cinta tapi tak semudah itu baginya.untuk mengakrabkan diri saja dia perlu menghabiskan waktu yang lama.tidak mungkin merusak apa yang telah di bangunnya dengan sangat hati hati hanya sekedar menyatakan cinta yang bukan pada waktu yang tepat.ia hanya perlu bersabar mungkin sedikit lagi.
***
seorang laki laki tampan sedang duduk menunggunya di sebuah meja di sudut ruang cafe tersebut tapi dengan seorang wanita dewasa yang cantik dan modis.jantung Alea berdegup kencang merasakan sedikit hawa tidak menyenangkan dari pertemuan pertama sejak Arnand Kuliah di LN.seribu tanya mengambang dalam pikirannya,membuatnya bergejolak mencoba menahan semua pertanyaan itu dengan tersenyum manis.
Alea mengira pertemuan ini hanya akan berdua saja untuk melepaskan rasa rindu,berbagi cerita setelah sekian hari yang terlewati.nyatanya tidak.Arnand tetaplah Arnand.dimana teman adalah segalanya baginya.meskipun wanita yg di perkenalkan ini hanya seorang temannya tapi mampu mengukir kembali kekecewaan lama yang telah lama Alea maafkan.
"Alea dia single parent dengan 4 orang anak yang masih kecil kecil dan Nadia dia Alea Pacar saya"
setelah saling berkenalan,tak banyak yang keluar dari mulut Alea.seperti biasa Alea tetap merasa asing dan menutup diri dari orang orang baru termasuk Nadia ini.
" Nad...alea memang tidak tahu berdandan dan pola pikirnya tidak dewasa seperti kamu,padahal sy menyukai orang yang dewasa"
seperti bogem mentah yang di daratkan langsung ke hati Alea.membuat Alea tertegun,sementara nadia tersenyum manis.
"maksudmu apa Ar?" Alea merasa tidak terima di banding bandingkan dengan perempuan lain dan merasa di hina di depan perempuan lain,ini bukan pertama kalinya Arnand bersikap seperti itu tapi Alea selalu memaafkannya ketika sudah meminta maaf.berulang terus lagi dan lagi.Alea bahkan mencoba merenungkan sisi dirinya yang Arnand tidak sukai,mencoba mengubahnya sesuai ingin Arnand tapi seperti biasa sikap Arnand tetap tidak berubah.
"tuh...kan dengar sendiri Nad.ini menunjukkan saking tidak dewasanya.seandainya bisa.saya memilih orang yang lebih tua usianya dari saya tapi dewasa pemikirannya daripada dia yang tidak tahu bersyukur dan kekanak kanakan ini "
airmata Alea jatuh tanpa aba merubuhkan benteng pertahanannya sejak di hina dari tadi.
"saya pulang" sambil beranjak dari kursinya.tapi tangannya di raih Arnand
"mau kemana kamu Alea.jangan mempermalukan aku di depan temanku"
Alea mencoba untuk menepisnya.sungguh dia tidak ingin membuat keributan di tempat itu.tapi tangan Arnand mencengkeramnya dengan kuat,Arnand lalu menyeretnya ke lorong kecil yang sepi menuju toilet yang tanpa di sadari Alea,dia melewati meja sang CEO tampan yang kebetulan sedang ada pertemuan dengan clien di tempat tersebut,Alvin sudah memperhatikannya sejak tadi.
"kamu betul betul j*l*ng yang tidak tahu diri,mempermalukan saya di depan temanku dengan sikapmu yg seperti itu" Arnand meninju wajah Alea tepat di mata kanannya,Alea tersungkur ke lantai.Arnand benar benar di kuasai oleh emosi meraih rambut Alea memaksanya berdiri dan hendak melayangkan tinjunya untuk kedua kalinya tapi tangannya tertahan oleh tangan kokoh yang lainnya hingga berhenti diudara.
"jangan beraninya sama cewek kamu"
"jangan ikut campur urusan saya"
" saya adalah Bosnya,jadi hal yang wajar bagiku melindunginya pada saat jam kerja"
"saya tidak peduli"
Alvin memberikan kode untuk mengosongkan cafe secepatnya pada asisten pribadinya.membuka tuxedonya dan meraih Alea menutupi wajahnya yg memar
"kau tidak boleh menyentuhnya dia pacarku"
" dan kau tidak tahu menghargai perempuan.seret pria bangsat ini keluar dari ruangan ini Richo" perintahnya pada asistennya.
"jangan lupa cari tahu apapun tentang Gadis ini" perintah selanjutnya
***
Alea terbangun dan melihat sekelilingnya,sepertinya dia berada di kamar rumah sakit.
"Meli"...
"eh Alea kamu sudah sadar"
"ayo pulang..."
" kamu masih perlu istirahat Alea"
"siapa yang membawaku ke sini?"
"Alvian"
"ah memalukan sekali.saya harus kembali ke kantor"
"apa kamu tidak malu masuk kantor dengan wajah yang mengenaskan begitu?liat dirimu di cermin,lepaskan apa yang tidak membuatmu bahagia" tentu saja setelah mengetahui semuanya dari Rico asisten Alvian.
"sebaiknya begitu Mel...kali ini aku menyerah"
Mely memeluk sahabatnya,memberikan kekuatan dan semangat nyatanya malah membuat Alea menangis sesegukan.
"menangislah jika itu membuatmu lega"
"saya sudah baik baik saja.saya ingin pulang.tolong bantu saya meminta izin pada boss besar untuk tidak masuk kantor besok"
"so pasti Alea,tetap pakai krim dari dokter untuk mempercepat pemulihan dan menyamarkan memar di wajahmu"
"terima kasih Mel"
***