Semua berdiri 2 meter dari tubuh Irene yang tergeletak disana tak bergerak, beberapa mulai was-was, beberapa mulai mempersiapkan kemampuannya. Kemudian perlahan-lahan tubuhnya bergerak, gemetaran.
Irene berusaha bangkit memulihkan kondisinya lagi yang mulai kepayahan untuk melawan para Force. Mata sayunya menatap para Force yang berdiri dihadapannya. Saat ini ekspresi Irene tidak juga senang dan tidak juga merasa takut walau ia sudah cukup terluka parah.
"Permainanmu sudah berakhir, Irene, menyerahlah. Kau tidak akan mampu mengalahkan kami bersama" perintah Kris berkompromi.
Irene tertawa meremehkan "Menyerah? Lebih baik kalian membunuhku saja"
Kris menoleh ke seluruh Force di kanan dan kirinya sebelum menanggapi "Tentu, kami akan menghabisimu, kami tidak akan segan"
"Akan?" Irene menyeringai "Kalian tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi"
Dengan sisa kemampuan yang tersisa, ia berencana melarikan diri dengan kristal teleportnya. Sebelum Irene melarikan diri, Luhan telah membaca rencananya.
"DIA KABUR!" pekik Luhan.
Dengan kemampuan telekenesisnya, Luhan dengan cepat merebut batu kristal teleportasi milik Irene dari tangannya. Irene yang menyadari, langsung menahan telekenesis Luhan.
Kemampuan daya telekenesis Irene sangat besar dari yang ditimbulkan batu kristal itu. Batu itu semacam memiliki daya magnetis yang sangat kuat, hanya dapat kembali dengan mendeteksi sidik jari Irene. Luhan berusaha keras menahan tarikannya, namun yang ada Luhan hanya semakin tertarik oleh daya magnetis itu.
Ketika Luhan sibuk menarik batu kristal tersebut, Irene dengan cermat mengambil kesempatan untuk menyemburkan feromonnya ke para Force. Chen, Jungkook, Chanyeol, dan Xiumin berhasil terhindar dari serangan Feromon berkat gelombang Force Field Luhan, terlebih mereka yg terdekat dengan Luhan. Sedangkan Kris, Unicorn Lay, Baekhyun, Sehun, Kai dan Suho terkapar, suara memekik seolah – oleh terdengar hingga penjuru hutan akibat sakitnya terkena paparan feromon itu.
Chen menahan serangan feromonnya dengan Thunder Blast. Kemampuan itu tidak cukup kuat menahan semburan feromon atau sekedar membuat Irene lengah. Xiumin ikut membantu mengeluarkan partikel es dari jari – jarinya agar dapat membekukan semburan feromon. Irene hentakan kembali tangannya, mendorong jauh feromon itu hingga membuat Xiumin dan Chen terpental.
Jungkook maju ke sisi Luhan, ia mulai berpikir cepat merencakan yang lain, bagaimanapun Irene tidak boleh kabur, dia harus dihentikan atau yang terburuk akan selalu datang di masa yang akan datang.
Sementara itu Luhan semakin tertarik karena kuatnya daya magnetik yang ditimbulkan dari batu kristal itu.
Aku harus mengerahkan kemampuan sihirku untuk mengalahkan kemampuan magisnya dan aku harus meninggalkan beberapa dari kalian dari shieldku. Jungkook menyuarakan rencananya ke pikiran Luhan.
"Apa ada jalan lain?" tanya Luhan gusar.
"Tidak ada, tapi aku akan melindungi kalian dengan Force Field sihirku,"
Luhan mengangguk setuju dengan rencana Jungkook yang dinilainya tidak merugikan.
"Chanyeol!" seru Jungkook.
Chanyeol dengan cepat bergerak maju ke sisi Jungkook.
"Penuhi pengetahuan kemampuanmu hari ini untuk melawannya" bibir Jungkook bergerak cepat memerintahkan.
"Aku percaya padamu, mentor" sanjungnya.
Jungkook tersenyum atas sanjungan Chanyeol.
"Aku akan membawamu ke mentor yang terhebat setelah berhasil melewati pagi yang panjang ini" janjinya.
Chanyeol berdiri tidak jauh dari Luhan dan Jungkook. Ketika para Force satu persatu pulih dari serangan menyesakan akibat Feromon, Jungkook mulai mengeluarkan aura sihirnya lalu menggunakan gestur mudra untuk mengikat mantra.
Melihat Jungkook mulai meningkatkan kemampuan mantranya, Irene coba mengimbanginya dengan mengerahkan kemampuan sihir yang dapat mempengaruhi tumbuhan disekitar. Dengan sebelah tangannya yang bebas, Irena membuat akar – akar pohon mencuat dari tanah, akar pohon itu meliuk-liuk siap menerjang Luhan dan Jungkook.
Jungkook tidak mau kalah cepat, dalam sekejap Jungkook mengambil alih pertahanan Luhan untuk merebut batu kristal itu dan mengerahkan kemampuan Spatial Manipulation.
Jungkook menarik mundur Luhan dan Chanyeol dari arena, kemampuannya dapat membuat ruang disekitar meluas. Dalam proses memanipulasi skala ruang, tanah bergetar karena efek dari kemampuan tersebut, membuat Luhan, Chanyeol dan para Force menjauh dari energi magnetik. Tidak lupa Jungkook melemparkan Force Field sihirnya ke para Force selain Luhan dan Chanyeol. Force Field yang terlihat seperti kaca retak itu menyebar melingkupi sisa Force dibelakang yang tidak terlindungi Shieldnya.
Jungkook mengerahkan keseimbangan dalam raganya untuk menggunakan sihirnya sebagai telekenesis. Kemampuan telekenesis dari aura sihir milik Jungkook lebih akurat dan intuitif ketimbang milik Luhan. Jungkook jarang menggunakannya, karena kemampuan telekenesisnya sangat besar hingga dapat menimbulkan gaya medan magnet yang sama seperti milik Irene.
Irene berjuang lebih keras lagi menarik batu kristalnya, namun kemampuan telekenesis Jungkook tidak kalah kuatnya. Energi medan magnet yang mereka timbulkan sama kuat dan saling bertolak satu sama lain, bagaikan dua kutub yang bersamaan. Hal itu itu membuat mereka berdua tertarik mundur semakin menjauhi batu kristal itu. Energi medan magnet berpusar-pusar disekeliling mereka begitu kuatnya.
"Chanyeol ambil batu itu!" perintah Jungkook cepat sebelum energi medan magnet itu menarik semua benda logam disekitar dan di angkasa.
Chanyeol mengambil langkah besar meraih batu itu, tentu saja hanya Chanyeol yang dapat menyerap medan magnet. Sedangkan Luhan mempersiapakan kemampuan telekenesisnya agar dapat menahan ledakan energi dari medan magnet yang ditimbulkan.
"TIDAK!" pekik Irene.
Tangan kanan Chanyeol mencengkram erat batu itu, apabila hanya manusia biasa pasti ia sudah meledak karena menyentuhnya. Namun dengan kemampuan kinetik yang Chanyeol miliki, ledakan tersebut meredam dan menyerap ke setiap bagian inti sel tubuhnya. Dalam proses penyerapan energi itu, aurora borealis berwarna - warni tercipta dan berpusar-pusar di tubuhnya. Langit bergemuruh, awan-awan bergulung-gulung cepat dan perut bumi bergetar di bawah kaki mereka.
Batu kristal itu lenyap di tangannya, yang tersisa hanya sepihan debu kristal yang tersapu angin. Saat ini Chanyeol merasakan energi yang sangat besar menjalar di sekujur tubuhnya, merasakan energi tersebut seperti berdenyut - denyut di bawah kulitnya untuk segera di proyesikan.
Irene melotot ngeri melihat kemampuan Chanyeol yang menurutnya diluar batas kemampuannya. "Itu tidak mungkin, Kau Force baru! Bagaimana bi..."
"Ah, Kau benar-benar tidak tau apa yang mungkin terjadi" sergah Chanyeol, nada apatis mulai merayap memasukki suara beratnya.
"Kau akan kesulitan melepas mantra dari orang yang telah mati" desis Irene.
Tanpa menggubris ancaman Irene, Chanyeol mulai melepaskan energi kinetikanya, di waktu bersamaan Irene melempar belati Dark Avaquar ke arah gerombolan Force, belati itu tepat mengarah ke Baekhyun.
Belati itu melesat melewati Jungkook, Luhan dan Chanyeol yang beraksi. Irene berdiri terperangah, memandang Photonic Blast itu dengan tatapan kaku. Kai dengan jelas melihat belati mengarah pada Baekhyun, seolah dalam gerakan slowmotion –di saat Chanyeol melempar kemampunan Photonic Blast.
Merasa telah kalah Irene mengeluarkan kemampuannya yang lain. Selama proses pemusnahannya, ia berusah melindungi tubuhnya menjadi berlian sebagai pertahanan diri terhadap bara api; agar materi solid tubuh berliannya tidak dapat dihancurkan oleh api yang Chanyeol timbulkan, atau lebih tepatnya mengurangi rasa sakit. Namun yang Chanyeol kerahkan jelas lebih besar dari pada panas api, serangan Photonic Blast miliknya dapat meleburkan segalanya.
Baekhyun tidak juga menghindar disaat belati itu beberapa centi lagi darinya, Kai yang mengamati arah belati itu dengan cepat menyambar Dark Avaquar. Namun semua telah terlambat, ketika Kai menggenggam gagang belati itu, mata pisaunya sudah menancap setengah di dada Baekhyun.
Baekhyun mungkin masih dapat diselamatkan apabila itu hanya belati biasa dan sudah pasti tidak akan membunuhnya karena tusukannya tidak terlalu dalam. Tapi itu adalah belati yang memiliki kekuatan magis dan sudah di berikan mantra oleh Irene.
Kai menahan tubuh Baekhyun yang roboh ke tanah. Semua berjalan begitu cepat, sedetik yang lalu Chanyeol melepaskan energi Photonic Blast, sedetik kemudian Baekhyun sudah sekarat dengan pisau yang masih menancap didadanya.
Para Force masih berdiri menatap kobaran energi yang melahap sisa-sisa tubuh Irene dengan perasaan takjub dan puas, tentu mereka belum menyadari yang terjadi di belakang. Suara berdenting kecil terus terdengar dari tubuh Irene yang hampir lenyap itu.
Dari tubuh berlian yang terbakar itu terciptalah asap biru kehijau-hijauan ke langit dan menguarkan harum bunga Fressia; tidak seharum biasanya, aromanya menyesakkan, terasa berat dan terlalu menyengat.
Akhirnya sisa tubuh itu berubah menjadi debu berlian, energi kinetik yang melesat dari tangan Chanyeol pun hilang. Para Force terlalu terpana untuk mengeluarkan sepatah katapun.
"Guys" seru Kai parau dari belakang.
Para Force bereaksi lebih cepat, beberapa jatuh terduduk, beberapa yang berduka menahan lutut yang lemah dan gemetar, beberapa menatap kosong ke Baekhyun yang sekarat. Chanyeol langsung menghambur dengan cepat ke sisi Baekhyun yang berada di pelukan Kai. Lay dan Kris dengan langkah terpaku menyusul.
Chanyeol menggenggam erat tangan Baekhyun, nafasnya tersengal dan tidak beraturan, suara siulan dari rongga tenggorokannya terdengar menyakitkan. Chanyeol termenung melihat sahabatnya, tapi ia terlalu lelah untuk bersedih.
"Ap...apa aku akan, m..ma..mati?" tanya Baekhyun terbata – bata menahan sakit.
"Kau akan baik-baik saja, sobat" jawab Chanyeol sendu mencoba meyakinkan sahabatnya agar tidak terdengar berbohong.
Kris perlahan-lahan mencabut Dark Avaquar yang mencancap di dada Baekhyun, lalu Lay mencoba menyembuhkannya dengan mengusap-usap bekas luka robekan didadanya menggunakan moncongnya. Luka robekan itu sembuh namun Baekhyun kelihatannya tidak semakin membaik, wajahnya pucat pasi.
"A..ku ti..tidak bisa merasakan tubuh...tubuh ku" Baekhyun merengek ketika ia merasakan dari leher hingga ujung kakinya seperti kosong tanpa tubuh, ia mati rasa.
"Dia tidak bisa disembuhkan" Jungkook menjelaskan dengan perasaan tidak berdaya.
Tidak ada satupun orang yang dapat mematahkan mantra kematian Irene, mantra itu hanya dapat di angkat oleh Irene seorang, atau seorang Golden Tongue yang sudah lama punah.
Perlahan – lahan, kulit diwajah Baekhyun terdapat retakan –retakan kecil, retakan itu menjalar ke leher hingga ke sekujur tubuhnya, retakan kecil diwajahnya membuat kulitnya mengelupas dan terhempas ke udara seperti serpihan debu. Chanyeol terus mengenggam tangan sahabatnya itu ketika tubuh tak berdaya itu perlahan – lahan lenyap berubah menjadi debu yang berterbangan.
Chanyeol menggenggam sekepal debu yang adalah tangan sahabatnya yang ia genggam sampai akhir hayatnya tadi, hingga yang tersisa hanyalah baju yang Baekhyun kenakan. Chanyeol meraup baju itu dan memeluknya, baju itupun masih terasa hangat seolah – olah Baekhyun masih disana, dipelukannya.
Chanyeol menangis tersedu – sedu harus kehilangan sahabat yang telah ia lama kenal, kini semua memori mulai berputar di kepalanya mengingat – ingat masa pertamanan mereka sejak SMA. Jungkook menyentuh sebelah pundak Chanyeol seraya menenangkan.
Para Force menatap dengan pundak lemah. Tidak ada perasaan lega setelah memastikan kematian Irene, rasa duka itu datang kembali. Dengan segala hal yang terjadi di peperangan hari ini, mengetahui kematian pasti akan datang begitu cepat dan tak terhentikan. Tapi melihat dan merasakan itu semua terjadi dengan mata kepala sendiri ada perasaan mengoyak batin yang tak dapat terelakan.
Sinar matahari yang terbit cemerlang menyilaukan dan membasuhi tubuh mereka yang bermandikan peluh kemenangan dan perasaan kehilangan yang mengontaminasi mereka.
Kris dan Sehun memindahkan tubuh Kyungsoo yang membatu perlahan – lahan ke sisi dalam hutan, Chen dan Jungkook menggali tanah untuk tempat peristirahatan terakhir Baekhyun dan Kyungsoo. Beberapa Force lain mengumpulkan debu dan baju Baekhyun, memasukannya ke dalam guci ukuran sedang dan menguburnya bersama - sama di liang lahat.
Mereka berdiri melingkari gundukan tanah dan batu memberikan penghormatan terakhir pada Kyungsoo dan Baekhyun.
"Peperangan," Kris memulai memberikan pesan penghormatan terakhir dengan suara bergetar
"Tidak ada suatu hal pun yang luput dari kematian. Hal terbaik yang dapat kami lakukan hari ini adalah mempertahankan posisi dan menyelamatkan sebanyak mungkin yang tersisa. Sahabat kami Kyungsoo dan Baekhyun dengan berani dan penuh tanggung jawab masuk ke peperangan yang penuh kebencian yang tidak mereka pahami, seperti bayi yang mati di tangan orang dewasa yang berperang. Mereka adalah korban dari hancurnya jiwa sesorang. Namun setelah hari ini berakhir, walau begitu banyak hati yang hancur, nama kalian akan menjadi obat bagi luka yang mendalam dan amarah yang para korban rasakan. Tidak ada lagi jiwa yang teracuni akibat kebencian itu, semua tersapu oleh kisah keberanian para Force baru"
Ketika semua khusyuk mendoakan dan memberikan penghormatan terakhir, Luhan terlalu tegang untuk seseorang yang sedang berduka. Ia berkali-kali menatap ke bagian utara dengan perasaan gelisah, dan pikirannya pun terganggu oleh ancaman lain yang kasat mata. Luhan yang pertama keluar dari formasi lingkaran dengan cepat memperingatkan.
"Sebaiknya kita cepat-cepat kembali ke reservasi, aku mendengar pikiran orang-orang yang mengarah kesini,"
"Oke Kai, bawa yang lain kembali ke reservasi, aku, Sehun dan Chen akan mensterilkan arena pertempuaran" Perintah Kris.
Kai mengangguk pelan, kemudian mereka saling berpegangan tangan dan sampai ke halaman rumput belakang reservasi. Mereka masuk bersama-sama ke dalam rumah dengan perasaan yang sama, beberapa terduduk lemas, beberapa lagi merasa puas dan senang telah menghabisi ancaman mereka. Namun diam-diam Luhan dan Kai saling menatap dengan penuh arti.
Kemudian Luhan berbisik dengan nada mendesak, "Pergi, Kai!"
Sesaat Chanyeol mengalihkan perasaan berduka yang ganjil ke situasi yang sebenarnya. Luhan pasti memerintahkan Kai untuk kembali ke Argentina menjemput Amber. Tapi yang aneh adalah mengapa Luhan begitu tergesa-gesa.
"Ada apa Luhan?" desak Chanyeol.
"Entahlah perasaanku tidak enak, ketika Irene tadi mengatakan pesan terakhirnya yang, sepertinya ia tujukan padamu... " Suaranya perlahan-lahan menghilang oleh perasaan khawatir, melihat perilaku Luhan sama saja seperti menandakan peringatan.
"Apa yang sempat kau baca dari pikirkannya?" tanya Chanyeol tercekat dengan menelengkan kepalanya menatap eskpresi Luhan yang kecut.
"Aku pikir dia telah melakukan sesuatu terhadap Amber sebelum... sebelum pertarungan ini terjadi" jawab Luhan lambat-lambat, dan membuat kata-kata itu terdengar seperti kutukan.
"APA!" Chanyeol terkesiap kaget.
Chanyeol sangat ketakutan sampai-sampai ulu hatinya ngilu membayangkan sesuatu yang mengerikan terjadi pada kekasihnya nan jauh disana. Semua hal mengerikan yang menimpanya terjadi sangat cepat, baru sepuluh menit yang lalu menghabisi Irene, kemudian ia harus kehilangan Baekhyun selama-lamanya, dan belum sempat mengangkat kepala atau bernafas lega muncul lagi kengerian yang terus berlanjut. Sayangnya ini semua terjadi tidak seperti yang diharapkan. Begitu cepatnya hingga ia lupa dimana ia sekarang berdiri, apa yang baru saja ia lakukan, ia merasa seperti berada di tepi jurang dan siap melompat ke jurang yang dipenuhi jebakan beruang dan pisau beracun.
Kai masih berkonsentrasi dengan mengatur nafasnya untuk melakukan teleport disela-sela pikirannya yang panik dan kalut. Baru kali ini ia harus bersusah payah melakukan teleportasi. Kai memejamkan mata rapat-rapat, membayangkan suite tempat ia meninggalkan Amber dari balik pikirannya yang kacau.
Belum sempat Kai menarik nafas ia sampai di ruang tamu suite itu, tapi rasanya aneh, rasanya seperti dilempar dari ketinggian dan efek dari teleportasinya barusan hingga meninggalkan retakan di dinding.
"Amber! Amber!" panggilnya sambil mencari-cari kepenjuru ruangan, tapi ia tidak menemukannya termasuk dikamar.
Terdengar suara kucuran air dari kamar mandi. Kai mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam dengan terus memanggil namanya, namun tak ada jawaban. Kai melupakan segala perasaan ragunya untuk teleport ke dalam kamar mandi.
Pemandangan mengerikan pun tertangkap oleh matanya langsung. Ia mendapati tubuh Amber kejang-kejang, kelojotan dilantai kamar mandi.
"Oh tidak!" pekiknya.
Kai menyambar tubuh Amber, mendekapnya sambil mencari-cari ke sekitar penyebab dari apa yang Amber alami. Tapi ia tidak menemukan apapun, hanya keran bathup yang terus menyala hingga membanjiri lantai. Amber dalam pelukan Kai menggelepar seperti tersengat listrik, wajahnya kosong—tak sadarkan diri. Ia terus menggeram menahan sakit.
"Amber apa yang terjadi padamu?" tanya Kai putus asa, air mata mulai mengaburkan pengelihatannya.
Tubuh Amber kaku, nafasnya tak beraturan, perasaan menahan sakit yang luar biasa di dalam diri Amber terlihat dari sorot matanya; matanya membelalak lebar tak berkedip, bibirnya mulai membiru. Kai mendekap tubuh kaku Amber dengan perasaan takut dan putus asa.
"SOMEBODY HELP ME!" teriaknya. Namun, gejolak yang berkecamuk dalam dirinya membuatnya teleportasi dengan volume yang sangat besar hingga membawa barang-barang sekitarnya ikut terbawa ke lokasi teleport yang tidak tertuju.